Skip to main content

Syarah Al-Qawa'id Al-Arba' (6/4)

Syarah Al-Qawa'id Al-Arba' (Syarah Mutun Al-Aqidah).

Syarah Al-Qawa'id Al-Arba'.

Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.

Syaikh Saad bin Nashir Asy-Syatsriy hafizhahullah (Dewan Penasihat Kerajaan Saudi Arabia dan Mantan Anggota Haiah Kibaril Ulama).

Muflih Safitra.

Syarah (Penjelasan) Al-Qawa'id Al-Arba' (6/4).

* "ومن يدبّر الأمر فسيقولون اللّه فقل أفلا تتّقون" (...dan siapakah yang mengatur segala urusan?' Maka mereka akan menjawab, 'Allah.' Maka katakanlah, 'Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?').

Maksudnya Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman bahwa Dia mengatur dan berbuat apa pun kepada makhluk-Nya sekehendak-Nya.

Orang-orang kafir yang diperangi oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam juga mengakui bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala yang melakukannya. Allah Subhanahu wa Ta'ala yang memberi rezeki, kuasa untuk memberikan atau menahan, mengeluarkan, mengatur makhluk-Nya, orang-orang kafir itu pun mengakuinya. Maka sekarang katakanlah kepada mereka, "Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)? Tidakkah Allah Subhanahu wa Ta'ala menyeru kalian agar kalian mengakui tidak hanya tauhid rububiyyah tetapi juga uluhiyyah?"

Allah Subhanahu wa Ta'ala pun akhirnya mencela mereka dikarenakan mereka tidak mau mengakui tauhid uluhiyyah, walaupun sebenarnya mereka menetapkan tauhid rububiyyah.

Maka ini semua adalah dalil-dalil yang menunjukkan beberapa hal berikut.

Pertama, pengakuan terhadap tauhid rububiyyah tidak cukup tanpa tauhid uluhiyyah.

Kedua, tauhid rububiyyah justru menuntut adanya penyembahan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala semata.

Ketiga, semata-mata mengakui adanya tauhid rububiyyah tanpa pengakuan terhadap tauhid uluhiyyah tidak akan membuat seseorang dianggap masuk ke dalam Islam.

Keempat, tidak dibenarkan mentafsirkan kalimat Laa Ilaaha Illallah hanya dengan makna tauhid rububiyyah. Sebagian orang menafsirkan kalimat ini hanya sekedar "Tidak ada pencipta selain Allah", atau "Tidak ada yang memberikan rezeki dan mengatur para makhluk selain Allah". Ini adalah penafsiran yang salah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang keadaan orang musyrik,

"Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka 'Laa ilaaha illallaah' (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata, 'Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?'" (QS. Ash-Shaaffaat [37]: 35-36)

Kesombongan mereka tidak lain karena mereka mengetahui makna kalimat Laa Ilaaha Illallaah ini sebenarnya adalah mengesakan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam peribadatan dan penyembahan, serta tidak memalingkannya kepada yang selain-Nya.

Kesimpulannya, tidak boleh menafsirkan kalimat Laa Ilaaha Illallaah hanya dengan makna tauhid rububiyyah. Yang benar adalah dengan tauhid uluhiyyah.

Kelima, syirik dalam masalah tauhid rububiyyah hanya ada sedikit dan jarang terjadi, tidak seperti syirik dalam tauhid uluhiyyah. Oleh karena itu, tujuan pengutusan para Nabi dan Rasul adalah untuk memperingatkan manusia dari syirik dalam tauhid uluhiyyah. Para Nabi dan Rasul tidak banyak bersentuhan langsung dalam dakwah mereka dengan tauhid rububiyyah, kecuali sebatas untuk mengenalkan Allah dan mengajak manusia untuk menetapkan dan mengakui tauhid uluhiyyah. Hal ini dikarenakan orang-orang di zaman itu juga menetapkan tauhid rububiyyah ini. Maka dari itu mereka tidak terlalu butuh untuk mendakwahi manusia dalam masalah ini, kecuali pada saat memang dibutuhkan.

Baca selanjutnya:

Daftar Isi Buku Ini.

Daftar Buku Perpustakaan Ini.

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: Syarah Al-Qawa'id Al-Arba' (Syarah Mutun Al-Aqidah), Penulis Matan: Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab, Penulis Syarah: Syaikh Saad bin Nashir Asy-Syatsriy hafizhahullah (Dewan Penasihat Kerajaan Saudi Arabia dan Mantan Anggota Haiah Kibaril Ulama), Tanpa Keterangan Penerbit, Tanpa Keterangan Cetakan, Tanpa Keterangan Tahun, Judul Terjemahan: Syarah Al-Qawa'id Al-Arba', Penerjemah: Muflih Safitra, Penerbit: Naashirussunnah, Jakarta - Indonesia, Cetakan ke-1, Rabi'ul Akhir 1437 H/ Februari 2016 M.

===

Wakaf dari Ibu Anny - Jakarta untuk Perpustakaan Baitul Kahfi Tangerang. Semoga Allah menjaganya dan memudahkan segala urusan kebaikannya.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!