Syarah Al-Qawa'id Al-Arba'.
Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.
Syaikh Saad bin Nashir Asy-Syatsriy hafizhahullah (Dewan Penasihat Kerajaan Saudi Arabia dan Mantan Anggota Haiah Kibaril Ulama).
Muflih Safitra.
Syarah (Penjelasan) Al-Qawa'id Al-Arba' (7/2).
Syubhat orang-orang musyrik.
Para pelaku kesyirikan yang mempersembahkan ibadah kepada orang-orang yang mereka anggap wali atau kuburan tertentu, apabila mereka ditanya, "Jika penyembahan adalah hak Allah semata, lalu mengapa kalian menyembah para wali dan orang yang sudah meninggal, berdoa kepada mereka, bernadzar untuk mereka, menyembelih hewan demi mereka, bahkan kalian shalat kepada mereka?" Maka mereka akan menjawab, "Para wali itu memiliki kedudukan khusus di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga mereka nanti yang akan mendekatkan kami kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala."
Mungkin juga mereka menjawab, "Kami butuh seseorang yang dapat memberikan syafaat di sisi Allah dan menjadi penyambung antara kami dengan Allah. Para wali yang shalih itulah yang mampu memberikan syafaat untuk kami di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Oleh karena itu, kami beribadah dan mendekatkan diri kepada mereka, dalam rangka mendapatkan syafaat itu."
Jawaban terhadap syubhat mereka.
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah membantah syubhat (kerancuan) yang mereka lontarkan ini. Allah jelaskan bahwa syubhat semacam ini bukan syubhat baru, melainkan sudah lama dilontarkan oleh orang-orang musyrik yang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dahulu diutus kepada mereka.
Mereka mengatakan bahwa para wali itu adalah orang-orang yang shalih, yang melalui orang-orang itu para pelaku syirik tersebut dapat mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Kita katakan: Sebagaimana yang diketahui bahwa di antara kaum yang Nabi Nuh 'alaihis salam diutus kepada mereka, ada lima orang shalih yang ketika mereka meninggal, kaum itu membuat patung-patung yang menyerupai mereka dalam rangka menjadi motivasi bagi mereka dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Namun, seiring perkembangan zaman, manusia akhirnya berbelok arah dan menjadikan patung-patung itu (yang tadinya hanya motivator) menjadi sembahan selain Allah. Orang-orang yang menyembah patung-patung lima orang shalih itu pun mengatakan syubhat yang sama. Mereka mengatakan, patung-patung tersebut dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala karena mereka adalah wali Allah dan orang shalih. Pada akhirnya mereka pun menjadikan patung itu sebagai sembahan selain Allah, sehingga diutus Nabi Nuh 'alaihis salam kepada mereka. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjelaskan hal ini dalam firman-Nya,
"Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata, 'Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya.' Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa adzab hari yang besar (di hari Kiamat)." (QS. Al-A'raaf [7]: 59)
Penjelasannya juga terdapat pada ayat-ayat berikutnya setelah ayat di atas.
Baca selanjutnya:
Daftar Isi Buku Ini.
Daftar Buku Perpustakaan Ini.
===
Maraji'/ sumber:
Kitab: Syarah Al-Qawa'id Al-Arba' (Syarah Mutun Al-Aqidah), Penulis Matan: Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab, Penulis Syarah: Syaikh Saad bin Nashir Asy-Syatsriy hafizhahullah (Dewan Penasihat Kerajaan Saudi Arabia dan Mantan Anggota Haiah Kibaril Ulama), Tanpa Keterangan Penerbit, Tanpa Keterangan Cetakan, Tanpa Keterangan Tahun, Judul Terjemahan: Syarah Al-Qawa'id Al-Arba', Penerjemah: Muflih Safitra, Penerbit: Naashirussunnah, Jakarta - Indonesia, Cetakan ke-1, Rabi'ul Akhir 1437 H/ Februari 2016 M.
===
Wakaf dari Ibu Anny - Jakarta untuk Perpustakaan Baitul Kahfi Tangerang. Semoga Allah menjaganya dan memudahkan segala urusan kebaikannya.
===
Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!