Skip to main content

Kisah Harut dan Marut serta Tafsir Tentang Kedua Malaikat tersebut | Al-Baqarah, Ayat 99-103 | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir.

Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri.

Shahih Tafsir Ibnu Katsir.

Al-Baqarah, Ayat 99-103.

Kisah Harut dan Marut serta Tafsir Tentang Kedua Malaikat tersebut.

Firman Allah Ta'ala, "Dan apa yang diturunkan kepada dua Malaikat di negeri Babilonia, yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan, 'Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), karena itu janganlah kamu kafir.' Maka mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya."

Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang ayat ini. Sebagian berpendapat bahwa kata 'maa' dalam ayat ini adalah 'maa nafiyah' (yang meniadakan). Yang saya maksud adalah 'maa' dalam firman-Nya, (وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ) "Dan apa yang diturunkan kepada dua Malaikat."

Al-Qurthubi mengatakan, "Kata 'maa' di situ adalah 'maa nafiyah' (yang berfungsi meniadakan) sekaligus 'ma'thuf' (disambungkan) kepada firman Allah sebelumnya, yaitu (وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ) "Dan Sulaiman tidaklah kafir."

Kemudian Allah berfirman, "Akan tetapi syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua Malaikat." Hal itu karena orang-orang yahudi menganggap bahwa sihir itu diturunkan oleh Jibril dan Mikail. Kemudian Allah menerangkan kedustaan mereka, dan menjadikan firman-Nya, (هَارُوْتَ وَمَارُوْتَ) "Harut dan Marut," sebagai badal (pengganti) dari kata (الشَّيَاطِيْنَ) "Syaitan-syaitan."

Al-Qurthubi melanjutkan, "Benarnya penafsiran itu karena bentuk jamak itu bisa berarti dua seperti dalam firman Allah, (فَإِنْ كَانَ لَهُ إِخْوَةٌ) 'Jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara.' (QS. An-Nisaa`: 11) (367) Atau karena keduanya (Harut dan Marut) mempunyai pengikut, atau keduanya disebut dalam ayat itu karena pembangkangan mereka. Menurut al-Qurthubi, perkiraan makna ungkapa ayat tersebut adalah, "Syaitan-syaitan itu mengajarkan sihir kepada manusia di Babilonia, yaitu Harut dan Marut." Kemudian al-Qurthubi mengatakan, "Penafsiran ini adalah penafsiran terbaik dan paling tepat." Dan ia tidak memilih penafsiran lain.

Ibnu Jarir meriwayatkan dengan sanadnya melalui jalan al-'Aufi dari Ibnu 'Abbas tentang firman-Nya, "Dan apa yang diturunkan kepada dua Malaikat di negeri Babilonia," dan ayat seterusnya, ia mengatakan, "Allah Ta'ala tidak menurunkan sihir." (368)

Ibnu Jarir juga meriwayatkan dengan sanadnya dari ar-Rabi' bin Anas tentang ayat, "Dan apa yang diturunkan kepada dua Malaikat," ia mengatakan, "Allah tidak menurunkan sihir kepada keduanya." (369)

Ibnu Jarir mengatakan, "Maka takwil (penafsiran) ayat, 'Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman,' yakni berupa sihir. 'Dan Sulaiman tidaklah kafir.' Dan Allah tidak menurunkan sihir kepada dua Malaikat tersebut, 'Akan tetapi syaitan-syaitan itulah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia,' di negeri Babilonia, yaitu Harut dan Marut. Dengan demikian, kalimat 'Di negeri Babilonia, yaitu Harut dan Marut,' adalah ayat yang lafazhnya diakhirkan dan maknanya didahulukan."

Ibnu Jarir mengatakan, "Jika ada yang bertanya kepada kami, 'Apa alasan pendahuluan makna tersebut,' maka alasan pendahuluan itu adalah, 'Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman,' yakni berupa sihir. 'Dan Nabi Sulaiman tidaklah kafir,' dan Allah tidak menurunkan sihir kepada dua Malaikat tersebut, 'Akan tetapi syaitan-syaitan itulah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia di negeri Babilonia,' yakni Harut dan Marut. Dengan demikian, makna dua Malaikat itu adalah Jibril dan Mikail 'alaihimas salaam, karena para penyihir dari orang-orang yahudi sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya menganggap bahwa Allah telah menurunkan sihir melalui lisan Jibril dan Mikail kepada Nabi Sulaiman bin Dawud 'alaihimas salaam. Maka Allah pun menerangkan kedustaan mereka dengannya dan Dia mengabarkan kepada Nabi-Nya Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam bahwa Jibril dan Mikail tidak pernah turun dengan membawa sihir, serta Nabi Sulaiman 'alaihis salaam sendiri terbebas dari sihir yang mereka tuduhkan. Bahkan, Allah mengabarkan kepada mereka bahwa sihir itu termasuk perbuatan syaitan dan syaitan-syaitan itu mengajarkannya di negeri Babilonia. Dan Allah mengabarkan bahwa di antara orang-orang yang diajari sihir oleh syaitan-syaitan itu adalah dua orang yang bernama Harut dan Marut. Maka Harut dan Marut ini adalah tafsir dari kata "manusia" dalam ayat ini sekaligus sebagai bantahan atas orang-orang yahudi." (370)

Demikianlah tafsir dari Ibnu Jarir dengan lafazh darinya. Dan takwil ini seakan dipaksakan sebagaimana yang terlihat.

Baca selanjutnya:

Kembali ke Daftar Isi Buku ini.

Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.

===

Catatan Kaki:

367. Al-Qurthubi (II/ 50).

368. Ath-Thabari (II/ 419).

369. Ath-Thabari (II/ 419).

370. Ath-Thabari (II/ 419).

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Edit Isi: Abu Ahsan Sirojuddin Hasan Bashri Lc, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Cetakan Keempat Belas, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.

===

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT