Skip to main content

Syarah Ushulus Sittah (6/5)

Syarh Al Ushul As Sittah.

Syarah Ushulus Sittah.

Penjelasan Enam Landasan Utama.

Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Bayu Abdurrahman.

Kebanyakan dari mereka dalam meyakini seseorang sebagai wali Allah bersandar kepada mukasyafah (kemampuan menyingkap rahasia) yang dimiliki atau karena dia mempunyai kemampuan yang di luar kebiasaan. Padahal perkara-perkara tersebut sama sekali tidak menunjukkan bahwa pemiliknya adalah wali Allah, bahkan telah disepakati oleh para wali Allah bahwa kalau ada seseorang yang bisa terbang di udara atau berjalan di atas air, maka kita tidak boleh tertipu. Kita harus menyelidiki, dia melakukan hal tersebut menerjang perintah dan larangan Rasulullah (Shallallahu 'alaihi wa Sallam) atau tidak.

Perlu diketahui bahwa karamah para wali Allah lebih mulia dari perkara itu. Orang yang memiliki kemampuan-kemampuan di luar kebiasaan tersebut yang disangka kebanyakan orang wali Allah, terkadang justru sebenarnya musuh Allah. Karena kemampuan-kemampuan yang luar biasa itu banyak dimiliki orang-orang kafir, orang-orang munafik, ahlul kitab, dan orang-orang musyrikin; demikian juga ahlu bid'ah, sehingga boleh jadi keluarbiasaan itu berasal dari setan. Oleh karena itu, kita tidak boleh menyangka bahwa setiap orang yang memiliki keluarbiasaan termasuk wali Allah. Kewalian seseorang diukur dengan sifat-sifat dan perilaku wali Allah yang ditunjukkan oleh Al Qur'an dan As Sunnah; atau bisa juga diukur dari sejauh mana pengetahuan dia tentang Al Qur'an dan hakikat-hakikat keimanan dan sejauh mana dia menerapkan syariat-syariat Islam.

Para ulama salaf, imam-imam mujtahid, dan semua wali Allah Subhanahu wa Ta'ala sepakat bahwa para Nabi adalah hamba yang lebih utama dari para wali yang bukan Nabi. Allah menyebutkan secara berurut para hambanya yang berbahagia yang diberi nikmat dalam empat tingkatan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

"Barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, maka mereka bersama orang-orang yang Allah telah beri nikmat dari kalangan para Nabi, para shiddiq, para syuhada, orang-orang shalih. Mereka itu adalah sebaik-baik teman." (QS. An Nisa': 69)

Wali-wali Allah yang bertakwa dan merupakan orang-orang pilihan, dimuliakan oleh Allah dengan diberi karamah sebagai hujjah bagi agama dan hujjah bagi kaum Muslimin sebagaimana mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada Nabi. Dan karamah para wali Allah diberikan sebagai barakah tindakan mereka mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Jadi, pada hakekatnya karamah termasuk kategori mukjizat Rasul Shallallahu 'alaihi wa Sallam.

Perlu diketahui bahwa karamah terkadang diberikan kepada wali Allah disesuaikan dengan kebutuhan. Apabila dia membutuhkan karamah karena lemahnya iman atau karena kaum Muslimin membutuhkannya, maka diberikanlah karamah kepadanya untuk memperkuat imannya dan memenuhi kebutuhan kaum Muslimin tadi. Pada orang yang sempurna perwaliannya kepada Allah, sehingga tidak diperlukan lagi karamah untuk memperkuat imannya, maka karamah itu tidak diberikan kepadanya. Oleh karena itu, karamah pada tabi'in lebih banyak daripada sahabat.

Orang yang memiliki keluarbiasaan sebagai petunjuk bagi manusia dan karena kebutuhan mereka kepadanya, derajat perwaliannya lebih tinggi daripada yang membutuhkannya karena kelemahan iman.

Terhadap masalah ini manusia terbagi menjadi tiga golongan:

Golongan pertama. Golongan ini mengakui adanya keluarbiasaan, tetapi hanya untuk Nabi saja, tidak untuk kebanyakan manusia karena anggapan bahwa kebanyakan manusia bukan wali Allah.

Golongan kedua. Golongan ini mempercayai bahwa setiap orang yang memiliki keluarbiasaan berarti dia wali Allah.

Kedua golongan ini salah. Golongan kedua mengatakan bahwa orang-orang musyrikin dan ahlul kitab memiliki penolong-penolong dalam memerangi kaum Muslimin yang termasuk wali-wali Allah. Perkataan tersebut ditolak oleh golongan pertama yang menolak adanya keluarbiasaan pada mereka yang bukan Nabi. Yang benar adalah golongan ketiga yakni bahwa mereka dibantu oleh orang-orang dari jenis mereka yang bukan termasuk wali Allah. (24)

Kami cukupkan nukilan ini insya Allah Ta'ala. Barangsiapa yang menghendaki keterangan lebih lanjut silakan merujuk pada kitab aslinya. Wallahu Al Muwafiq.

Baca selanjutnya:

Daftar Isi Buku Ini.

Daftar Buku Perpustakaan Ini.

===

24. Golongan ketiga ini mempercayai bahwa keluarbiasaan bisa diberikan kepada seorang Nabi maupun kepada yang bukan Nabi. Orang yang diberi keluarbiasaan oleh Allah belum tentu wali Allah. Gelar wali Allah hanya diberikan kepada orang-orang beriman dan bertakwa, yang mau menjalankan syariat Allah dengan baik, -ed.

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: Syarh Kasyf Asy Syubuhaat wa Yaliihi Syarh Al Ushul 'alaihis salam Sittah, Penulis Matan: Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab, Penulis Syarah: Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Penerbit: Dar Ats Tsarayya, Kerajaan Saudi Arabia, Tanpa Keterangan Cetakan, Tahun: 1416 H/ 1996 M, Judul Terjemahan: Syarah Kasyfu Syubuhat Membongkar Akar Kesyirikan dilengkapi Syarah Ushulus Sittah, Penerjemah: Bayu Abdurrahman, Penerbit: Media Hidayah, Jogjakarta - Indonesia, Cetakan Pertama, Rabi'uts Tsani 1425 H/ Juni 2004 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Popular posts from this blog