Skip to main content

Taklid Buta Terhadap Ulama dan Penguasa | Kitab Tauhid

Bab 38

Taklid Buta Terhadap Ulama dan Penguasa

Barangsiapa yang menaati ulama dan penguasa dalam mengharamkan perkara yang telah dihalalkan Allah dan menghalalkan perkara yang telah diharamkan-Nya, maka dia telah menjadikan mereka sebagai rabb-rabb selain Allah.

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma mengatakan,

"Aku khawatir bila kalian ditimpa hujan batu dari langit. Aku menyampaikan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, akan tetapi kalian membantah dengan perkataan Abu Bakar dan Umar." (Shahih, diriwayatkan oleh Ahmad 1/337)

Imam Ahmad bin Hambal berkata, "Aku heran dengan orang-orang yang mengerti ilmu sanad dan keshahihan hadits akan tetapi mereka justru menjadikan pendapat Sufyan sebagai patokan, padahal Allah Ta'ala berfirman,

"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa siksa yang pedih." (QS. An Nur: 63)

Apakah engkau mengetahui maksud fitnah dalam ayat di atas?! Fitnah itu adalah kesyirikan. Boleh jadi jika seseorang membantah sabda Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) maka akan timbul penyimpangan dalam hatinya sehingga dia pun akan binasa.

'Adiy bin Hatim radhiyallahu 'anhu mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sedang membaca ayat,

"Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahin mereka sebagai rabb-rabb selain Allah, dan (mereka juga mempertuhankan) Al Masih putera Maryam. Padahal mereka hanya disuruh menyembah Ilah yang satu. Tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah kecuali Dia. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan." (QS. At Taubah: 31)

'Adiy lantas berkata kepada Nabi, "Sesungguhnya kami tidak menyembah mereka." Nabi (shallallahu 'alaihi wa sallam) bersabda,

"Bukankah mereka mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah, lantas kalian pun ikut-ikutan mengharamkannya pula dan mereka menghalalkan sesuatu yang diharamkan Allah, lantas kalian pun ikut-ikutan menghalalkannya?!" Aku mengatakan, "Ya." Nabi (shallallahu 'alaihi wa sallam) bersabda, "Itulah bentuk penyembanan terhadap mereka." (HR. Ahmad, Tirmidzi 3095 dan beliau menghasankannya, Thabrani dalam Al Kabir 17/92)

Kandungan Bab

1. Tafsir surat An Nur ayat: 63. (158)

2. Tafsir surat Baraah ayat: 31. (159)

3. Perlu diperhatikan makna ibadah yang sebelumnya diingkari oleh 'Adiy.

4. Contoh kasus yang disampaikan Ibnu Abbas dengan menyebut Abu Bakar dan Umar, sedangkan Imam Ahmad dengan menyebut Sufyan.

5. Kondisi zaman telah berubah sampai titik kulminasi yang demikian itu, sehingga mayoritas orang beranggapan bahwa menyembah orang-orang shalih adalah amal yang paling mulia. Penyembahan kepada orang-orang shalih itu pun dinamakan sebagai suatu kewalian. Bentuk penyembahan terhadap orang alim adalah dengan mengekor terhadap ilmu pengetahuan dan fikihnya (tanpa melihat kesesuaiannya dengan firman Allah dan Rasul-Nya, -pent). Kondisi pun terus berubah sampai-sampai orang-orang yang tidak shalih pun disembah dan orang-orang bodoh pun diikuti pendapatnya.

=====

Catatan Kaki:

158. Ayat ini mengandung larangan untuk menyelisihi Sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, -pent.

159. Ayat ini menunjukkan bahwa barangsiapa mengikuti seseorang dalam perkara yang menyelisihi perintah Allah dan Rasul-Nya, berarti dia telah menjadikan orang tersebut sebagai Rabb, -pent.

=====

Maraji'/ Sumber:
Kitab: At Tauhid, Alladzi Huwa Haqqullah 'alal 'Abid, Penulis: Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdul Wahhab rahimahullaah, Penerbit: Darul Aqidah, Kairo - Mesir, Tanpa Keterangan Cetakan, Tahun 1422 H/ 2002 M, Judul Terjemahan: Kitab Tauhid, Memurnikan La Ilaha Illallah, Penerjemah: Eko Haryono, Editor, Taqdir, Hidayati, Penerbit: Media Hidayah - Indonesia, Cetakan Pertama, Sya'ban 1425 H/ Oktober 2004 M.