Al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir
Shahih Tafsir Ibnu Katsir
Al-Baqarah, Ayat 61 (2)
Ditimpakannya Kehinaan dan Kerendahan Atas Orang-orang yahudi
Allah Ta'ala berfirman, "Lalu ditimpakan kepada mereka nista dan kehinaan." Maksudnya, nista dan kehinaan itu ditimpakan dan ditetapkan atas mereka baik secara syar'i maupun takdir Allah. (*) Artinya, mereka akan terus-menerus dan senantiasa dihinakan. Setiap orang yang menjumpai mereka akan memandang mereka sebagai orang yang hina dan rendah. Dengan demikian itu, mereka benar-benar menghinakan diri sendiri.
Sedangkan al-Hasan al-Bashri mengatakan, "Allah telah menghinakan mereka, maka mereka tidak mempunyai kekuatan, dan menjadikan mereka berada di bawah kekuasaan kaum muslimin. Dan ummat ini sempat menyaksikan orang-orang majusi memungut jizyah dari mereka." (247)
Abul 'Aliyah, ar-Rabi' bin Anas, dan as-Suddi mengatakan, "(الْمَسْكَنَةٌ) (al-maskanatun) bermakna kesusahan." (248) Dan 'Athiyyah al-'Aufi mengatakan, "Yaitu pajak." (249)
Firman-Nya, "Dan mereka mendapat kemurkaan dari Allah," adh-Dhahhak mengatakan, "Mereka berhak mendapatkan kemurkaan dari Allah." (250)
Ibnu Jarir mengatakan, yakni tentang ayat ini, "Mereka berpaling dan kembali dengan kemurkaan dari Allah. Tidak dikatakan "(بَاءَ) (baa`a) (kembali)" kecuali bersambung dengan kata berikutnya, berupa suatu hal yang baik maupun yang buruk. Seperti dikatakan, "(بَاءَ فُلَانٌ بِذَنْبٍ) (baa`a fulaanun bi-dzanbin) (si fulan kembali dengan membawa dosanya)." Di antaranya juga adalah firman Allah, "Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan membawa dosa (membunuh)ku dan dosa kamu sendiri." (QS. Al-Maa-idah: 29). Artinya, hendaklah engkau kembali dengan membawa beban kedua dosa tersebut, dan keduanya menjadi bebanmu. Maka firman Allah tersebut mengandung makna: 'Jika mereka kembali dalam keadaan menanggung murka Allah, berarti mereka benar-benar terkena kemarahan Allah dan pasti tertimpa murka-Nya.'" (251)
Firman Allah Ta'ala, "Hal itu terjadi karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi tanpa alasan yang benar." Allah Ta'ala menerangkan, "Kenistaan, kehinaan, dan kemurkaan yang Kami timpakan kepada mereka itu disebabkan kesombongan mereka untuk mengikuti kebenaran dan kekufuran mereka terhadap ayat-ayat Allah, serta penghinaan mereka atas para pengemban amanat syari'at, yaitu para Nabi 'alaihimus salaam dan para pengikut mereka. Mereka telah melecehkan hingga mencapai puncak keadaan yang menyeret mereka kepada pembunuhan para Nabi. Tidka ada kekufuran yang lebih besar dari ini. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah serta membunuh para Nabi tanpa alasan yang tidak dibenarkan.
===
(*) Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam pembahasan surat Ali 'Imran ayat 112.
(247) Ibnu Abi Hatim (1/195, 196).
(248) Ibnu Abi Hatim (1/196).
(249) Ibnu Abi Hatim (1/196).
(250) Ath-Thabari (2/138).
(251) Ath-Thabari (2/138).
===
Maraji'/ sumber:
Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Edit Isi: Abu Ahsan Sirojuddin Hasan Bashri Lc, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Cetakan Keempat Belas, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.
===
Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Shahih Tafsir Ibnu Katsir
Al-Baqarah, Ayat 61 (2)
Ditimpakannya Kehinaan dan Kerendahan Atas Orang-orang yahudi
Allah Ta'ala berfirman, "Lalu ditimpakan kepada mereka nista dan kehinaan." Maksudnya, nista dan kehinaan itu ditimpakan dan ditetapkan atas mereka baik secara syar'i maupun takdir Allah. (*) Artinya, mereka akan terus-menerus dan senantiasa dihinakan. Setiap orang yang menjumpai mereka akan memandang mereka sebagai orang yang hina dan rendah. Dengan demikian itu, mereka benar-benar menghinakan diri sendiri.
Sedangkan al-Hasan al-Bashri mengatakan, "Allah telah menghinakan mereka, maka mereka tidak mempunyai kekuatan, dan menjadikan mereka berada di bawah kekuasaan kaum muslimin. Dan ummat ini sempat menyaksikan orang-orang majusi memungut jizyah dari mereka." (247)
Abul 'Aliyah, ar-Rabi' bin Anas, dan as-Suddi mengatakan, "(الْمَسْكَنَةٌ) (al-maskanatun) bermakna kesusahan." (248) Dan 'Athiyyah al-'Aufi mengatakan, "Yaitu pajak." (249)
Firman-Nya, "Dan mereka mendapat kemurkaan dari Allah," adh-Dhahhak mengatakan, "Mereka berhak mendapatkan kemurkaan dari Allah." (250)
Ibnu Jarir mengatakan, yakni tentang ayat ini, "Mereka berpaling dan kembali dengan kemurkaan dari Allah. Tidak dikatakan "(بَاءَ) (baa`a) (kembali)" kecuali bersambung dengan kata berikutnya, berupa suatu hal yang baik maupun yang buruk. Seperti dikatakan, "(بَاءَ فُلَانٌ بِذَنْبٍ) (baa`a fulaanun bi-dzanbin) (si fulan kembali dengan membawa dosanya)." Di antaranya juga adalah firman Allah, "Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan membawa dosa (membunuh)ku dan dosa kamu sendiri." (QS. Al-Maa-idah: 29). Artinya, hendaklah engkau kembali dengan membawa beban kedua dosa tersebut, dan keduanya menjadi bebanmu. Maka firman Allah tersebut mengandung makna: 'Jika mereka kembali dalam keadaan menanggung murka Allah, berarti mereka benar-benar terkena kemarahan Allah dan pasti tertimpa murka-Nya.'" (251)
Firman Allah Ta'ala, "Hal itu terjadi karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi tanpa alasan yang benar." Allah Ta'ala menerangkan, "Kenistaan, kehinaan, dan kemurkaan yang Kami timpakan kepada mereka itu disebabkan kesombongan mereka untuk mengikuti kebenaran dan kekufuran mereka terhadap ayat-ayat Allah, serta penghinaan mereka atas para pengemban amanat syari'at, yaitu para Nabi 'alaihimus salaam dan para pengikut mereka. Mereka telah melecehkan hingga mencapai puncak keadaan yang menyeret mereka kepada pembunuhan para Nabi. Tidka ada kekufuran yang lebih besar dari ini. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah serta membunuh para Nabi tanpa alasan yang tidak dibenarkan.
===
(*) Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam pembahasan surat Ali 'Imran ayat 112.
(247) Ibnu Abi Hatim (1/195, 196).
(248) Ibnu Abi Hatim (1/196).
(249) Ibnu Abi Hatim (1/196).
(250) Ath-Thabari (2/138).
(251) Ath-Thabari (2/138).
===
Maraji'/ sumber:
Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Edit Isi: Abu Ahsan Sirojuddin Hasan Bashri Lc, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Cetakan Keempat Belas, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.
===
Abu Sahla Ary Ambary Ibnu Ahmad al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT