Skip to main content

Beberapa Karakteristik 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah | Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah

Bab IV

Beberapa Karakteristik 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah

Sesungguhnya orang yang mau berpikir obyektif, jika ia mau melakukan perbandingan antara berbagai keyakinan yang ada di antara umat manusia saat ini, niscaya ia menemukan beberapa karakteristik dan ciri-ciri dari 'aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang merupakan 'aqidah Islamiyah yang haq (benar) berbeda dengan lainnya.

Karakter dan ciri-ciri itu di antaranya:

1. Keotentikan Sumbernya.

Hal ini karena 'aqidah Ahlus Sunnah semata-mata hanya bersandarkan kepada al-Qur-an, hadits dan ijma' para ulama Salaf serta penjelasan dari mereka. Ciri ini tidak terdapat pada aliran-aliran mutakalimin, ahli bid'ah dan kaum sufi yang selalu bersandar kepada akal dan pemikiran atau kepada kasyaf, ilham, wujud dan sumber-sumber lain yang berasal dari manusia yang lemah. Mereka jadikan hal tersebut sebagai patokan atau sandaran di dalam masalah-masalah yang ghaib. Padahal 'aqidah itu semuanya ghaib.

Sedangkan Ahlus Sunnah selalu berpegang teguh al-Qur-an dan Hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Ijma' Salafush Shalih dan penjelasan-penjelasan dari mereka. Jadi, 'aqidah apa saja yang bersumber dari selain al-Qur-an, hadits, ijma' Salaf dan penjelasan mereka itu, maka adalah termasuk kesesatan dan kebid'ahan. (127)

2. Berpegang Teguh Kepada Prinsip Berserah Diri Kepada Allah dan Kepada Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam.

Sebab 'aqidah adalah masalah yang ghaib, dan hal yang ghaib itu hanya tegak dan bersandar kepada kepasrahan (taslim) dan keyakinan sepenuhnya (mutlak) kepada Allah (dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam). Maksudnya, hal tersebut adalah apa yang diberitakan Allah dan Rasul-Nya wajib diterima dan diyakini sepenuhnya. Taslim merupakan ciri dan sifat kaum beriman yang karenanya mereka dipuji oleh Allah, seraya berfirman:

'Alif Laam Mim. Kitab al-Qur-an ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka beriman kepada yang ghaib..." (QS. Al-Baqarah: 1-3)

Perkaraa ghaib itu tidak dapat diketahui atau dijangkau oleh akal, maka oleh karena itu Ahlus Sunnah membatasi diri di dalam masalah 'aqidah kepada berita dan wahyu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya. Hal ini sangat berbeda dengan ahli bid'ah dan ahli kalam (mutakalimin). Mereka memahami masalah yang ghaib itu dengan berbagai dugaan. Tidak mungkin mereka mengetahui masalah-masalah ghaib. Mereka tidak melapangkan akalnya (128) dengan taslim, berserah diri kepada Allah dan Rasul-Nya, dan tidak pula menyelamatkan 'aqidah mereka dengan Ittiba' dan mereka tidak membiarkan kaum Muslimin awam berada pada fitrah yang telah Allah fitrahkan kepada mereka. (129)

3. Sejalan dengan Fitrah yang Suci dan Akal yang Sehat.

Hal itu karena 'aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah berdiri di atas prinsip ittiba' (mengikuti), iqtidha' (meneladani) dan berpedoman kepada petunjuk Allah, bimbingan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan 'aqidah generasi terdahulu (Salaful Ummah). 'Aqidah Ahlus Sunnah bersumber dari sumber fitrah yang suci dan akal yang sehat itu sendiri serta pedoman yang lurus. Betapa sejuknya sumber rujukan ini. Sedangkan 'aqidah dan keyakinan golongan yang lain itu hanya berupa khayalan dan dugaan-dugaan yang membutakan fitrah dan membingungkan akal belaka. (130)

=====

Catatan Kaki:

127. Lihat Buhuuts fii 'Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jama'ah hal. 33-34.

128. Hal ini tidak boleh dipahami bahwa Islam mengekang akal, menonaktifkan fungsinya dan menghapus bakat berpikir yang ada pada manusia, namun sebaliknya, Islam menyediakan bagi akal banyak sarana untuk mengetahui, mengamati, berpikir dan berkarya, sesuatu yang cukup merangsang keinginannya terhadap ciptaan Allah. Wallaahu a'lam.

129. Buhuuts fii 'Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jama'ah hal. 34.

130. Ibid.

=====

Maraji'/ sumber:

Buku: Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, Penulis: Ustadz Yazid bin 'Abdul Qadir Jawas hafizhahullaah, Penerbit: Pustaka at-Taqwa, Bogor - Indonesia, Cetakan Pertama, Jumadil Akhir 1425 H/ Agustus 2004 M.