Skip to main content

Cinta Kepada Allah | Kitab Tauhid

Bab 31

Cinta Kepada Allah

Allah Ta'ala berfirman,

"Di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Sedangkan orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah." (QS. Al Baqarah: 165)

"Katakanlah, 'Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian senangi lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang-orang fasik." (QS. At Taubah: 24)

Anas radhiyallahu 'anhu menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Salah seorang di antara kalian tidak dikatakan beriman dengan sempurna sebelum menjadikan diriku lebih dicintainya daripada anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia." (HR. Bukhari 15, Muslim 44)

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas radhiyallahu 'anhu, Nabi (shallallahu 'alaihi wa sallam) bersabda,

"Ada tiga perkara, jika perkara-perkara itu terdapat dalam diri seseorang, maka dia akan mendapatkan manisnya rasa iman. Tiga perkara itu adalah: mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi yang selain keduanya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah dan tidak menyukai untuk kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan Allah darinya sebagaimana dirinya tidak menyukai sekiranya dijebloskan dalam Neraka." (HR. Bukhari 16, Muslim 43)

Dalam riwayat hadits yang lain dikatakan,

"Seseorang tidak akan mendapatkan manisnya iman sampai..." dst.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas (radhiyallahu 'anhu), dia mengatakan,

"Barangsiapa cinta dan benci hanya karena Allah, berteman dan memusuhi karena Allah. Sesungguhnya pertolongan Allah itu diperoleh dengan demikian itu. Seorang hamba tidak akan bisa merasakan kenikmatan iman walaupun banyak melakukan shalat dan puasa sampai dirinya berbuat demikian itu. Sungguh, kebanyakan persahabatan seseorang itu hanya dilandaskan kepada kepentingan dunia. Persahabatan yang demikian itu tidak bermanfaat bagi mereka." (HR. Ibnul Mubarak dalam kitab Az Zuhd 353, Ibnu Abi Syaibah 13/368, Thabrani dalam kitab Al Kabir 13537)

Tentang firman Allah,

"...dan putuslah segala hubungan antara mereka sama sekali." (QS. Al Baqarah: 166),

Ibnu Abbas menafsirkan bahwa maknanya adalah kasih sayang.

Kandungan Bab

1. Tafsir surat Al Baqarah ayat: 165. (142)

2. Tafsir surat Al Baraah ayat: 24. (143)

3. Kewajiban untuk lebih mencintai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam daripada diri sendiri, keluarga dan harta benda.

4. Pernyataan, "Tidak beriman..." dalam hadits di atas bukan berarti keluar dari Islam, (tetapi keimanannya kurang sempurna, -ed).

5. Iman memiliki rasa manis, akan tetapi ada orang yang bisa merasakannya dan ada pula orang yang tidak bisa merasakannya.

6. Ada empat amalan hati sehingga seseorang bisa meraih kemenangan dari Allah dan merasakan kenikmatan iman.

7. Sahabat memahami realita yang terjadi dimana persahabatan yang ada, pada umumnya hanya dilandasi oleh kepentingan duniawi.

8. Tafsir firman Allah, "...dan putuslah segala hubungan antara mereka sama sekali."

9. Di antara orang musyrik ada yang sangat mencintai Allah.

10. Ancaman bagi orang yang menjadikan delapan perkara duniawi di atas lebih dicintainya daripada agamanya.

11. Barangsiapa yang memuja selain Allah dengan mencintainya sebagaimana mencintai Allah, maka itulah perbuatan syirik akbar.

=====

Catatan Kaki:

142. Ayat ini menjelaskan bahwa barangsiapa mencintai sesuatu seperti mencintai Allah maka berarti dia telah menjadikannya sebagai sekutu Allah dan inilah perbuatan syirik. (Lihat Al Jadiid fi Syarh Kitab At Tauhid hlm. 278)

143. Ayat ini menjelaskan kewajiban mencintai Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu cinta adalah satu bentuk ibadah dan menyelewengkan ibadah kepada selain Allah adalah syirik. (Lihat Al Jadiid fi Syarh Kitab At Tauhid hlm. 280)

=====

Maraji'/ Sumber:
Kitab: At Tauhid, Alladzi Huwa Haqqullah 'alal 'Abid, Penulis: Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdul Wahhab rahimahullaah, Penerbit: Darul Aqidah, Kairo - Mesir, Tanpa Keterangan Cetakan, Tahun 1422 H/ 2002 M, Judul Terjemahan: Kitab Tauhid, Memurnikan La Ilaha Illallah, Penerjemah: Eko Haryono, Editor, Taqdir, Hidayati, Penerbit: Media Hidayah - Indonesia, Cetakan Pertama, Sya'ban 1425 H/ Oktober 2004 M.