Shahih Tafsir Ibnu Katsir
Al-Baqarah, Ayat 55-56
Dan (ingatlah) ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang," karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya. (QS. 2: 55) Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur. (QS. 2:56)
Orang-orang Pilihan dari Mereka Meminta agar Dapat Melihat Allah dan Peristiwa-peristiwa Matinya Mereka kemudian Dihidupkan-Nya kembali
Allah Ta'ala berfirman: "Wahai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepada kalian, yaitu ketika Aku membangkitkan kalian setelah datangnya petir. Dimana kalian meminta untuk dapat melihat-Ku secara nyata dan kasat mata, suatu permintaan yang tidak akan sanggup kalian tanggung, dan tidak pula oleh makhluk sejenis kalian."
Tentang firman-Nya: "Dan ingatlah ketika kamu berkata, 'Hai Musa, kamu tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang," Ibnu Juraij meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas (ra-dhiyallaahu 'anhuma), "Artinya, melihat-Nya secara jelas (kasat mata)."(206) Yaitu hingga kami dapat melihat Allah. (207)
Dan tentang firman Allah: "Sedang kamu menyaksikan," 'Urwah bin Ruwaim mengatakan: "Sebagian dari mereka ada yang disambar petir, dan sebagian lainnya menyaksikan peristiwa tersebut." (208) Kemudian sebagian dari mereka dibangkitkan dan sebagian lainnya disambar petir (bergantian).
Tentang firman Allah: "Karena itu kamu disambar petir," as-Suddi mengatakan: "Maka mereka pun mati, lalu Musa 'alaihis salaam bangkit dan menangis seraya memanjatkan do'a, 'Wahai Rabbku, apa yang harus aku katakan kepada Bani Israil jika aku kembali kepada mereka, sedang Engkau telah membinasakan orang-orang terbaik di antara mereka?
'Jika Engkau menghendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami?' (QS. Al-A'raaf: 155)
Kemudian Allah mewahyukan kepada Musa ('alaihis salaam) bahwa 70 orang yang ada bersamanya itu telah menyembah anak lembu. Lalu Allah menghidupkan mereka sehingga mereka bangun dan hidup seorang demi seorang dan satu sama lain saling menyaksikan bagaimana mereka hidup kembali. Selanjutnya as-Suddi mengatakan, "Itulah makna firman Allah Ta'ala: 'Setelah itu Kami bangkitkan kamu setelah kamu mati, agar kamu bersyukur.'" (209)
Ar-Rabi' bin Anas mengatakan: "Kematian mereka itu merupakan hukuman bagi mereka, lalu mereka dibangkitkan kembali hingga datang ajal mereka." (210) Hal semakna juga disampaikan oleh Qatadah. (211)
'Abdurrahman bin Zaid bin Aslam mengatakan dalam tafsirnya tentang ayat ini: "Musa ('alaihis salaam) berkata kepada mereka ketika beliau kembali dari sisi Rabbnya dengan membawa al-alwaah (batu bertulis). Beliau telah menulis Taurat padanya. Ternyata Nabi Musa ('alaihis salaam) mendapati mereka telah menyembah anak sapi. Maka beliau pun memerintahkan mereka untuk membunuh diri mereka sendiri. Mereka pun melaksanakan perintahnya, maka Allah menerima taubat mereka.
Nabi Musa ('alaihis salaam) berkata: "Pada al-alwaah ini tertulis Kitabullah, di dalamnya terdapat perintah yang kalian telah diperintahkan kepadanya, dan larangan yang kalian telah dilarang darinya." Mereka berkata: "Siapa yang mau mengikuti ucapanmu! Demi Allah, sekali-kali tidak ada yang mau hingga kami melihat Allah secara langsung, hingga Allah menampakkan diri-Nya kepada kami. Dan Allah berfirman langsung kepadamu: 'Inilah Kitab-Ku, ambillah ia.' Mengapa Dia tidak mau berbicara dengan kami sebagaimana Dia berbicara denganmu hai Musa?!"
Ia membacakan firman Allah: "Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang," ia berkata: "Telah datang kemarahan dari Allah. Maka datanglah halilintar kepada mereka setelah mereka bertaubat. Halilintar itu menyambar mereka sehingga mereka semua mati. Kemudian Allah Sub-haanahu wa Ta'aala menghidupkan mereka sesudah kematian tersebut. Lalu ia membacakan firman Allah: "Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati supaya kamu bersyukur."
Musa ('alaihis salaam) berkata kepada mereka: "Ambillah Kitabullah." Mereka menjawab: "Tidak!" Musa berkata: "Apa yang menimpa kalian?" Mereka menjawab: "Kami dimatikan kemudian dihidupkan kembali." Nabi Musa kembali berkata: "Ambillah Kitabullah!" Mereka menjawab: "Tidak!" Maka Allah mengutus Malaikat lalu mengangkat gunung ke atas mereka. (212)
Hal ini menunjukkan bahwa mereka diberi beban kewajiban (beban syari'at) setelah mereka dihidupkan. Al-Mawardi mengutarakan dua pendapat dalam masalah ini:
Pertama: Telah gugur atas mereka taklif (kewajiban) setelah mereka menyaksikan kebenaran secara nyata sehingga mereka tidak perlu lagi membenarkannya.
Kedua: Mereka tetap diberi beban kewajiban agar tidak ada seorang berakal pun yang lepas dari kewajiban.
Al-Qurthubi berkata: "Inilah yang benar. Karena menyaksikan perkara yang luar biasa tidaklah menghalangi dibebankannya kewajiban atas mereka. Sebab, Bani Israil telah menyaksikan berbagai peristiwa menakjubkan di luar kebiasaan sementara mereka tetap dibebani kewajiban." Pendapat inilah yang lebih jelas, wallaahu a'lam.
===
(206) Tafsiir ath-Thabari (2/81).
(207) Ibnu Abi Hatim (1/170).
(208) Ibnu Abi Hatim (1/172).
(209) Ibnu Abi Hatim (1/173).
(210) Ibnu Abi Hatim (1/173).
(211) Ibnu Abi Hatim (1/173).
(212) Tafsiir ath-Thabari (2/88).
===
Maraji'/ sumber:
Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Edit Isi: Abu Ahsan Sirojuddin Hasan Bashri Lc, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Cetakan Keempat Belas, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.
===
Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT