Skip to main content

Kewajiban Ittiba' (Mengikuti Jejak) Salafush Shalih dan Menetapkan Manhajnya (2) | Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah

Bab V

Kewajiban Ittiba' (Mengikuti Jejak) Salafush Shalih dan Menetapkan Manhajnya (2)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS. An-Nisaa': 115)

Ayat ini menunjukkan bahwa menyalahi jalannya kaum Mukminin sebagai sebab akan terjatuh ke dalam jalan-jalan kesesatan dan diancam dengan masuk Neraka Jahannam. Ayat ini juga menunjukkan bahwa mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah sebesar-besar prinsip dalam Islam yang mempunyai konsekuensi wajibnya umat Islam untuk mengikuti jalannya kaum Mu'minin dan jalannya kaum Mu'minin adalah perkataan dan perbuatan para Shahabat radhiyallahu 'anhum. Karena, ketika turunnya wahyu tidak ada orang yang beriman kecuali para Shahabat, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

"Rasul telah beriman kepada al-Qur-an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman." (QS. Al-Baqarah: 285)

Orang-orang Mukmin ketika itu hanyalah para Shahabat radhiyallahu 'anhum, tidak ada yang lain.

Ayat di atas menunjukkan bahwasanya mengikuti jalan para Shahabat dalam memahami syari'at adalah wajib dan menyalahinya adalah kesesatan. (140)

"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha terhadap mereka dan mereka ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka Surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (QS. At-Taubah: 100)

Ayat tersebut sebagai hujjah bahwa manhaj para Shahabat radhiyallahu 'anhum adalah benar. Dan orang yang mengikuti mereka akan mendapatkan keridhaan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala dan disediakan bagi mereka Surga. Mengikuti manhaj mereka adalah wajib atas setiap Mukmin.

Kalau mereka tidak mau mengikuti maka mereka akan mendapatkan hukuman dan tidak mendapatkan keridhaan Allah 'Azza wa Jalla dan ini harus diperhatikan. (141)

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah..." (QS. Ali 'Imraan: 110)

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah 'Azza wa Jalla telah menetapkan keutamaan atas sekalian umat-umat yang ada dan hal ini menunjukkan keistiqamahan para Shahabat dalam setiap keadaan karena mereka tidak menyimpang dari syariat yang terang benderang, sehingga Allah 'Azza wa Jalla mempersaksikan bahwa mereka memerintahkan setiap kema'rufan (kebaikan) dan mencegah setiap kemungkaran. Hal tersebut menunjukkan dengan pasti bahwa pemahaman mereka (Shahabat) adalah hujjah atas orang-orang setelah mereka sampai Allah 'Azza wa Jalla mewariskan bumi dan seisinya. (142)

=====

Catatan Kaki:

140. Bashaa-iru Dzawi Syaraf bi Syarh Marwiyati Manhajis Salaf (hal. 54).

141. Bashaa-iru Dzawi Syaraf bi Syarh Marwiyati Manhajis Salaf hal. 43, 53-54.

142. Lihat Limadza Ikhtartu Manhajas Salafy hal. 86 oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilaly.

=====

Maraji'/ sumber:

Buku: Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, Penulis: Ustadz Yazid bin 'Abdul Qadir Jawas hafizhahullaah, Penerbit: Pustaka at-Taqwa, Bogor - Indonesia, Cetakan Pertama, Jumadil Akhir 1425 H/ Agustus 2004 M.