Syarah Al-Qawa'id Al-Arba'.
Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.
Syaikh Saad bin Nashir Asy-Syatsriy hafizhahullah (Dewan Penasihat Kerajaan Saudi Arabia dan Mantan Anggota Haiah Kibaril Ulama).
Muflih Safitra.
Syarah (Penjelasan) Al-Qawa'id Al-Arba' (10).
Penulis berkata,
Dalil yang melarang menyembah matahari dan bulan adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sujud kepada matahari maupun bulan, tapi sujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika Dialah yang hendak kamu sembah." (QS. Fushshilat [41]: 37)
Dalil yang melarang menyembah Malaikat adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Dan dia (Nabi) tidak memerintahkan kalian untuk menjadikan para Malaikat dan Nabi sebagai sembahan." (QS. Ali 'Imraan [3]: 80)
Dalil yang melarang menyembah para Nabi adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Dan (ingatlah) ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, 'Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua tuhan selain Allah?' Isa menjawab, 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (untuk mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara-perkara yang ghaib." (QS. Al-Maaidah [5]: 116)
Dalil yang melarang menyembah orang-orang shalih adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah), mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan adzab-Nya..." (QS. Al-Israa' [17]: 57)
Dalil yang melarang menyembah pepohonan dan bebatuan adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap laata dan uzza, dan manaat yang ketiga, yang terakhir (sebagai anak perempuan Allah)?" (QS. An-Najm [53]: 19-20)
Begitu juga hadits dari Abu Waqid Al-Laitsiy radhiyallahu 'anhu: "Kami pernah keluar bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam ke Hunain. Saat itu kami baru saja lepas dari kekafiran (baru masuk Islam). Orang-orang musyrik saat itu memiliki pohon bidara yang mereka kerap berlama-lama di sisi pohon tersebut dan menggantungkan senjata-senjata mereka di situ. Pohon tersebut dikenal dengan nama Dzatu Anwath (tempat menggantungkan). Tatkala kami melewati sebuah pohon bidara, kami berkata, 'Ya Rasulullah, jadikanlah untuk kami pohon itu sebagai Dzatu Anwath sebagaimana orang-orang musyrik juga punya Dzatu Anwath.'" (Al-Hadits)
Syarah.
Setelah itu penulis membawakan beberapa dalil yang menunjukkan bathilnya penyembahan benda-benda atau makhluk yang disembah selain Allah Subhanahu wa Ta'ala.
1. Dalil yang melarang menyembah matahari dan bulan.
Di antara makhluk yang disembah adalah matahari dan bulan. Kedua makhluk ini dua tanda yang agung di antara tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam:
"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah." (17)
Allah Subhanahu wa Ta'ala yang mengatur keduanya. Tidak ada selain-Nya yang memiliki kekuasaan atasnya, baik untuk memunculkan maupun menenggelamkannya, sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi Ibrahim 'alaihis salam kepada raja namrud ketika beliau menjawab perkataannya,
"Orang itu (namrud) berkata, 'Saya dapat menghidupkan dan mematikan.' Ibrahim berkata, 'Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka coba terbitkanlah matahari itu dari barat.' Maka terdiamlah orang kafir itu dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al-Baqarah [2]: 258)
Baca selanjutnya:
Daftar Isi Buku Ini.
Daftar Buku Perpustakaan Ini.
===
Catatan Kaki:
17. HR. Al-Bukhari No. 1052 dan Muslim No. 907.
===
Maraji'/ sumber:
Kitab: Syarah Al-Qawa'id Al-Arba' (Syarah Mutun Al-Aqidah), Penulis Matan: Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab, Penulis Syarah: Syaikh Saad bin Nashir Asy-Syatsriy hafizhahullah (Dewan Penasihat Kerajaan Saudi Arabia dan Mantan Anggota Haiah Kibaril Ulama), Tanpa Keterangan Penerbit, Tanpa Keterangan Cetakan, Tanpa Keterangan Tahun, Judul Terjemahan: Syarah Al-Qawa'id Al-Arba', Penerjemah: Muflih Safitra, Penerbit: Naashirussunnah, Jakarta - Indonesia, Cetakan ke-1, Rabi'ul Akhir 1437 H/ Februari 2016 M.
===
Wakaf dari Ibu Anny - Jakarta untuk Perpustakaan Baitul Kahfi Tangerang. Semoga Allah menjaganya dan memudahkan segala urusan kebaikannya.
===
Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!