Skip to main content

Surat Al-Baqarah Ayat 174-176 (2) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

AL-MISHBAAHUL MUNIIRU FII TAHDZIIBI TAFSIIRI IBNU KATSIIR

SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR

JUZ 2

SURAT AL-BAQARAH

AL-BAQARAH, AYAT 174-176 (2)

"Mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api." Maksudnya, apa pun yang mereka makan dari hasil perbuatan mereka menyembunyikan al-haq, sebenarnya berupa api yang bergejolak di dalam perut mereka pada hari Kiamat.

Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zhalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (Neraka)." (QS. An-Nisaa': 10)

Disebutkan dalam sebuah hadits shahih, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

الَّذِي يَأْكُلُ أَوْ يَشْرَبُ فِي آنِيَةِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ إِنَّمَا يُجَرْجِرُ فِي بَطْنِهِ نَارَ جَهَنَّمَ.

"Orang yang makan atau minum dalam bejana emas dan perak, sungguh ia telah menyalakan api Jahannam di dalam perutnya." (635)

Selanjutnya firman Allah 'Azza wa Jalla: "Dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari Kiamat dan tidak akan menyucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih." Karena Allah sangat murka kepada mereka disebabkan mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahuinya. Karena itulah mereka berhak mendapatkan kemurkaan. Maka Allag Ta'ala tidak melihat ke arah mereka dan tidak pula menyucikan mereka, artinya Dia tidak memuji dan menyanjung mereka, tetapi mengadzab mereka dengan adzab yang sangat pedih.

Kemudian Allah membongkar keadaan mereka seraya berfirman: "Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk." Mereka menukar petunjuk, dalam hal ini perintah untuk menyebarluaskan sifat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang terdapat dalam kitab-kitab mereka, berita tentang pengutusannya, dan berita gembira tentang kedatangannya dalam kitab-kitab para Nabi serta keharusan mengikuti dan membenarkannya. Namun mereka menukar petunjuk tersebut dengan kesesatan, yaitu dengan cara mendustakan, mengingkari, serta menyembunyikan sifat-sifat Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) yang terdapat dalam kitab-kitab mereka.

"Dan (membeli) siksa dengan ampunan." Artinya, mereka menukar ampunan dengan adzab, sehingga mereka mendapat siksa.

Kemudian firman-Nya, "Maka alangkah beraninya mereka menentang api Neraka," menunjukkan bahwa mereka berada dalam siksaan yang sangat pedih, mengerikan dan menakutkan. Orang yang melihat mereka akan merasa heran atas keberanian mereka menghadapi api Neraka tersebut, padahal siksaan, hukuman dan belenggu yang mereka rasakan sangatlah berat. Semoga Allah melindungi kita darinya.

Adapun firman Allah Ta'ala: "Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan al-Kitab dengan membawa kebenaran." Menunjukkan bahwa mereka berhak menerima siksa yang pedih, karena Allah Ta'ala telah menurunkan kitab-kitab kepada Rasul-Nya, Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan juga para Nabi sebelumnya yang menegaskan kebenaran dan menghilangkan kebathilan. Namun mereka menjadikan ayat-ayat Allah itu sebagai bahan ejekan belaka. Kitab yang mereka baca memerintahkan agar menampakkan dan menyebarluaskan pengetahuan, akan tetapi mereka menolak dan mendustakannya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, penutup para Nabi ini, mengajak mereka ke jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala, memerintahkan kebaikan dan melarang kemunkaran. Tetapi mereka mendustakan, menyalahi, dan menyembunyikan sifat-sifat beliau. Artinya, mereka telah menghina ayat-ayat Allah yang diturunkan kepada Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam), sehingga mereka berhak mendapatkan siksaan dan hukuman. Maka setelah itu Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan al-Kitab dengan membawa kebenaran; dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) al-Kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh."

===

Catatan Kaki:

635. Al-Bukhari (no. 5634) dan Muslim (no. 2065).

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh – Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta – Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.

Popular posts from this blog