Skip to main content

Syarah Al-Qawa'id Al-Arba' (10/5)

Syarah Al-Qawa'id Al-Arba' (Syarah Mutun Al-Aqidah).

Syarah Al-Qawa'id Al-Arba'.

Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.

Syaikh Saad bin Nashir Asy-Syatsriy hafizhahullah (Dewan Penasihat Kerajaan Saudi Arabia dan Mantan Anggota Haiah Kibaril Ulama).

Muflih Safitra.

Syarah (Penjelasan) Al-Qawa'id Al-Arba' (10/5).

Artinya, seakan Allah Subhanahu wa Ta'ala berkata kepada orang-orang yang menyembah dan berdoa kepada para Nabi dan orang shalih, "Orang-orang yang kalian jadikan sembahan selain Allah tidak punya kekuasaan untuk menghilangkan bahaya dari kalian meskipun sekadar untuk memindahkannya. Ibadah yang kalian tujukan kepada orang-orang shalih itu pun tidak akan bermanfaat bagi mereka, sekalipun mereka adalah orang shalih. Bahkan kalian sesungguhnya justru menyelisihi jalan mereka. Mereka mengesakan Allah dan kalian justru menyekutukan-Nya."

5. Dalil yang melarang menyembah pepohonan dan bebatuan.

"Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap laata dan uzza, dan manaat yang ketiga, yang terakhir (sebagai anak perempuan Allah)?" (QS. An-Najm [53]: 19-20)

Kisah Laata.

Laata adalah salah satu berhala kaum musyrikin terdahulu yang mereka letakkan di salah satu tempat di kota Thaif. Laata aslinya adalah seorang yang shalih yang suka memberikan makan bagi para jamaah haji dan membuatkan roti untuk mereka. Ia suka memasak gandum yang dicampur air dan dilembutkan, lalu memberikannya kepada jamaah haji. Setelah ia wafat, manusia di kala itu ingin membuat kenangan untuknya. Maka mereka pun membuat patung di atas kubur Laata. Namun seiring perkembangan zaman, akhirnya patungnya dijadikan sembahan selain Allah Subhanahu wa Ta'ala dan peribadatan pun ditujukan kepadanya. Orang-orang Thaif menyembahnya, menyampaikan harapan mereka kepadanya, mempersembahkan ibadah untuknya, dan berdoa kepadanya.

Ketika berdamai dengan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam, datang delegasi mereka kepada Nabi dan berkata, "...kami minta pengecualian." Nabi (Shallallahu 'alaihi wa Sallam) menjawab, "Apa yang kalian kecualikan?" Mereka berkata, "Kami kecualikan Laata. Kami ingin Laata teta bersama kami selama tiga tahun." Maka Nabi (Shallallahu 'alaihi wa Sallam) menolaknya. Mereka menawar, "Tiga bulan." Nabi (Shallallahu 'alaihi wa Sallam) pun tetap tidak menyetujui permintaan mereka. Mereka berkata, "Kalau begitu engkau sendiri yang menghancurkannya (mereka takut terkena bencana karena menghancurkan Laata, -pent)." Nabi (Shallallahu 'alaihi wa Sallam) pun menjawab, "Kalau ini saya setuju."

Nabi (Shallallahu 'alaihi wa Sallam) pun mengutus Al-Mughirah bin Syu'bah bersama beberpaa orang radhiyallahu 'anhum karena Al-Mughirah adalah penduduk Thaif dari Bani Tsaqif. Nabi (Shallallahu 'alaihi wa Sallam) ingin menunjukkan kepada penduduk Thaif bahwa utusan beliau ini adalah dari kalangan mereka sendiri, dan manakala mereka mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta'ala, berhala-berhala dan segala benda yang mereka sembah tidak akan dapat membahayakan mereka.

Al-Mughirah pun akhirnya sampai. Lalu ia mengambil kapak, lantas memukulkannya ke berhala Laata dengan sekali pukulan biasa hingga roboh. Orang-orang Thaif pun bergembira dan bersorak karena mereka tertolong dan mendapat kemenangan. Al-Mughirah berkata kepada mereka, "Aku tidak bermaksud apa pun, kecuali sekadar ingin menguji akal kalian. Bagaimana bisa seonggok batu seperti ini memberikan kalian manfaat dan bisa mendatangkan bahaya?" Al-Mughirah pun kembali mengambil kapak lalu menghancurkan berhala Laata di hadapan mereka. (18)

Demikianlah kisah tentang batu berhala yang dibangun di atas kubur seorang yang shalih yang dulu suka memberi makanan kepada jamaah haji. Berhala itu tidak mampu memberikan manfaat sedikitpun kepada orang-orang yang menyembahnya. Sementara itu Nabi (Shallallahu 'alaihi wa Sallam) tidak menerima pengalihan ibadah kepada berhala itu meskipun hanya sesaat.

Baca selanjutnya:

Daftar Isi Buku Ini.

Daftar Buku Perpustakaan Ini.

===

18. Kisah ini dibawakan oleh Ibnu Hisyam di dalam As-Sirah (5/225) dan dibawakan pula kisah yang mirip oleh Al-Baihaqiy dalam Dalaail An-Nubuwwah (5/386).

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: Syarah Al-Qawa'id Al-Arba' (Syarah Mutun Al-Aqidah), Penulis Matan: Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab, Penulis Syarah: Syaikh Saad bin Nashir Asy-Syatsriy hafizhahullah (Dewan Penasihat Kerajaan Saudi Arabia dan Mantan Anggota Haiah Kibaril Ulama), Tanpa Keterangan Penerbit, Tanpa Keterangan Cetakan, Tanpa Keterangan Tahun, Judul Terjemahan: Syarah Al-Qawa'id Al-Arba', Penerjemah: Muflih Safitra, Penerbit: Naashirussunnah, Jakarta - Indonesia, Cetakan ke-1, Rabi'ul Akhir 1437 H/ Februari 2016 M.

===

Wakaf dari Ibu Anny - Jakarta untuk Perpustakaan Baitul Kahfi Tangerang. Semoga Allah menjaganya dan memudahkan segala urusan kebaikannya.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Popular posts from this blog