Bab 37
Beramal dengan Orientasi Duniawi
Orang yang beramal hanya berorientasi kepada duniawi (155) semata berarti telah berbuat syirik.
Allah Ta'ala berfirman,
"Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna bahkan di dunia mereka tidaklah dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh sesuatu di akhirat melainkan Neraka. Segala yang telah mereka usahakan di dunia akan lenyap dan sia-sialah segala yang mereka kerjakan." (QS. Hud: 15-16)
Dalam Shahih Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamishah dan celakalah hamba khamilah. Jika diberi, hatinya senang, tapi jika tidak diberi, hatinya marah. Celakalah dia dan semoga urusannya semakin dipersulit (156). Apabila dia tertusuk duri, semoga tidak bisa mencabutnya."
"Berbahagialah orang yang memacu kudanya untuk berjihad di jalan Allah. Rambutnya lusuh dan kedua kakinya penuh dengan debu. Jika dia ditugaskan di pos penjagaan maka dia pun berjaga di pos tersebut. Jika dia ditugaskan di garis belakang, dia pun tetap setia di garis belakang. Jika dia meminta izin (untuk bertemu pemimpin, -pent), maka tidak diberi izin. Jika dia bertindak sebagai perantara (untuk bertemu pemimpin, -pent), maka dia tidak diakui." (HR. Bukhari 2887)
Kandungan Bab
1. Ada orang yang orientasi amal shalihnya adalah semata-mata duniawi.
2. Tafsir surat Hud ayat: 15-16. (157)
3. Ada orang yang mengaku Islam, akan tetapi dinamakan sebagai hamba dinar, hamba dirham, dan hamba khamishah.
4. Pengertian hamba dinar, dirham, khamishah, dan khamilah adalah orang yang jika diberi maka senang tetapi jika tidak diberi marah.
5. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendo'akan agar mereka celaka dan urusannya semakin ruwet.
6. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendo'akan agar jika mereka tertusuk duri tidak bisa mencabutnya.
7. Pujian terhadap orang yang berjihad dengan sifat seperti disebutkan dalam hadits di atas.
=====
Catatan Kaki:
155. Orang yang beramal dengan orientasi dunia ada tiga macam:
a. Beramal kebajikan dengan ikhlas akan tetapi berharap bahwa Allah akan membalasnya di dunia ini. Ini adalah bentuk yang diharamkan.
b. Beramal kebajikan karena dilihat dan didengar oleh orang lain. Ini termasuk syirik kepada Allah.
c. Beramal kebajikan karena mengharap keuntungan material dari orang lain. Ini juga termasuk syirik. (Lihat Al Jadiid fi Syarh Kitab At Tauhid hlm. 329)
156. "Ta'isa" adalah do'a kejelekan atas seseorang agar dia merugi dan celaka. Sedangkan "Intakasa" adalah do'a kejelekan atas seseorang agar urusan orang tersebut berbalikan dengan apa yang diinginkannya sehingga urusan tersebut menjadi begitu rumit bagi dirinya. Setiap kali orang tersebut menginginkan sesuatu maka yang terjadi adalah seratus delapan puluh derajat berbalikan dengan apa yang dikehendakinya. (Lihat Al Qaulul Mufid 'ala Kitab At Tauhid: II/79)
157. Di dalam dua ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan bahwa barangsiapa memiliki kemauan yang rendah, daya pikir yang minim dan menginginkan bagian dari dunia dengan amal shalih yang diperbuatnya, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memberikannya di dunia. Akan tetapi pada hari akhir, dia akan merugi dengan amal shalih tersebut karena dia sangat membutuhkannya. Bahkan memungkinkan dirinya untuk dimasukkan ke dalam api Neraka karena amal kebajikannya telah dia minta untuk dipetik di dunia. Akhirnya, amal kebajikan itu pun hilang, lenyap dan tidak bisa menjadi sebab untuk menyelamatkannya. (Lihat Al Jadiid fi Syarh Kitab At Tauhid hlm. 328-329)
=====
Maraji'/ Sumber:
Kitab: At Tauhid, Alladzi Huwa Haqqullah 'alal 'Abid, Penulis: Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdul Wahhab rahimahullaah, Penerbit: Darul Aqidah, Kairo - Mesir, Tanpa Keterangan Cetakan, Tahun 1422 H/ 2002 M, Judul Terjemahan: Kitab Tauhid, Memurnikan La Ilaha Illallah, Penerjemah: Eko Haryono, Editor, Taqdir, Hidayati, Penerbit: Media Hidayah - Indonesia, Cetakan Pertama, Sya'ban 1425 H/ Oktober 2004 M.