Syarah Al-Qawa'id Al-Arba'.
Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.
Syaikh Saad bin Nashir Asy-Syatsriy hafizhahullah (Dewan Penasihat Kerajaan Saudi Arabia dan Mantan Anggota Haiah Kibaril Ulama).
Muflih Safitra.
Syarah (Penjelasan) Al-Qawa'id Al-Arba' (10/3).
Artinya, para Nabi itu tidaklah memerintahkan kaum mereka untuk menyembah para Malaikat dan para Nabi. Mereka memerintahkan kaumnya agar beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala saja. Ayat ini juga menjadi dalil bahwa tidak ada perbedaan antara peribadatan yang ditujukan kepada orang shalih maupun orang yang jahat. Hal itu dikarenakan kedua hal tersebut sama-sama menyekutukan Allah dan menyelisihi petunjuk para Nabi.
3. Dalil yang melarang menyembah para Nabi.
"Dan (ingatlah) ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, 'Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua tuhan selain Allah?' Isa menjawab, 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (untuk mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara-perkara yang ghaib." (QS. Al-Maaidah [5]: 116)
Pada ayat sebelumnya (Surah Ali 'Imraan [3]: 80) terkandung larangan menyembah para Nabi secara umum. Adapun pada ayat berikutnya yang dibawakan penulis (Surah Al-Maaidah [5]: 116) terkandung larangan menyembah Nabi Isa bin Maryam 'alaihis salam secara khusus. Beliau adalah salah satu Nabi Allah, dan termasuk Rasul ulil 'azmi. Namun, meskipun beliau seorang yang shalih dan termasuk wali Allah, tetap peribadatan tidak boleh ditujukan kepada beliau dikarenakan ibadah adalah hak Allah semata, dan wajib mengesakan-Nya dalam ibadah.
Pada firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
(Dan (ingatlah) ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, 'Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua tuhan selain Allah?') makna dua tuhan adalah dua sembahan selain Allah.
Jawaban Nabi Isa (Maha Suci Engkau) maknanya "Engkau terlalu agung untuk aku berkata dengan perkataan semacam ini, dan menyeru manusia untuk menjadikanku sembahan selain Engkau."
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala (tidak patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku) maknanya "tidaklah pantas bagiku untuk mengucapkan sesuatu yang bukan hakku, dan adalah kewajibanku untuk berkata yang benar, bukan yang bathil."
Firman-Nya (jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku) bermakna bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala tidaklah luput dari sesuatupun dari pengetahuan-Nya. Nabi Isa ('alaihis salam) pun mengaku itu sebagaimana dalam penggalan berikutnya (dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara-perkara yang ghaib).
Maka dengan itu Nabi Isa 'alaihis salam berlepas diri dari orang-orang yang mengarahkan ibadah mereka kepada beliau atau kepada siapapun selain Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Baca selanjutnya:
Daftar Isi Buku Ini.
Daftar Buku Perpustakaan Ini.
===
Maraji'/ sumber:
Kitab: Syarah Al-Qawa'id Al-Arba' (Syarah Mutun Al-Aqidah), Penulis Matan: Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab, Penulis Syarah: Syaikh Saad bin Nashir Asy-Syatsriy hafizhahullah (Dewan Penasihat Kerajaan Saudi Arabia dan Mantan Anggota Haiah Kibaril Ulama), Tanpa Keterangan Penerbit, Tanpa Keterangan Cetakan, Tanpa Keterangan Tahun, Judul Terjemahan: Syarah Al-Qawa'id Al-Arba', Penerjemah: Muflih Safitra, Penerbit: Naashirussunnah, Jakarta - Indonesia, Cetakan ke-1, Rabi'ul Akhir 1437 H/ Februari 2016 M.
===
Wakaf dari Ibu Anny - Jakarta untuk Perpustakaan Baitul Kahfi Tangerang. Semoga Allah menjaganya dan memudahkan segala urusan kebaikannya.
===
Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!