Skip to main content

Malaikat Tidak Berhak Untuk Diibadahi | Kitab Tauhid

Bab 16

Malaikat Tidak Berhak Untuk Diibadahi

Allah ta'ala berfirman,

"Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka (Malaikat), mereka berkata, 'Apakah yang telah difirmankan oleh Rabb kalian?' Mereka menjawab, '(Perkataan) yang benar. Dialah yang Mahatinggi lagi Mahabesar.'" (QS. Saba': 23)

Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Apabila Allah menetapkan perintah di atas langit, para Malaikat mengepakkan sayap-sayapnya karena tunduk dengan firman-Nya. Firman Allah yang mereka dengarkan itu seolah-olah seperti suara gemerincing rantai di atas batu. Hal ini memekakkan mereka. Apabila rasa takut itu telah dihilangkan dari hati mereka, mereka mengucapkan, 'Apa yang telah difirmankan oleh Rabb kalian?' Mereka menjawab, '(Perkataan) yang benar. Dia Mahatinggi lagi Mahabesar.'"

"Setan-setan penyadap berita pun mendengarkan berita itu. Para penyadap berita itu posisinya saling bertumpuk-tumpukan. Sofyan menggambarkannya dengan memiringkan telapak tangannya dan merenggangkan jari-jemarinya. Jika setan yang di atas mendengar berita itu maka segera dia sampaikan kepada setan yang berada di bawahnya kemudian yang lainnya juga menyampaikan kepada setan yang berada di bawahnya hingga sampai kepada tukang sihir dan dukun."

"Terkadang setan penyadap berita itu terkena meteor sebelum sempat menyampaikan berita itu. Terkadang pula setan itu bisa menyampaikan berita itu sebelum terkena meteor tadi. Lalu dengan berita yang didengarnya itulah tukang sihir atau dukun itu menyampaikan banyak kedustaan. Orang-orang yang mendatangi tukang sihir atau dukun pun mengatakan, 'Bukankah pada hari anu, dia telah mengabarkan kepada kita bahwa akan terjadi demikian dan demikian.' Akibatnya, tukang sihir dan dukun itu pun dipercaya karena satu kalimat yang telah didengarnya dari langit." (HR. Bukhari 4701)

An Nuwas bin Sam'an (74) radhiyallahu 'anhu menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Apabila Allah ingin mewahyukan suatu perintah, maka Dia pun berfirman dengan wahyu tersebut. Langit pun bergetar keras karena takut kepada Allah 'Azza wa Jalla. Apabila Malaikat penghuni langit mendengar wahyu tersebut, mereka pun pingsan dan bersungkur sujud kepada Allah. Malaikat yang pertama kali mengangkat kepalanya adalah Jibril. Allah lantas berfirman kepadanya dengan wahyu sesuai dengan kehendak-Nya."

"Jibril lantas melewati para Malaikat. Setiap kali dia melewati satu langit, para malaikat yang ada di langit tersebut bertanya kepadanya, 'Wahai Jibril, apa yang telah difirmankan oleh Rabb kita?' Jibril menjawab, 'Allah telah memfirmankan sesuatu yang benar. Dia Mahatinggi dan Mahabesar.' Semua Malaikat pun mengucapkan seperti perkataan Jibril tadi. Jibril lantas menyampaikan wahyu itu sesuai dengan perintah Allah 'Azza wa Jalla." (Hasan, diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam kitab At Tafsir 22/91, Ibnu Khuzaimah dalam At Tauhid 206, Thabrani dalam kitab Musnad Asy Syamiyin 591)

Kandungan Bab

1. Tafsir surat Saba' ayat: 23. (75)

2. Ayat ini mengandung argumen tentang batilnya kesyirikan, khususnya yang ada kaitannya dengan orang-orang shalih. Ada juga yang mengatakan bahwa ayat ini adalah ayat yang bisa memangkas akar-akar kesyirikan dari dalam hati.

3. Tafsir firman Allah ta'ala, "Mereka menjawab, '(Perkataan) yang benar. Dialah yang Mahatinggi lagi Mahabesar.'" (76)

4. Sebab pertanyaan para Malaikat tentang wahyu tersebut. (77)

5. Jibril kemudian menjawab pertanyaan para Malaikat itu dengan mengatakan, "Allah telah memfirmankan sesuatu yang benar. Dia Mahatinggi dan Mahabesar."

