Skip to main content

Surat Al-Baqarah Ayat 190-193 (4) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

AL-MISHBAAHUL MUNIIRU FII TAHDZIIBI TAFSIIRI IBNU KATSIIR

SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR

JUZ 2

SURAT AL-BAQARAH

AL-BAQARAH, AYAT 190-193 (4)

HARAMNYA BERPERANG DI TANAH HARAM DAN BOLEHNYA MEMPERTAHANKAN DIRI DARI SERANGAN MUSUH

Firman-Nya, "Janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram," sebagaimana tercantum dalam Shahiih al-Bukhari dan Shahiih Muslim, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إنّ هذا البلد حرّمه اللّه يوم خلق السّموات والأرض، فهو حرام بحرمة اللّه إلى يوم القيامة، ولم يحلّ لي إلّا ساعة من نهار، وإنّها ساعتي هذه حرام بحرمة اللّه إلى يوم القيامة، لا يعضد شجره، ولا يختلى خلاه، فإن أحد ترخّص بقتال رسول اللّه صلّى اللّه عليه وسلّم فقولوا: إنّ اللّه أذن لرسوله ولم يأذن لكم.

"Sesungguhnya negeri ini telah diharamkan (disucikan) Allah pada hari diciptakannya langit dan bumi, dan ia menjadi haram dengan pengharaman Allah sampai hari Kiamat. Dan tidak dihalalkan kecuali sesaat saja di siang hari. Dan sesungguhnya (mulai) pada saat ini adalah haram dengan pengharaman Allah sampai hari Kiamat. Pohon-pohonnya tidak boleh ditebang dan rumput-rumputnya tidak boleh dicabut. Jika seseorang mencari-cari keringanan dengan dalih peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka katakanlah: 'Sesungguhnya Allah telah memberikan izin kepada Rasul-Nya dan tidak memberikan izin kepada kalian.'" (772)

Allah memberikan izin kepada beliau untuk memerangi penduduknya di saat penaklukan kota Makkah, karena beliau menaklukkan Makkah dengan kekerasan dan ada beberapa orang laki-laki yang terbunuh di Khandamah (nama sebuah gunung di kota Makkah, -pent). Ada pula yang mengatakan bahwa penaklukan itu dilakukan secara damai, karena ucapan beliau:

من أغلق بابه فهو آمن ومن دخل المسجد فهو آمن ومن دخل دار أبي سفيان فهو آمن.

"Barangsiapa menutup pintu rumahnya maka ia aman, barangsiapa memasuki masjid maka ia juga aman, dan barangsiapa memasuki rumah Abu Sufyan maka ia aman." (773)

===

Catatan Kaki:

772. Fat-hul Baari (VI/327) dan Muslim (II/986, 987). [Al-Bukhari (no. 3189), Muslim (no. 1353)].

773. Ahmad (II/292). [Shahih: Komentar Syaikh al-Arna-uth hafizhahullah: "Sanadnya shahih sesuai syarat periwayatan Muslim." Al-Musnad (XIII/299, no. 7922), cet. Ar-Risalah].

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh – Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta – Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.

Popular posts from this blog