Skip to main content

Memahami Tujuan Hidup - Manajemen Umur

Memahami tujuan hidup

Tujuan hidup manusia di muka bumi ini bukanlah makan dan minum. Sebab jika demikian, kita tak ubahnya seperti orang-orang kafir ataupun binatang. Prioritas mereka dalam kehidupan ini hanyalah makan dan kesenangan hidup. ALLOH menggambarkan mereka dalam kitab-NYA:

"Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan Neraka adalah tempat tinggal mereka."
(Qur-an Suroh Muhammad: ayat 12)

Tujuan keberadaan kita dan diperuntukkannya segala yang ada di muka bumi bagi kita hanyalah untuk mewujudkan 'ibadah kepada ALLOH, selain menjauhkan diri dari bisikan nafsu dan syaithon. Dalam bahasa bisnis, yaitu bagaimana mengumpulkan sebanyak mungkin kebaikan dan keuntungan sebelum habis tenggat akhir (deadline). Karenanya, yang harus dilakukan adalah semaksimal mungkin menata waktu yang sangat terbatas agar senantiasa produktif dengan 'amal sholih. Itulah yang menyebabkan seseorang menempati posisi mulia di Surga.

Perlu dicamkan, setiap detik waktu yang terlewati akan sangat menentukan nasib kita di akhiroh. Jika waktu yang sangat singkat itu tidak diisi dengan hal-hal bermanfaat, maka hanya penyesalan di Hari Kiamat yang akan kita tuai. Penyesalan, saat itu, tak lagi bermanfaat. Setiap orang yang telah melalaikan waktunya di dunia akan menuai penyesalan di Hari Kiamat seraya berteriak, "Duhai celaka! Sekiranya dahulu di dunia aku manfaatkan waktuku dengan sebaik-baiknya, mengisinya dengan 'amal sholih sebanyak mungkin niscaya nasibku tidak seperti sekarang." Ungkapan penyesalan seperti itulah yang akan terdengar dari mulut orang-orang yang menyesal karena tidak memanfaatkan waktunya di dunia dengan sebaik mungkin.

Kita tentu berbeda dengan orang-orang yahudi. Mereka sangat ingin agar kehidupan dunia tidak berakhir dengan kematian. Mereka berharap demikian karena terlalu rakus pada kelezatan dunia. Bahkan sebagian mereka menginginkan agar dapat hidup di dunia selama seribu tahun. Dalam al-Qur-an, ALLOH menggambarkan kondisi mereka:

"Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. ALLOH Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan."
(Qur-an Suroh al-Baqoroh: ayat 96)

Sebaliknya, seorang Muslim sangat menyadari bahwa dunia bukanlah tempat tinggal yang abadi. Dunia hanyalah sekedar ladang 'amal untuk kehidupan yang lebih kekal. Karena itu, ia sangat serius mengumpulkan 'amal sebanyak mungkin. Jika seorang Muslim merasakan bahwa dalam menjalani kehidupan dunianya, kebaikannya selalu bertambah dan makin dekat kepada ALLOH, hendaknya ia berdo'a kepada ALLOH agar dipanjangkan umurnya dan diperbaiki 'amalnya.

Ini sesuai dengan hadits riwayat Abu Bakroh ro-dhiyaLLOOHU 'anhu. Disebutkan, seorang laki-laki datang menemui Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam dan bertanya, "Wahai Rosululloh! Siapakah manusia yang paling baik?" Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam bersabda, "Yaitu siapa yang panjang umurnya dan baik 'amalnya." Pria itu bertanya lagi, "Dan siapakah manusia yang paling buruk?" Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam bersabda, "Siapa yang panjang umurnya dan buruk 'amalnya." (2)

Namun jika seorang Mukmin merasakan bahwa kehidupannya akan dilanda fitnah dan keburukan yang selalu bertambah, maka hendaknya ia bermohon kepada ALLOH agar dirinya selalu terjaga dari segala bentuk fitnah dan dosa. Dalam hadits Mu'adz bin Jabal ro-dhiyaLLOOHU 'anhu disebutkan, Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam sering berdo'a dengan mengucapkan:

ALLOOHUmma innii as-aluka fi'lal khoy-root, wa tar kal munkaroot, wa hubbal masaakiin, wa antagh-fir lii wa tar hamnii, wa i-dzaa arod-ta fitnatan fii qoum, fatawaffanii ghoy-ro maftuun, wa as-aluka hubbaka wa hubba man yuhibbuk, wa hubba 'amalin yuqorribunii ilaa hubbik.

