AL-MISHBAAHUL MUNIIRU FII TAHDZIIBI TAFSIIRI IBNU KATSIIR
SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR
JUZ 2
SURAT AL-BAQARAH
AL-BAQARAH, AYAT 187 (5)
Dan diriwayatkan dalam Shahiih al-Bukhari dan Shahiih Muslim, sebuah hadits dari al-Qasim, dari 'Aisyah radhiyallahu 'anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
لا يمنعكم أذان بلال عن سحوركم، فإنّه ينادي بليل، فكلوا واشربوا حتّى تسمعوا أذان ابن أمّ مكتوم، فإنّه لا يؤذّن حتّى يطلع الفجر.
"Janganlah adzan Bilal menghalangi makan sahur kalian, karena ia mengumandangkan adzan pada malam hari. Maka makan dan minumlah hingga kalian mendengar adzan yang dikumandangkan Ibnu Ummi Maktum, karena ia tidak mengumandangkannya hingga waktu fajar telah tiba." (737) Demikian menurut lafazh al-Bukhari.
Dan Imam Ahmad meriwayatkan dari Qais bin Thalq, dari ayahnya, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
ليس الفجر المستطيل في الأفق ولكن المعترض الأحمر.
"Fajar itu bukan garis yang memanjang di ufuk, tetapi ia melintang berwarna merah." (738)
Sedangkan Abu Dawud dan at-Tirmidzi meriwayatkan dengan lafazh:
كلوا واشربوا، ولا يهيدنّكم السّاطع المصعد، فكلوا واشربوا حتّى يعترض لكم الأحمر.
"Makan dan minumlah kalian, janganlah cahaya putih yang memanjang dan menanjak membuat kalian berhenti makan sahur, makan dan minumlah hingga kalian melihat cahaya merah melintang." (739)
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Samurah bin Jundab (radhiyallahu 'anhu), ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لا يغرّنّكم أذان بلال ولا هذا البياض -لعمود الصبح- حتّى يستطير.
'Jangan kalian tertipu oleh adzan Bilal, dan juga oleh warna putih ini -yakni cahaya Shubuh- hingga ia merekah.'" (740)
Imam Muslim juga meriwayatkan hadits yang serupa dalam Shahiihnya. (741)
===
Catatan Kaki:
737. Fat-hul Baari (IV/162) dan Muslim (II/768). [Al-Bukhari (no. 2656), Muslim (no. 1092)].
738. Ahmad (IV/23). [Hasan: Hadits ini Dihasankan oleh Syu'aib al-Arna-uth dalam ta'liqnya terhadap kitab Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal (XXVI/219, no. 16291)].
739. Tuhfatul Ahwadzi (III/389). [Hasan: Abu Dawud (no. 2348), at-Tirmidzi (no. 705). Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Silsilah ash-Shahiihah (no. 2031)].
740. Ath-Thabari (III/517).
741. Muslim (II/769). [(no. 1094) dengan tambahan lafazh "هكذا" di akhir kalimat. Lihat pula penjelasan Syaikh al-Albani dalam kitab al-Irwaa' (IV/31)].
===
Maraji'/ sumber:
Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh – Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta – Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.