Bab 21
Dampak Sikap Berlebih-lebihan Terhadap Kuburan Orang-orang Shalih
Sikap ekstrim terhadap kuburan orang shalih akan menjadikannya sebagai berhala yang disembah selain Allah.
Imam Malik (99) meriwayatkan dalam kitab Al muwatha' bahwa Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) bersabda,
"Ya Allah, janganlah engkau menjadikan kuburku sebagai berhala yang disembah. Alangkah murkanya Allah kepada orang yang menjadikan kubur-kubur orang shalih sebagai tempat ibadah." (Shahih, diriwayatkan oleh Malik, Bazzar secara maushul dalam kitab Kasyful Astar 440)
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir (100) dengan sanadnya dari Sufyan (101) dari Manshur (102) dari Mujahid (103) tentang tafsir firman Allah Ta'ala,
"Terangkanlah kepadaku (wahai musyrikin) tentang (berhala yang kalian anggap sebagai anak perempuan Allah) yaitu Al Lata dan Al Uzza." (QS. An Najm: 19)
Mujahid mengatakan bahwa Al Lata adalah orang yang dulunya mengaduk tepung untuk para jamaah haji. Setelah meninggal, orang-orang pun lantas bersemedi di kuburnya.
Demikian pula tafsir Ibnu 'Abbas sebagaimana disampaikan oleh Abul Jauza' (104). Ibnu 'Abbas mengatakan bahwa Al Lata adalah orang yang dulunya mengaduk tepung untuk jamaah haji.
Ibnu 'Abbas radhiyallahu'anhuma berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melaknat para wanita yang berziarah kubur dan orang-orang yang menjadikan kubur sebagai tempat ibadah serta membuat penerangan di atasnya." (HR. Abu Dawud 3236, Ibnu Majah 1575, Tirmidzi 320, Nasa'i 4/77, dan Ahmad 1/229)
Kandungan Bab
1. Pengertian berhala. (105)
2. Pengertian ibadah. (106)
3. Tidaklah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a memohon perlindungan kepada Allah kecuali dari sesuatu yang dikhawatirkan akan terjadi.
4. Dalam do'a tersebut, Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) juga menyebutkan bahwa Allah murka terhadap orang yang menjadikan kuburan para Nabi sebagai tempat ibadah.
5. Disebutkan bahwa Allah sangat murka (kepada orang yang menjadikan kubur sebagai tempat ibadah, -pent).
6. Perkara yang sangat urgen di sini adalah mengetahui sejarah terjadinya penyembahan kepada Al Lata, berhala yang paling besar.
7. Mengetahui bahwa berhala Al Lata itu asal mulanya dari kubur orang shalih.
8. Nama Al Lata adalah nama penghuni kubur tersebut. (Dalam bab ini, -pent) juga disebutkan pengertian dari nama tersebut.
9. Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) melaknat para wanita yang berziarah kubur.
10. Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) juga melaknat orang yang memberikan penerangan di atas kubur.
=====
Catatan Kaki:
99. Beliau adalah Abu Abdillah Malik bin Anas Al Ashbahi Al Madani. Beliau adalah imam di kota Madinah. Beliau wafat pada tahun 179 H.
100. Beliau adalah Muhammad bin Jarir Ath Thabari. Beliau adalah guru besar di bidang ilmu tafsir. Beliau wafat pada tahun 310 H.
101. Beliau adalah Sufyan Ats Tsari Amirul Mukminin dalam ilmu hadits. Beliau wafat pada tahun 161 H.
102. Beliau adalah Manshur bin Al Mu'tamir bin Abdillah As Sulami. Beliau adalah perawi hadits yang terpercaya dan kuat hafalannya. Beliau wafat pada tahun 132 H.
103. Beliau adalah Mujahid bin Jabar Abul Hajjaj Al Makhzumi Al Makki. Beliau adalah perawi hadits yang terpercaya dan seorang imam di bidang tafsir. Beliau wafat pada tahun 104 H.
104. Beliau adalah Aus bin Abdillah Ar Rib'i. Beliau wafat pada tahun 83 H.
105. Berhala adalah segala sesuatu yang disembah selain Allah baik berupa patung, kubur, dan sebagainya. (Lihat Al Qaulul Mufid 'ala Kitab At Tauhid: I/344)
106. Ibadah adalah merendahkan diri dan tunduk kepada sesuatu yang disembah dilandasi dengan rasa takut, harap, dan pengagungan. Hal ini berdasarkan sabda Nabi (shallallahu 'alaihi wa sallam), "Janganlah engkau jadikan kuburku sebagai berhala yang disembah." (Lihat Al Qaulul Mufid 'ala Kitab At Tauhid: I/344)
=====
Maraji'/ Sumber:
Kitab: At Tauhid, Alladzi Huwa Haqqullah 'alal 'Abid, Penulis: Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdul Wahhab rahimahullaah, Penerbit: Darul Aqidah, Kairo - Mesir, Tanpa Keterangan Cetakan, Tahun 1422 H/ 2002 M, Judul Terjemahan: Kitab Tauhid, Memurnikan La Ilaha Illallah, Penerjemah: Eko Haryono, Editor, Taqdir, Hidayati, Penerbit: Media Hidayah - Indonesia, Cetakan Pertama, Sya'ban 1425 H/ Oktober 2004 M.