Skip to main content

Beberapa Karakteristik 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah (2) | Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah

Bab IV

Beberapa Karakteristik 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah (2)

4. Mata Rantai Sanadnya Sampai Kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Para Shahabatnya dan Para Tabi'in serta Para Imam yang Mendapatkan Petunjuk.

Tidak ada satu dasar pun dari dasar-dasar 'aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang tidak mempunyai dasar atau sanad atas qudwah (contoh) dari para Shahabat, Tabi'in dan para Imam yang mendapatkan petunjuk hingga Hari Kiamat. Hal ini sangat berbeda dengan 'aqidah kaum mubtadi'ah (ahli bid'ah) yang menyalahi kaum Salaf di dalam ber-'aqidah. 'Aqidah mereka merupakan hal yang baru (bid'ah) tidak mempunyai sandaran dari al-Qur-an dan as-Sunnah, ataupun dari para Shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan Tabi'in. Oleh karena itu, maka mereka berpegang kepada kebid'ahan sedangkan setiap bid'ah adalah kesesatan. (131)

5. Jelas dan Gamblang.

'Aqidah Ahlus Sunnah mempunyai ciri khas yaitu gamblang dan jelas, bebas dari kontradiksi dan ketidakjelasan, jauh dari filsafat dan kerumitan kata dan maknanya, karena 'aqidah Ahlus Sunnah bersumber dari firman Allah yang sangat jelas yang tidak datang kepadanya kebatilan (kepalsuan) baik dari depan maupun dari belakang, dan bersumber dari sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang tidak pernah berbicara dengan hawa nafsunya. Sedangkan 'aqidah dan keyakinan yang lainnya berasal dari ramuan yang dibuat oleh manusia atau ta'wil dan tahrif mereka terhadap teks-teks syar'i. Sungguh sangat jauh perbedaan sumber dari 'aqidah Ahlus Sunnah dan kelompok yang lainnya. 'Aqidah Ahlus Sunnah adalah tauqifiyah (berdasarkan dalil/nash) dan bersifat ghaib, tidak ada pintu bagi ijtihad sebagaimana yang telah dimaklumi. (132)

6. Bebas dari Kerancuan, Kontrakdiksi dan Kesamaran.

'Aqidah Islam yang murni ini tidak ada kerancuan padanya, tidak pula kontradiksi dan kesamaran. Hal itu karena 'aqidah tersebut bersumber dari wahyu, kekuatan hubungan para penganutnya dengan Allah, realisasi ubudiyah (penghambaan) hanya kepada-Nya semata, penuh tawakkal kepada-Nya semata, kekokohan keyakinan mereka terhadap al-haq (kebenaran) yang mereka miliki. Orang yang meyakini 'aqidah Salaf tidak akan ada kebingungan, kecemasan, keraguan dan syubhat di dalam beragama. Berbeda halnya dengan para ahli bid'ah, tujuan dan sasaran mereka tidak pernah lepas dari penyakit bingung, cemas, ragu, rancu dan mengikuti kesamaran.

Sebagai contoh yang sangat jelas sekali adalah keraguan, kegoncangan dan penyesalan yang terjadi pada para tokoh terkemuka mutakallimin (ahlu kalam), tokoh filosof dan para tokoh sufi sebagai akibat dari sikap mereka menjauhi 'aqidah Salaf. Dan kembalinya sebagian mereka kepada taslim dan pengakuan terhadap 'aqidah Salaf, terutama ketika usia mereka sudah lanjut atau mereka menghadapi kematian, sebagaimana yang terjadi pada Imam Abul Hasan al-Asy'ari (wafat th. 324 H). Beliau telah merujuk kembali kepada 'aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah ('aqidah Salaf) sebagaimana dinyatakan di dalam kitabnya, al-Ibanah 'an Ushuliddiyanah, setelah sebelumnya menganut 'aqidah mu'tazilah, kemudian talfiq (paduan antara 'aqidah mu'tazilah dan 'aqidah Salaf) dan akhirnya kembali kepada 'aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Hal serupa juga dilakukan oleh Imam al-Baqillani (wafat th. 403 H) sebagaimana dinyatakan dalam kitab at-Tamhid, dan masih banyak lagi tokoh terkemuka lainnya. (133)

=====

Catatan Kaki:

131. Lihat Majmuu' Fataawaa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (I/9) dan Buhuuts fii 'Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jama'ah (hal. 35).

132. Lihat Buhuuts fii 'Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jama'ah (hal. 35).

133. Lihat Majmuu' Fataawaa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (IV/72-73) dan Buhuuts fii 'Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jama'ah (hal. 35-36).

=====

Maraji'/ sumber:

Buku: Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, Penulis: Ustadz Yazid bin 'Abdul Qadir Jawas hafizhahullaah, Penerbit: Pustaka at-Taqwa, Bogor - Indonesia, Cetakan Pertama, Jumadil Akhir 1425 H/ Agustus 2004 M.