Skip to main content

Surat Al-Baqarah Ayat 187 (6) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

AL-MISHBAAHUL MUNIIRU FII TAHDZIIBI TAFSIIRI IBNU KATSIIR

SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR

JUZ 2

SURAT AL-BAQARAH

AL-BAQARAH, AYAT 187 (6)

BARANGSIAPA BANGUN DI PAGI HARI DALAM KEADAAN JUNUB, TIDAK ADA HALANGAN BAGINYA UNTUK BERPUASA

Masalah:

Allah Ta'ala telah menjadikan fajar sebagai batas akhir dibolehkannya jima', makan dan minum bagi orang yang akan berpuasa, hal ini menjadi dalil bahwa orang yang bangun pagi dalam keadaan junub, maka hendaklah ia mandi dan menyempurnakan puasanya, tidak ada dosa baginya. Ini adalah madzhab empat Imam dan jumhur ulama, baik Salaf maupun Khalaf, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, dari 'Aisyah dan Ummu Salamah radhiyallahu 'anhuma, keduanya bercerita, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bangun pagi (setelah terbitnya fajar) dalam keadaan junub karena hubungan badan, bukan karena mimpi. Lalu beliau mandi dan berpuasa."

Dan dalam hadits Ummu Salamah yang juga diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim disebutkan, "Kemudian beliau tidak berbuka (sebelum Maghrib) dan tidak pula mengqadha'nya." (742)

Dalam Shahiih Muslim diriwayatkan dari 'Aisyah radhiyallahu 'anhuma, bahwa seorang laki-laki bertanya: "Ya Rasulullah, aku mendapati shalat (Shubuh) dalam keadaan junub, lalu apakah aku berpuasa?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

وأنا تدركني الصّلاة وأنا جنب فأصوم.

"Aku pun mendapati shalat (Shubuh) dalam keadaan junub lalu aku berpuasa."

Laki-laki itu berkata: "Engkau tidak sama dengan kami wahai Rasulullah. Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu maupun yang akan datang." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

واللّه، إنّي لأرجو أن أكون أخشاكم للّه وأعلمكم بما أتّقي.

"Demi Allah, aku berharap menjadi orang yang paling takut kepada Allah dan menjadi orang yang paling tahu tentang perkara yang harus aku tinggalkan." (743)

===

Catatan Kaki:

742. Fat-hul Baari (IV/182) dan Muslim (II/781). [Al-Bukhari (no. 1932), Muslim (no. 1109)].

743. Muslim (II/781). [(no. 1110)].

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh – Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta – Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.