Skip to main content

Kesurupan jin dan Cara Pengobatannya secara Islami: Pengantar Cetakan Kedua

Wiqayatul Insan Minal jinni wasy syaithan

Kesurupan jin dan Cara Pengobatannya secara Islami

Pengantar Cetakan Kedua

Segala puji bagi Allah. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih. Wa ba'du...

Setelah terbitnya buku ini dan tersebar luas dalam waktu yang relatif singkat, sejumlah pemuda Islam dan para da'i ilallah segera menghubungi penulis. Ada yang menyampaikan pujiannya dan ada pula yang meminta penjelasan di samping ada yang menyampaikan nasehatnya. Semoga Allah membalas kebaikan kepada mereka. Tetapi aku tidak merasa cukup dengan banyaknya pujian tersebut karena aku menyadari bahwa amal usaha manusia -terutama orang yang sedikit ilmunya seperti aku ini- tidak akan terbebas dari kesalahan-kesalahan. Karena itu buku ini kemudian aku kemukakan kepada sejumlah ulama, yang masing-masing dari mereka lalu berkenan mengemukakan pendapat dan nasehatnya. Nasehat-nasehat itu lalu aku ikuti dalam banyak pemasalahan. Terakhir buku ini aku sodorkan kepada Syaikh kita yang mulia Abu Bakar al-Jaza'iri yang dikenal luas dan dalam ilmunya di samping cukup lama berpengalaman di lapangan da'wah. Akhirnya beliau berkenan menyampaikan pendapatnya tentang buku ini (sebagaimana tertuang dalam kata pengantar buku ini, -pent), semoga Allah membalas kebaikan kepadanya.

Ada dua hal yang penting yang perlu disinggung di sini:

Pertama: Banyak pemuda yang bertanya kepada penulis, apakah bisa seseorang melakukan pengobatan terhadap orang yang kemasukan jin?

Jawabannya, insya Allah bisa. Syaratnya engkau harus merealisasikan sifat-sifat seorang Mu'alij (pengobat) yang tersebut dalam fasal kedua (buku ini) kemudian membentengi diri dengan sejumlah pembentengan yang tersebut dalam fasal keenam, di samping memahami cara pengobatan yang dijelaskan pada fasal kedua. Dengan niat ikhlas mulailah pengobatan.

Kedua: Barangkali ada yang menyanggah bahwa sebagian surat atau ayat-ayat yang engkau sebutkan dalam pengobatan ini tidak memiliki sandaran riwayat dari Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan para Shahabatnya (ra-dhiyallaahu 'anhum). Aku jawab: Semua ayat al-Qur-an dapat dipakai untuk pengobatan, dengan sejumlah dalil berikut ini:

1. Firman Allah:

"Dan Kami turunkan dari al-Qur-an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Al-Isra`: 82)

Sebagian ulama mengatakan bahwa maksudnya ialah obat yang bersifat ma'nawi (spiritual). Sebagian yang lain mengatakan obat secara umum, baik yang ma'nawi (spiritual) ataupun hissi (fisik), sebab al-Qur-an mengandung obat bagi ruh dan jasad sekaligus.

2. Dari 'Aisyah ra-dhiyallaahu 'anhuma bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam pernah masuk ke rumahnya ketika ia sedang mengobati dan menjampi seorang wanita, lalu Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Obatilah ia dengan Kitab Allah."

Di sini Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam menyebutkan Kitab Allah secara umum tidak menunjuk ayat-ayat atau surat-surat tertentu.

3. Di dalam hadits penjampian yang diriwayatkan oleh al-Bukhari disebutkan bahwa Abu Sa'id al-Khudri ra-dhiyallaahu 'anhu pernah menjampi seseorang dengan surat al-Fatihah. Di akhir hadits tersebut Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya:

"Bagaimana kau tahu bahwa surat itu adalah jampi-jampian?"

Aku katakan: Di dalam hadits ini terdapat dalil yang jelas bahwa seorang Shahabat yang mulia ini tidak menunggu sampai dia tahu apakah Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam pernah menjampi dengan al-Fatihah atau tidak?

4. Bahkan penjampian dengan al-Qur-an atau dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah, atau do'a-do'a dan lainnya itu boleh selama penjampian tersebut tidak mengandung kemusyrikan. Tersebut di dalam hadits shahih riwayat Muslim bahwa orang-orang pernah berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami di masa jahiliyah dulu pernah menjampi," lalu Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Kemukakanlah kepadaku jampi-jampi kalian itu: tidaklah mengapa melakukan jampi-jampian selama tidak berupa kemusyrikan."

Ini adalah standar syar'i yang telah dibuat Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam untuk membedakan antara jampi-jampi yang dibolehkan dan yang diharamkan.

Cetakan (kedua) ini agak sedikit berbeda dari yang pertama karena mendapatkan tambahan yang tidak sedikit yaitu sekitar 40 halaman. Yang terpenting di antaranya adalah contoh keenam dan ketujuh dalam fasal kedua. Contoh keenam mengajarkan bagaimana menghadapi jin kafir (syetan) sedangkan contoh ketujuh mengajarkan bagaimana menghadapi jin kristen khususnya para pendeta mereka.

Akhirnya kami sampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan buku ini, terutama kepada Syaikh kami yang mulia Ustadz Abu Bakar Jabir al-Jaza'iri yang telah aku cintai sebelum aku melihatnya dan aku banyak berguru melalui buku-bukunya sebelum aku mendengarnya secara langsung.

Semoga Allah menjadikan buku ini bermanfaat bagi penulisnya juga penerbit dan para pembacanya, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan do'a. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan semua Shahabatnya.

Wahid Abdus Salam Bali

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: Wiqayatul Insan Minal jinni wasy syaithan, Penulis: Syaikh Wahid 'Abdus Salam Bali, Penerbit: Maktabah ash-Shahabah, Jeddah - Arab Saudi, Cetakan Ketiga, 1412 H/ 1992 M, Judul Terjemahan: Kesurupan jin dan Cara Pengobatannya secara Islami, Penerjemah: Aunur Rafiq Shaleh Tamhid Lc, Penerbit: Robbani Press, Jakarta - Indonesia, Cetakan Kesebelas, Jumadil Akhir 1425 H/ Agustus 2004 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT