AL-MISHBAAHUL MUNIIRU FII TAHDZIIBI TAFSIIRI IBNU KATSIIR
SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR
JUZ 2
SURAT AL-BAQARAH
AL-BAQARAH, AYAT 142-143 (3)
Cukup banyak hadits-hadits tentang masalah ini. Dan kesimpulannya, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم sebelumnya diperintahkan untuk menghadap ke Baitul Maqdis. Ketika masih berada di Makkah, beliau shalat di antara dua rukun dengan posisi Ka'bah berada di hadapannya, namun beliau tetap menghadap ke Baitul Maqdis. (559) Ketika hijrah ke Madinah, beliau tidak dapat menyatukan antara keduanya, maka Allah عزوجل memerintahkannya untuk menghadap ke Baitul Maqdis. Demikian pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu 'Abbas رضي الله عنهما dan jumhur (mayoritas) ulama.
Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab Shahiih-nya dari al-Bara' bin 'Azib bahwa kabar (pemindahan kiblat) itu sampai kepada satu kaum dari kaum Anshar yang sedang mengerjakan shalat 'Ashar dengan menghadap ke Baitul Maqdis, maka mereka memutar arah kiblat akan menghadap ke Ka'bah. (560)
Dalam kitab ash-Shahiihain juga disebutkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu 'Umar رضي الله عنهما, ia berkata, "Ketika orang-orang mengerjakan shalat Shubuh di masjid Quba', tiba-tiba datang seseorang kepada mereka seraya berkata, "Sesungguhnya tadi malam telah diturunkan ayat kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم, dan beliau diperintahkan untuk shalat menghadap ke Ka'bah, maka menghadaplah kalian ke Ka'bah." Pada saat itu posisi mereka menghadap Syam, lalu mereka berputar menghadap ke Ka'bah." (561)
Hadits ini menunjukkan bahwa dalil nasikh yang menghapus hukum yang terdahulu konsekuensi hukumnya baru diamalkan setelah ilmunya diketahui, meskipun telah turun dan disampaikan lebih awal. Karena mereka tidak diperintahkan untuk mengulang shalat 'Ashar, Maghrib dan 'Isya'. Wallaahu a'lam.
===
Catatan Kaki:
559. Ini berlainan dengan hadits yang terdapat dalam kitab Shahiih al-Bukhari yang menyebutkan shalat beliau di al-Hathim (Hijir Isma'il, bukan di antara dua rukun sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Katsir di atas) ketika beliau berada di Makkah. Silakan lihat hadits no. 3856 (kisah dicekiknya beliau oleh 'Uqbah bin Abi Mu'ith, -pent). [Lihat pula Al-Bukhari (no. 2848)] -pent.
560. Al-Bukhari (no. 399) dan mereka adalah Bani Salamah yang tinggal di masjid Qiblatain (dua kiblat).
561. Fat-hul Baari (VIII/24) dan Muslim (I/375). [Al-Bukhari (no. 403), Muslim (no. 526)].
===
Maraji'/ sumber:
Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh – Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta – Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.
SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR
JUZ 2
SURAT AL-BAQARAH
AL-BAQARAH, AYAT 142-143 (3)
Cukup banyak hadits-hadits tentang masalah ini. Dan kesimpulannya, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم sebelumnya diperintahkan untuk menghadap ke Baitul Maqdis. Ketika masih berada di Makkah, beliau shalat di antara dua rukun dengan posisi Ka'bah berada di hadapannya, namun beliau tetap menghadap ke Baitul Maqdis. (559) Ketika hijrah ke Madinah, beliau tidak dapat menyatukan antara keduanya, maka Allah عزوجل memerintahkannya untuk menghadap ke Baitul Maqdis. Demikian pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu 'Abbas رضي الله عنهما dan jumhur (mayoritas) ulama.
Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab Shahiih-nya dari al-Bara' bin 'Azib bahwa kabar (pemindahan kiblat) itu sampai kepada satu kaum dari kaum Anshar yang sedang mengerjakan shalat 'Ashar dengan menghadap ke Baitul Maqdis, maka mereka memutar arah kiblat akan menghadap ke Ka'bah. (560)
Dalam kitab ash-Shahiihain juga disebutkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu 'Umar رضي الله عنهما, ia berkata, "Ketika orang-orang mengerjakan shalat Shubuh di masjid Quba', tiba-tiba datang seseorang kepada mereka seraya berkata, "Sesungguhnya tadi malam telah diturunkan ayat kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم, dan beliau diperintahkan untuk shalat menghadap ke Ka'bah, maka menghadaplah kalian ke Ka'bah." Pada saat itu posisi mereka menghadap Syam, lalu mereka berputar menghadap ke Ka'bah." (561)
Hadits ini menunjukkan bahwa dalil nasikh yang menghapus hukum yang terdahulu konsekuensi hukumnya baru diamalkan setelah ilmunya diketahui, meskipun telah turun dan disampaikan lebih awal. Karena mereka tidak diperintahkan untuk mengulang shalat 'Ashar, Maghrib dan 'Isya'. Wallaahu a'lam.
===
Catatan Kaki:
559. Ini berlainan dengan hadits yang terdapat dalam kitab Shahiih al-Bukhari yang menyebutkan shalat beliau di al-Hathim (Hijir Isma'il, bukan di antara dua rukun sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Katsir di atas) ketika beliau berada di Makkah. Silakan lihat hadits no. 3856 (kisah dicekiknya beliau oleh 'Uqbah bin Abi Mu'ith, -pent). [Lihat pula Al-Bukhari (no. 2848)] -pent.
560. Al-Bukhari (no. 399) dan mereka adalah Bani Salamah yang tinggal di masjid Qiblatain (dua kiblat).
561. Fat-hul Baari (VIII/24) dan Muslim (I/375). [Al-Bukhari (no. 403), Muslim (no. 526)].
===
Maraji'/ sumber:
Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh – Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta – Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.