Skip to main content

Menyembelih Binatang yang Dipersembahkan Kepada Selain Allah | Kitab Tauhid

Bab 10

Menyembelih Binatang yang Dipersembahkan Kepada Selain Allah

Allah Ta'ala berfirman,

"Katakanlah, 'Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb segenap alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (QS. Al An'am: 162-163)

Allah Ta'ala berfirman,

"Maka dirikanlah shalat karena Rabb-mu dan berkorbanlah." (QS. Al Kautsar: 2)

'Ali (48) radhiyallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) bersabda kepadanya tentang empat hal,

"Allah melaknat orang yang menyembelih binatang dengan niat untuk selain Allah. Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya. Allah melaknat orang yang melindungi penjahat (49). Allah melaknat orang yang menggeser patok tanah." (HR. Muslim 1978, Nasa'i 7/204, Ahmad 1/108)

Thariq bin Syihab (50) radhiyallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Ada orang yang masuk Surga karena seekor lalat dan ada pula orang yang masuk Neraka karena seekor lalat." Para sahabat bertanya, "Bagaimana hal itu bisa terjadi, wahai Rasulullah?" Nabi (shallallahu 'alaihi wa sallam) bersabda, "Ada dua orang yang melewati kaum yang memiliki sebuah berhala. Tidak seorang pun diizinkan melewati berhala itu sampai dia memberikan persembahan kepada berhala tersebut."

Orang-orang dari kaum tersebut berkata kepada salah satu dari kedua orang tersebut, "Persembahkanlah kurban kepadanya." Orang tadi mengatakan, "Aku tidak memiliki suatu apa pun yang bisa aku persembahkan." Mereka mengatakan, "Persembahkanlah sesuatu walaupun hanya dengan seekor lalat. Orang itu pun mempersembahkan seekor lalat sehingga mereka memperkenankannya untuk meneruskan perjalanan. Karena itu, lelaki itu pun masuk Neraka. Mereka kemudian berkata kepada seorang yang lain, "Persembahkanlah kurban." Orang itu menjawab, "Aku tidak akan mempersembahkan kurban kepada seorang pun selain Allah Subhanahu wa Ta'ala." Kemudian mereka pun menebas leher orang tersebut. Maka lelaki itu masuk Surga karenanya." (Sanadnya shahih, diriwayatkan oleh Ahmad dalam kitab Az Zuhd 15-16, Abu Nu'aim dalam kitab Al Hilyah 1/204)

Kandungan Bab

1. Tafsir firman Allah Ta'ala, "Sesungguhnya shalat dan ibadahku,..." (51)

2. Tafsir firman Allah Ta'ala, "Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan berkorbanlah." (52)

3. Dalam hadits di atas disebutkan bahwa orang yang pertama kali terkena laknat Allah adalah orang yang menyembelih binatang dengan niat untuk selain Allah.

4. Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya. Misalnya, kita melaknat orang tua teman sehingga dia akan balik melaknat orang tua kita.

5. Allah melaknat orang yang melindungi penjahat. Penjahat adalah orang yang melakukan tindak kriminal sehingga dia wajib dijatuhi hukuman sesuai dengan ketentuan Allah. Akan tetapi penjahat tersebut lantas meminta perlindungan kepada orang yang mampu melindunginya.

6. Allah melaknat orang yang menggeser patok tanah. Patok tanah adalah tanda yang bisa membedakan antara tanah yang menjadi hak milik seseorang dengan hak milik tetangga sebelahnya. Orang tersebut menggeser patok itu ke depan atau ke belakang.

7. Perbedaan antara melaknat orang tertentu (dengan tunjuk hidung) dan melaknat pelaku maksiat secara umum.

8. Kisah lalat di atas adalah kisah yang sangat menarik.

9. Orang yang masuk Neraka itu disebabkan karena mempersembahkan seekor lalat. Sebenarnya dia sendiri tidak pernah berniat berbuat demikian, tetapi dia lakukan agar bisa terbebas dari perlakuan buruk kaum pemuja berhala tersebut.

10. Mengetahui kadar kesyirikan yang menjangkiti hati orang yang beriman. Bagaimana ketabahannya dalam menghadapi ancaman mati dan tidak menyetujui permintaannya. Padahal para pemuja berhala itu hanya menuntut amalan lahiriyah saja?!

11. Orang yang masuk Neraka lantara seekor lalat itu adalah seorang Muslim. Kalau dia adalah orang kafir maka tidaklah dikatakan, "Ada seseorang masuk Neraka karena seekor lalat."

12. Hadits di atas adalah penguat sebuah hadits shahih yang berbunyi,

"Surga itu lebih dekat kepada salah seorang di antara kalian daripada tali sandalnya sendiri dan Neraka pun juga demikian." (HR. Bukhari 6488, Ahmad 1/387 dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu)

13. Mengetahui bahwa amalan hati adalah tolok ukur yang terpenting. Hal ini juga diakui oleh para pemuja berhala.

=====

Catatan Kaki:

48. Beliau adalah Abul Hasan 'Ali bin Abi Thalib. Beliau adalah khalifah rasyidin yang keempat. Beliau adalah anak paman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau terbunuh pada tahun 40 H.

49. Kalau dibaca muhdatsan maka maknanya adalah orang yang ridha dengan ahli bid'ah. (Lihat Al Jadiid fi Syarhi Kitab At Tauhid hlm. 107)

50. Beliau adalah Abu 'Abdillah Thariq bin Syihab Al Bajaly Al Ahmasy. Beliau pernah melihat Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam akan tetapi belum pernah mendengar hadits dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau wafat pada tahun 83 H.

51. Ayat ini maknanya adalah segala sembelihan kurban hanya boleh ditujukan kepada Allah saja, oleh karena itu penyembelihan adalah salah satu bentuk ibadah. Sedangkan memalingkan ibadah kepada selain Allah adalah perbuatan syirik. (Lihat Al Jadiid fi Syarh Kitab At Tauhid hlm. 105)

52. Ayat ini menunjukkan bahwa taqarrub dengan menyembelih binatang kurban hanya boleh ditujukan kepada Allah. Oleh karena itu, amalan ini termasuk ibadah. Sedangkan memalingkan ibadah kepada selain Allah adalah perbuatan syirik. (Lihat Al Jadiid fi Syarh Kitab At Tauhid hlm. 106)

=====

Maraji'/ Sumber:

Kitab: At Tauhid, Alladzi Huwa Haqqullah 'alal 'Abid, Penulis: Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdul Wahhab rahimahullaah, Penerbit: Darul Aqidah, Kairo - Mesir, Tanpa Keterangan Cetakan, Tahun 1422 H/ 2002 M, Judul Terjemahan: Kitab Tauhid, Memurnikan La Ilaha Illallah, Penerjemah: Eko Haryono, Editor, Taqdir, Hidayati, Penerbit: Media Hidayah - Indonesia, Cetakan Pertama, Sya'ban 1425 H/ Oktober 2004 M.