Syarah Ushulus Sittah.
Penjelasan Enam Landasan Utama.
Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.
Bayu Abdurrahman.
Sabda Nabi (Shallallahu 'alaihi wa Sallam) dalam riwayat lain,
"Janganlah kalian saling mendengki, saling membenci, saling memata-matai (mencari-cari kesalahan orang lain) atau mendengar-dengar (kesalahan) orang lain, dan saling mencela. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara."
Sabda Nabi (Shallallahu 'alaihi wa Sallam) dalam riwayat lain,
"Janganlah kalian saling memutus tali silaturahim, saling membelakangi, saling membenci, dan saling mendengki. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara." (8)
Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda,
"Seorang Muslim dengan Muslim yang lain seperti bangunan, saling menguatkan satu sama lain." (9)
Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah berkata kepada Abu Ayyub radhiyallahu 'anhu,
"Maukah aku tunjukkan kepadamu suatu perdagangan?" Dia berkata, "Tentu, ya Rasulullah." Beliau bersabda, "Perbaikilah hubungan manusia yang sedang saling mendengki dan dekatkanlah mereka yang sedang saling menjauhkan diri." (10)
Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan orang-orang Mukmin untuk saling mencintai dan saling berkasih sayang, saling menolong dalam kebaikan dan takwa serta mencari jalan-jalan yang dapat menguatkan dan menumbuhkan ketakwaan tersebut. Sebaliknya, Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam melarang setiap perbuatan yang menyebabkan perpecahan dan permusuhan menimbulkan kerusakan yang besar. Perpecahan sangat menyenangkan hati setan dari kalangan jin dan manusia, karena setan dari kalangan jin dan manusia tidak menyukai umat Islam berkumpul dan bersatu dalam menjalankan agamanya. Mereka menginginkan perpecahan, karena mereka mengetahui bahwa perpecahan itu akan melenyapkan kekuatan yang hanya akan diperoleh bila kita berpegang teguh dan menghadapkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam mengajak kita untuk saling berlemah lembut dan menyayangi, baik dengan ucapan maupun perbuatan, serta melarang kita berpecah-belah dan berselisih, karena hanya akan menyebabkan perpecahan dan hilangnya kekuatan.
Perselisihan memang terjadi di antara para sahabat radhiyallahu 'anhum. Akan tetapi, perselisihan di kalangan mereka tidak menyebabkan perpecahan, permusuhan, dan kebencian. Pernah terjadi perselisihan di antara mereka pada masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam masih berada di tengah-tengah mereka. Kisah itu terjadi setelah Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan para sahabat selesai dari Perang Ahzab. Ketika itu Jibril 'alaihis salam datang memerintahkan kepada beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam untuk keluar menuju Bani Quraizhah, karena mereka telah mengkhianati perjanjian. Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada para sahabatnya, "Janganlah salah seorang di antara kalian mendirikan shalat Ashar melainkan di Bani Quraizhah." (11) Para sahabat pun keluar dari Madinah menuju Bani Quraizhah. Di tengah perjalanan tibalah waktu shalat Ashar. Sebagian dari mereka berkata, "Kita jangan menunaikan shalat kecuali di Bani Quraizhah, walaupun matahari terbenam, karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda, 'Janganlah salah seorang di antara kalian menunaikan shalat Ashar melainkan di Bani Quraizhah.' Sebagian dari mereka yang lain berkata, 'Kita menunaikan shalat Ashar tepat pada waktunya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menghendaki dengan perintahnya itu agar kita bersegera untuk keluar dan cepat-cepat sampai di Bani Quraizhah, bukan menghendaki kita untuk mengakhirkan shalat.' Sampailah berita tentang peristiwa itu kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan beliau tidak mengingkari dan tidak mencela apa yang mereka pahami. Mereka radhiyallahu 'anhum tidak berpecah-belah karena perselisihan pendapat dalam memahami hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam.
Baca selanjutnya:
Daftar Isi Buku Ini.
Daftar Buku Perpustakaan Ini.
===
Catatan Kaki:
8. Diriwayatkan oleh Bukhari, kitab Al Adab bab "Ma Yunha an At Tahasud wa At Tadabur" dan Muslim, kitab Al Birru wa Ash Shilah bab "Tahrim At Tahasud wa At Tabaghud".
9. Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Al Adab bab "At Ta'awun Al Mu'minina Ba'duhum ba'dha" dan Muslim dalam kitab Al Birru wa Ash Shilah bab "Tarahum Al Mu'minina wa Ta'atufihim".
10. Al Haitsami dalam Al Majma' Juz 8 hlm. 80.
11. Diriwayatkan oleh Bukhari kitab Al Khauf bab "Shalat Ath Thalibi wa Al Mathlub Rakiban wa limaan" dan Muslim kitab Al Jihad wa As Sayyd bab "Al Mubadirah wa Al Ghazwu".
===
Maraji'/ sumber:
Kitab: Syarh Kasyf Asy Syubuhaat wa Yaliihi Syarh Al Ushul 'alaihis salam Sittah, Penulis Matan: Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab, Penulis Syarah: Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Penerbit: Dar Ats Tsarayya, Kerajaan Saudi Arabia, Tanpa Keterangan Cetakan, Tahun: 1416 H/ 1996 M, Judul Terjemahan: Syarah Kasyfu Syubuhat Membongkar Akar Kesyirikan dilengkapi Syarah Ushulus Sittah, Penerjemah: Bayu Abdurrahman, Penerbit: Media Hidayah, Jogjakarta - Indonesia, Cetakan Pertama, Rabi'uts Tsani 1425 H/ Juni 2004 M.
===
Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!