Skip to main content

Tindakan Preventif Rasulullah Untuk Membentengi Tauhid | Kitab Tauhid

Bab 22

Tindakan Preventif Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) Untuk Membentengi Tauhid

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam senantiasa berusaha melindungi tauhid umat ini. Bahkan beliau menutup semua jalan yang bisa menjerumuskan seseorang ke dalam kesyirikan.

Allah Ta'ala berfirman,

"Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kaum kalian sendiri, terasa berat olehnya penderitaan kalian. Dia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian. Dia juga amat belas kasihan dan penyayang terhadap orang-orang Mukmin." (QS. At Taubah: 128)

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian sebagai kubur. Janganlah kalian menjadikan kuburku sebagai tempat perayaan. Bershalawatlah kepadaku karena sesungguhnya shalawat kalian akan sampai kepadaku di mana pun kalian berada." (HR. Abu Dawud dengan sanad hasan dan para perawinya adalah perawi yang terpercaya. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Hibban 65 dan Thabrani dalam Al Kabir 1647 dengan sanad shahih)

'Ali (107) bin Al Husain radhiyallahu 'anhum melihat seseorang yang mendatangi celah yang ada pada kubur Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Orang itu lantas masuk di dalamnya dan berdo'a. 'Ali pun segera melarangnya dan mengatakan, "Maukah engkau kuberitahu dengan sebuah hadis yang kudengar dari bapakku dari kakekku bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Janganlah kalian menjadikan kuburku sebagai tempat perayaan dan jangan pula menjadikanku rumah-rumah kalian sebagai kubur. Bershalawatlah kepadaku karena ucapan selamat kalian akan sampai kepadaku di mana pun kalian berada." (Diriwayatkan oleh Abdul Ghani Al Maqdisi dalam kitab Al Ahaditsu Al Mukhtarah, Abu Ya'la 496, Adh Dhiya dalam kitab Al Mukhtarah 428. Hadits hasan)

Kandungan Bab

1. Tafsir surat Baraah ayat 128. (108)

2. Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) berusaha untuk menjauhkan umatnya dari perbuatan syirik sejauh-jauhnya.

3. Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) sangat menginginkan (agar kita beriman dan selamat, -pent). Beliau juga sangat belas kasihan dan penyayang (kepada orang-orang beriman, -pent).

4. Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) melarang kita untuk menziarahi kuburnya dengan cara-cara tertentu padahal ziarah ke kuburan beliau adalah amal yang mulia.

5. Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) melarang terlalu sering ziarah kubur.

6. Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) menganjurkan kita untuk mengerjakan shalat sunnah di rumah.

7. Telah menjadi ketetapan para Salaf bahwa menyampaikan shalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak perlu dilakukan di kubur beliau.

8. Alasan dari pernyataan di atas adalah karena ucapan shalawat dan salam seseorang yang ditujukan kepada beliau pasti akan sampai kepada beliau walaupun orang itu berada di tempat yang jauh. Oleh karena itu tidak perlu lagi dengan cara-cara seperti yang disangka orang yang ingin menyampaikan shalawat dan salam itu dari jarak yang dekat.

9. Di alam barzakh, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam diperlihatkan dengan amalan umatnya yang mengucapkan shalawat dan salam kepadanya.

=====

Catatan Kaki:

107. Beliau adalah 'Ali bin Al Husain bin 'Ali bin Abi Thalib. Terkenal dengan sebutan Zainal Abidin. Termasuk tabiin yang paling mulia dan paling alim. Meninggal tahun 93 H.

108. Ayat di atas menunjukkan betapa besar keinginan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada umatnya. Hal ini memberikan konsekuensi bahwa dirinya harus menjaga sisi tauhid umat dan menutup semua jalan yang bisa mengantarkannya kepada kesyirikan. Beliau telah melakukan itu semua, beliau melarang umatnya mengagung-agungkan kubur dengan membuat bangunan di atasnya. Sebagai langkah awalnya beliau melarang hal itu terjadi pada kuburnya (walaupun dirinya belum meninggal, -pent). (Lihat Al Jadiid fi Syarh Kitab At Tauhid hlm. 201)

=====

Maraji'/ Sumber:

Kitab: At Tauhid, Alladzi Huwa Haqqullah 'alal 'Abid, Penulis: Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdul Wahhab rahimahullaah, Penerbit: Darul Aqidah, Kairo - Mesir, Tanpa Keterangan Cetakan, Tahun 1422 H/ 2002 M, Judul Terjemahan: Kitab Tauhid, Memurnikan La Ilaha Illallah, Penerjemah: Eko Haryono, Editor, Taqdir, Hidayati, Penerbit: Media Hidayah - Indonesia, Cetakan Pertama, Sya'ban 1425 H/ Oktober 2004 M.