Skip to main content

Surat Al-Baqarah Ayat 177 (2) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

AL-MISHBAAHUL MUNIIRU FII TAHDZIIBI TAFSIIRI IBNU KATSIIR

SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR

JUZ 2

SURAT AL-BAQARAH

AL-BAQARAH, AYAT 177 (2)

Mengenai firman Allah Ta'ala: "Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah," Imam ats-Tsauri mengatakan, "Yang dimaksud adalah seluruh jenis kebaikan." (637) Imam ats-Tsauri rahimahullah benar, sebab orang yang memiliki sifat yang disebutkan di dalam ayat ini, berarti ia telah masuk ke seluruh wilayah Islam dan mengambil segala bentuk kebaikan, yaitu:

1. Beriman kepada Allah Ta'ala, yang tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar selain Dia.

2. Membenarkan adanya para Malaikat yang merupakan utusan yang menghubungkan antara Allah dan para Rasul-Nya.

3. Beriman kepada "Al-Kitab." Al-Kitan merupakan ismu jins (nama jenis) yang mencakup kitab-kitab yang diturunkan dari langit kepada para Nabi hingga ditutup oleh Kitab paling mulia di antara Kitab-kitab itu, yaitu al-Qur-an yang menjadi tolok ukur bagi kitab-kitab sebelumnya, yang kepadanya seluruh kebaikan bermuara, meliputi segala macam kebahagiaan di dunia dan di akhirat, dan semua kitab itu dinaskh (dihapus hukumnya) dengan al-Qur-an.

4. Beriman kepada seluruh Nabi Allah Ta'ala, dari Nabi yang pertama hingga yang terakhir, yaitu Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

5. Selanjutnya firman Allah 'Azza wa Jalla: "Dan memberikan harta yang dicintainya." Artinya, menshadaqahkan hartanya, padahal ia sangat mencintai dan menyukainya. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits marfu' dalam kitab Shahiih al-Bukhari dan Shahiih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

أَفْضَلُ الصَّدَقَةُ أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيْحٌ شَحِيْحٌ تَأْمُلُ الْغِنَى وَتَخْشَى الْفَقْرَ.

"Seutama-utama shadaqah adalah engkau menshadaqahkan harta ketika engkau berada dalam keadaan sehat lagi membutuhkan serta engkau menginginkan kekayaan dan takut miskin." (638)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan darimu dan tidak pula (ucapan) terima kasih." (QS. Al-Insaan: 8-9)

Allah juga berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai." (QS. Ali 'Imran: 92)

Dia juga berfirman: "Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu)." (QS. Al-Hasyr: 9)

Inilah bentuk lain yang nilainya sangat tinggi, yaitu mereka lebih mengutamakan orang lain padahal sebenarnya mereka sendiri sangat membutuhkannya. Mereka memberikan harta dan makanan yang mereka cintai.

Selanjutnya firman Allah, "Kepada kerabatnya," yakni kerabat seseorang. Memberikan shadaqah kepada mereka lebih diutamakan. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:

الصَّدَقَةُ عَلَى الْمَسَاكِيْنِ صَدَقَةٌ، وَعَلَى ذَوِي الرَّحِمِ اثْنَتَانِ: صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ، فَهُمْ أَوْلَى النَّاسِ بِكَ وَبِبِرِّكَ وَإِعْطَائِكَ.

"Shadaqah kepada orang-orang miskin mendapat satu pahala. Dan shadaqah kepada karib kerabat mendapat dua pahala, yaitu pahala shadaqah dan pahala menyambung tali silaturahmi. Mereka adalah orang yang paling utama bagimu untuk mendapatkan kebaikan serta pemberianmu." (639)

Allah telah memerintahkan untuk berbuat baik kepada mereka melalui beberapa ayat di dalam al-Qur-an.

===

Catatan Kaki:

637. Ibnu Abi Hatim (I/253), tahqiq: DR. Al-Ghamidi.

638. Fat-hul Baari (III/334) dan Muslim (II/716). [Al-Bukhari (no. 1419), Muslim (no. 1032)].

639. Ahmad (IV/214). [Shahih: Dishahihkan oleh syaikh al-Albani rahimahullah dalam kitab Shahiihul Jaami' (no. 3858)].

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh – Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta – Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.

Popular posts from this blog