6. Disebutkan dalam hadis di atas bahwa Malaikat yang pertama kali mengangkat kepalanya adalah Jibril. (78)

7. Jibril memberi jawaban kepada seluruh penghuni langit karena mereka semua bertanya kepadanya.

8. Seluruh Malaikat penghuni langit pingsan setelah mendengar firman Allah tersebut.

9. Langit bergetar karena mendengar kalam Allah.

10. Jibril adalah Malaikat yang menyampaikan wahyu tersebut sesuai dengan perintah Allah.

11. Disebutkan dalam hadis di atas bahwa ada setan yang menyadap kabar dari langit.

12. Posisi setan-setan penyadap berita itu saling menunggangi satu sama lain.

13. Peluncuran meteor (untuk menembak setan-setan penyadap berita, -pent).

14. Terkadang setan sudah tertembak meteor sebelum bisa menyampaikan kabar itu. Akan tetapi terkadang pula, dia bisa menyampaikan kabar itu kepada manusia yang menjadi anteknya sebelum tersambar oleh meteor tersebut.

15. Omongan dukun/tukang ramal terkadang bisa benar.

16. Dukun mencampur aduk kabar dari langit itu dengan banyak kedustaan.

17. Kebohongannya tidaklah bisa dipercaya kecuali karena kalimat yang diterimanya dari langit.

18. Jiwa manusia memiliki kecenderungan untuk menerima kebatilan. Bagaimana orang-orang bisa berpatokan dengan satu omongan dukun yang kebetulan saja sesuai dengan kenyataan dan tidak mau mempertimbangkan banyak kedustaan yang dibuat oleh dukun tersebut.

19. Omongan dukun yang kebetulan sesuai dengan kenyataan itu tersebar luas dari mulut ke mulut. Bahkan mereka menghafalkannya dan menjadikannya sebagai bukti kebenaran perkataan (ramalan) sang dukun.

20. Penetapan sifat-sifat bagi Allah. Hal ini berbeda dengan sekte asy'ariyah yang meniadakan sifat-sifat bagi Allah.

21. Dijelaskan di atas bahwa bergetarnya langit dan pingsannya para Malaikat dikarenakan rasa takut mereka kepada Allah 'Azza wa Jalla.

22. Para Malaikat bersungkur sujud kepada Allah.

=====

Catatan Kaki:

74. Beliau adalah An Nuwas bin Sam'an bin Khalid bin Amr Al Kalabi Al Anshari. Beliau adalah seorang sahabat Nabi. Ada ulama yang mengatakan bahwa bapak beliau juga seorang sahabat.

75. Ayat ini menjelaskan bahwa sebenarnya para Malaikat takut kepada Allah, lantas bagaimana mungkin mereka dijadikan sesembahan selain Allah. Kalau beribadah kepada para Malaikat baik dengan meyakini bahwa malaikat itu yang bisa memberi syafaat atau hanya sekedar menjadikan mereka sebagai perantara untuk memperoleh syafaat itu tidak diperbolehkan, apalagi beribadah kepada selain mereka, misalnya: kubur sebagai sesembahan selain Allah. Tentunya hal itu lebih tidak layak lagi. (Lihat Al Jadiid fi Syarh Kitab At Tauhid hlm. 148)

76. Allah 'Azza wa Jalla berfirman dengan perkataan yang benar karena Allah adalah Al Haq. Tidak akan terjadi dari diri-Nya kecuali kebenaran pula. Dia tidak akan berkata dan berbuat kecuali dengan kebenaran. (Lihat Al Qaulul Mufid Syarh Kitab At Tauhid: I/242)

77. Sebabnya adalah rasa takut yang sangat mendalam dari para Malaikat kepada Allah. Mereka takut sekiranya wahyu itu ternyata berbicara tentang mereka yaitu berisi siksaan yang tidak akan mampu mereka tanggung.

78. Ini menunjukkan keutamaan Jibril dari Malaikat-malaikat yang lainnya.

=====

Maraji'/ Sumber:

Kitab: At Tauhid, Alladzi Huwa Haqqullah 'alal 'Abid, Penulis: Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdul Wahhab rahimahullaah, Penerbit: Darul Aqidah, Kairo - Mesir, Tanpa Keterangan Cetakan, Tahun 1422 H/ 2002 M, Judul Terjemahan: Kitab Tauhid, Memurnikan La Ilaha Illallah, Penerjemah: Eko Haryono, Editor, Taqdir, Hidayati, Penerbit: Media Hidayah - Indonesia, Cetakan Pertama, Sya'ban 1425 H/ Oktober 2004 M.