Syarah Al-Qawa'id Al-Arba'.
Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.
Syaikh Saad bin Nashir Asy-Syatsriy hafizhahullah (Dewan Penasihat Kerajaan Saudi Arabia dan Mantan Anggota Haiah Kibaril Ulama).
Muflih Safitra.
Syarah (Penjelasan) Al-Qawa'id Al-Arba' (7/3).
Syubhat yang dikatakan oleh orang-orang yang menyembah wali dan orang shalih tersebut adalah syubhat yang sama yang dilontarkan oleh orang-orang arab dahulu kala yang menyembah berhala-berhala. Para penyembah berhala itu juga mengucapkan seperti yang mereka ucapkan, sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"(Mereka berkata) Kami tidak menyembah mereka (berhala-berhala itu) melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengans sedekat-dekatnya." (QS. Az-Zumar [39]: 3)
Di antara berhala-berhala yang disembah oleh orang Arab terdahulu ada yang bernama laata. Laata aslinya seorang yang shalih dari salah satu suku di kalangan Arab ketika itu. Ia bekerja sebagai pengadon dan pembuat roti untuk para jamaah haji. Ia senantiasa beramal shalih dan memberikan makan bagi orang lain. Setelah ia wafat, orang Arab ketika itu menjadikan kubur laata sebagai tempat beribadah, dan mereka mengklaim bahwa laata dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Akan tetapi, Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak menerima klaim dan ibadah mereka.
Bantahan seperti ini adalah bantahan yang sama untuk orang-orang yang pergi dan beribadah di kuburan orang-orang yang mereka anggap sebagai para wali. Mereka biasanya mengatakan, "Kami datang ke kubur mereka agar mereka mendekatkan diri kami kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala karena mereka itu kan para wali Allah. Kami meminta kepada mereka untuk memberi syafaat di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala."
Syubhat seperti ini adalah dalihnya orang-orang di masa jahiliyah, yang Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam diutus kepada mereka dengan menggunakan bahasa mereka. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
"Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata)..." (QS. Az-Zumar [39]: 3)
Artinya, orang-orang itu menjadikan sesuatu selain Allah sebagai pelindung, yang mereka mendekatkan diri kepada-Nya. Maka hal ini menunjukkan bahwa memberi julukan "wali" kepada sebagian penghuni kubur yang disembah tidak akan membenarkan apa yang mereka lakukan, dan tidak dapat sedikitpun mengubah hukum syar'i (bahwa yang mereka kerjakan adalah terlarang, -pent).
Sekali lagi, apa dalih mereka?
"(Mereka berkata) Kami tidak menyembah mereka (berhala-berhala itu) melainkan supaya mereka mendekatkan diri kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya." (QS. Az-Zumar [39]: 3)
Artinya, "Kami tidak mempersembahkan ibadah kepada para wali yang sudah meninggal itu, kami tidak menyembelih hewan demi mereka, bernadzar untuk mereka, dan berdoa kepada mereka, kecuali sekadar menjadikannya wasilah (perantara) untuk mendekatkan kami kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan keridhaan-Nya."
Baca selanjutnya:
Daftar Isi Buku Ini.
Daftar Buku Perpustakaan Ini.
===
Maraji'/ sumber:
Kitab: Syarah Al-Qawa'id Al-Arba' (Syarah Mutun Al-Aqidah), Penulis Matan: Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab, Penulis Syarah: Syaikh Saad bin Nashir Asy-Syatsriy hafizhahullah (Dewan Penasihat Kerajaan Saudi Arabia dan Mantan Anggota Haiah Kibaril Ulama), Tanpa Keterangan Penerbit, Tanpa Keterangan Cetakan, Tanpa Keterangan Tahun, Judul Terjemahan: Syarah Al-Qawa'id Al-Arba', Penerjemah: Muflih Safitra, Penerbit: Naashirussunnah, Jakarta - Indonesia, Cetakan ke-1, Rabi'ul Akhir 1437 H/ Februari 2016 M.
===
Wakaf dari Ibu Anny - Jakarta untuk Perpustakaan Baitul Kahfi Tangerang. Semoga Allah menjaganya dan memudahkan segala urusan kebaikannya.
===
Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!