"Ya ALLOH, berilah kekuatan kepadaku agar aku senantiasa melakukan perbuatan baik, menjauhi kemungkaran, mencintai saudaraku yang miskin. Ampunilah dan kasihilah hamba-MU ini. Aku mohon cinta-MU dan cinta orang yang mencintai-MU serta cinta kepada 'amal yang mendekatkanku dekat pada kecintaan-MU."

Lalu Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam bersabda, "Do'a ini baik, maka pelajari dan hafalkanlah!" (3)

Hadits ini tidak bertentangan dengan hadits riwayat Sa'ad bin Ubaid ro-dhiyaLLOOHU 'anhu, dimana Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam bersabda, "Janganlah salah satu dari kalian mengharapkan kematian. Bisa saja ia adalah orang baik llu ditambahkan kebaikannya. Bisa juga ia orang jahat lalu diampuni kesalahannya." (4)

Secara terbatas, Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam tidak melarang seseorang menginginkan kematian ketika ia menghadapi ujian besar dalam mempertahankan agamanya. Anas bin Malik ro-dhiyaLLOOHU 'anhu meriwayatkan bahwa Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam bersabda, "Janganlah salah seorang dari kalian menginginkan kematian hanya karena menghadapi ujian berat. Namun apabila terpaksa, tidak mengapa ia berdo'a, "Ya ALLOH, hidupkanlah aku jika itu lebih baik bagiku. Dan wafatkanlah aku jika kematian itu lebih baik bagiku." (5)

Jelaslah kini, tujuan hidup kita tidaklah sama dengan tujuan hidup orang kafir. Tujuan penciptaan kita lebih mulia, yakni dalam rangka mewujudkan penghambaan kepada ALLOH semata dan mengumpulkan sebanyak mungkin kebaikan sebelum kematian tiba.

===

(2) Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, lihat kitab Fath ar-Robbani, kitab Janaiz, bab Fadhl Man Tholal 'Umr Ma'a Husnil 'Amal 7/50, kitab Sunan at-Tirmidzi, bab Maa Ja'a fi Thul al-Umr li al-Mu'min. Ia berkata: "Hadits ini hasan shohih", 9/202. Diriwayatkan juga oleh Imam ath-Thobroni dan Imam al-Hakim serta dishohihkan oleh Imam as-Suyuthi dalam kitab Jami' ash-Shoghir nomor 4039, dan disepakati oleh Imam al-Manawi dalam kitab Faidh al-Qodir 3/480, Imam al-Albani dalam kitab Shohih al-Jami' nomor 3297.

(3) Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, kitab Fath ar-Robbani, kitab Targhib fi Sholih al-A'mal, bab Targhib fi Khishol Mujtama'ihi 19/30, kitab Sunan at-Tirmidzi, kitab Tafsir, bab Tafsir Suroh Shod. Ia berkata: "Hadits ini hasan shohih", 12/116, Imam al-Albani dalam kitab Shohih al-Jami' nomor 59.

(4) Kitab Shohih al-Bukhori, kitab Tamanni, bab Ma Yukrohu min at-Tamanni 13/233.

(5) Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori, kitab Marodh, bab Tamanni Maridh al-Maula 10/132, kitab Da'waat, bab Du'a bi al-Mauti wa al-Hayah 11/153, kitab Shohih Muslim, kitab Dzikr ad-Du'a, bab Karohiyah Tamanni al-Maut 7/17, kitab Sunan at-Tirmidzi, bab Nahyi 'an Tamanni al-Maut 4/195, kitab Sunan Abu Dawud, kitab al-Janaiz, bab Karohiyah Tamanni al-Maut 8/373, kitab Sunan an-Nasa-i, bab Karohiyah Tamanni al-Maut.

===

Sumber:
Kitab: Kaifa Tu-thilu 'Umruka al-Intaajii, Penyusun: Muhammad bin Ibrohim an-Nu'aim, Pengantar: Syaikh Dr. Sholih bin Ghonim as-Sadlan, Syaikh 'Abdurrohim bin Ibrohim al-Hasyim, Penerbit: Daar adz-Dzakhoir, Dammam - Arob Saudi, Cetakan ke-3, Tahun 1422 H, Judul terjemah: Manajemen Umur, Resep Sunnah Menambah Pahala dan Usia, Penerjemah: M. Yasir 'Abdul Muthalib Lc, Penerbit: Pustaka at-Tazkia, Jakarta - Indonesia, Cetakan Pertama, Robi'ul Awwal 1426 H/ Mei 2005 M.

===

Layanan gratis estimasi biaya rangka atap baja ringan, genteng metal, dan plafon gypsum:
http://www.bajaringantangerang.com

===
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT