AL-MISHBAAHUL MUNIIRU FII TAHDZIIBI TAFSIIRI IBNU KATSIIR
SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR
JUZ 2
SURAT AL-BAQARAH
AL-BAQARAH, AYAT 142-143 (9)
DI ANTARA HIKMAH PENGALIHAN KIBLAT
"Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah." Artinya, Allah عزوجل seakan-akan berfirman, "Hai Muhammad, pertama kali Kami mensyari'atkan kepadamu untuk menghadap ke Baitul Maqdis, lalu Kami palingkan engkau darinya menuju Ka'bah, agar tamapk jelas siapa saja orang yang mengikutimu dan mentaatimu serta menghadap bersamamu ke mana saja engkau menghadap, "dan siapa yang membelot," maksudnya murtad dari agamanya. Dan sungguh pengalihan kiblat dari Baitul Maqdis ke Baitullah itu terasa sangat berat bagi mereka, kecuali orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah Ta'ala ke dalam hatinya serta meyakini kebenaran Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan apa yang dibawanya adalah benar, tidak ada keraguan padanya. Dan bahwa Allah عزوجل dapat berbuat apa saja yang Dia kehendaki dan memberi keputusan sesuai dengan apa yang Dia inginkan. Dia berhak membebani hamba-hamba-Nya dengan apa yang Dia kehendaki dan juga menghapuskan apa yang Dia kehendaki. Dia mempunyai hikmah yang sangat sempurna dan hujjah yang sangat kuat dalam semua itu. Berbeda dengan orang-orang yang di dalam hatinya terdapat penyakit, yang setiap kali terjadi suatu persoalan, timbullah keraguan dalam hatinya, sebagaimana hal itu menimbulkan keyakinan dan pembenaran dalam hati orang-orang yang beriman. Sebagaimana AAllah Ta'ala berfirman:
"Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, 'Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?' Adapun orang-orang yang beriman, maka surat itu menambah imannya, sedang mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambahlah kekafiran mereka di samping kekafirannya (yang telah ada)." (QS. At-Taubah: 124-125)
Allah juga berfirman:
"Dan Kami turunkan dari al-Qur-an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur-an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian." (QS. Al-Israa': 82)
===
Maraji'/ sumber:
Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh – Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta – Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.
SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR
JUZ 2
SURAT AL-BAQARAH
AL-BAQARAH, AYAT 142-143 (9)
DI ANTARA HIKMAH PENGALIHAN KIBLAT
"Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah." Artinya, Allah عزوجل seakan-akan berfirman, "Hai Muhammad, pertama kali Kami mensyari'atkan kepadamu untuk menghadap ke Baitul Maqdis, lalu Kami palingkan engkau darinya menuju Ka'bah, agar tamapk jelas siapa saja orang yang mengikutimu dan mentaatimu serta menghadap bersamamu ke mana saja engkau menghadap, "dan siapa yang membelot," maksudnya murtad dari agamanya. Dan sungguh pengalihan kiblat dari Baitul Maqdis ke Baitullah itu terasa sangat berat bagi mereka, kecuali orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah Ta'ala ke dalam hatinya serta meyakini kebenaran Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan apa yang dibawanya adalah benar, tidak ada keraguan padanya. Dan bahwa Allah عزوجل dapat berbuat apa saja yang Dia kehendaki dan memberi keputusan sesuai dengan apa yang Dia inginkan. Dia berhak membebani hamba-hamba-Nya dengan apa yang Dia kehendaki dan juga menghapuskan apa yang Dia kehendaki. Dia mempunyai hikmah yang sangat sempurna dan hujjah yang sangat kuat dalam semua itu. Berbeda dengan orang-orang yang di dalam hatinya terdapat penyakit, yang setiap kali terjadi suatu persoalan, timbullah keraguan dalam hatinya, sebagaimana hal itu menimbulkan keyakinan dan pembenaran dalam hati orang-orang yang beriman. Sebagaimana AAllah Ta'ala berfirman:
"Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, 'Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?' Adapun orang-orang yang beriman, maka surat itu menambah imannya, sedang mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambahlah kekafiran mereka di samping kekafirannya (yang telah ada)." (QS. At-Taubah: 124-125)
Allah juga berfirman:
"Dan Kami turunkan dari al-Qur-an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur-an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian." (QS. Al-Israa': 82)
===
Maraji'/ sumber:
Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh – Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta – Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.