Peristiwa-peristiwa luar biasa dan mengejutkan banyak dialami oleh Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam yang secara aktual juga diperlihatkan kepada manusia sebagai bukti kebesaran ALLOH, juga sebagai bukti kebenaran Rosul-NYA. Satu di antaranya yaitu peristiwa Isro' Mi'roj.
Hampir seluruh kaum Muslimin di seantero dunia, jika datang bulan Rojab, sibuk menata diri membuat peringatan peristiwa besar itu. Tanpa disadari, masuklah suatu tata cara baru yang menyerupai syari'at ke dalam ajaran Islam. Padahal bukan termasuk ajaran Islam.
Mestinya sebesar dan seluarbiasa apapun sebuah kejadian, tak perlu diperingati -kecuali jika syari'at menuntutnya-, termasuk Isro' Mi'roj. Sebab, Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam tidak pernah mengajarkan peringatan-peringatan tersebut. Para Shohabat beliau, tabi'in dan tabi'ut tabi'in pun tak pernah melakukannya. Sementara Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam bersabda, yang artinya, "Barangsiapa yang mengada-adakan perkara baru dalam urusan (agama) kami ini, apa yang tidak termasuk daripadanya, maka ia tertolak." (Muttafaq 'Alaih)
Peritiwa Isro' Mi'roj tidak lagi diimani dan dihayati secara benar. Tetapi diperlakukan sebagai acara rutin seremonial dan hambar.
Di sisi lain, ada sementara kalangan yang menolak terjadinya peristiwa Isro' Mi'roj karena dianggap tidak rasional. Tidak logis. Sedari dulu. Sejak dulu kafir Quroisy mengingkarinya setelah Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam menceritakan perjalanan nyata itu kepada mereka. Sampai sekarang, ketika dunia 'ilmiah modern belum juga mampu mengimbanginya, banyak kalangan yang menolaknya dengan alasan tidak logis. Bahkan, juga di antara sebagian manusia yang mengaku Muslim.
Dunia Islam kini memang semakin banyak membutuhkan manusia-manusia seperti Abu Bakar ash-Shiddiq ro-dhiyaLLOOHU 'anhu, orang yang tak pernah ragu mempercayai segala berita yang dibawa Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam. Dunia Islam kini kian membutuhkan orang-orang yang seperti para Shohabat Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam dalam memahami dan meng'amalkan ajaran Islam. Tanpa bid'ah, tanpa khurofat, tanpa rekayasa dan tanpa keluar dari keaslian risalah yang pernah disampaikan Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam dalam segala aspek.
Banyak hikmah yang dapat dipetik dari peristiwa Isro' Mi'roj. Di antaranya memantapkan keimanan terhadap perkara-perkara ghoib, karena di dalamnya terkandung banyak perkara (peristiwa) ghoib yang jelas dalilnya.
Mengimani perkara ghoib merupakan hal yang amat mendasar. Sebab ajaran Islam merupakan ajaran yang bersumber dari ALLOH, Dzat Yang Maha Ghoib, Dzat Yang memiliki segala perkara ghoib. Para Malaikat juga sebagai makhluq ghoib. Hari Kiamat, Surga, Neraka dan banyak hal lainnya pun merupakan perkara ghoib. Karena itulah ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala menerangkaan di antara sifat-sifat orang-orang yang bertaqwa yaitu berimana kepada yang ghoib. ALLOH berfirman,
"(Orang mukmin itu) yaitu orang yang beriman kepada yang ghoib, mendirikan sholat dan menginfaqkan sebagian rizqi yang dianugerahkan kepada mereka."
(Qur-an Suroh al-Baqoroh: ayat3)
Pada peristiwa Isro' Mi'roj juga ditetapkan kewajiban sholat lima waktu. Suatu hukum yang amat erat kaitannya dengan masalah 'aqidah. Artinya meng'amalkan kewajiban sholat lima waktu, adalah karena mengimani hukumnya yang wajib, melalui kejadian luar biasa saat Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam bermi'roj.
Orang yang meng'amalkan sholat lima waktu tanpa mengimani wajibnyaa sholat tersebut sebagai ketentuan hukum dari ALLOH, sama saja artinya dengan orang munafiq yang melakukan per'ibadahan hanya untuk dilihat orang. Wal'iyadzu biLLAH.
Begitulah seterusnya, persoalan hukum tidak bisa dipisahkan dari persoalan 'aqidah. Hanya orang-orang bodoh dan pembuat bid'ah sajalah yang memisahkan. Mereka katakan khobar-khobar ahad dapat dijadikan hujjah untuk persoalan hukum, tetapi tidak bisa dijadikan hujjah untuk persoalan-persoalan 'aqidah. ALLOHU al-Musta'an.
Jadi peristiwa Isro' Mi'roj Nabi Muhammad shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam merupakan peristiwa yang wajib diimani, dihayati dan di'amalkan apa yang menjadi konsekuensinya. Bukan untuk diperingati pada tiap-tiap bulan Rojab.
===
Sumber:
Majalah as-Sunnah, Upaya Menghidupkan Sunnah, Edisi 06/ VI/ 1423 H - 2002 M.
===
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT