Skip to main content

Pendahuluan (8) | Tafsir Al-Qur-an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim.

Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah.

Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah.

Bahrun Abu Bakar Lc.
H. Anwar Abu Bakar Lc.

Pendahuluan (8).

Sesungguhnya tidak ada yang mengetahui hal tersebut kecuali hanya sedikit, yaitu hanya orang-orang yang diperlihatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala hal tersebut. Maka ditegaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui firman-Nya:

Karena itu, janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka kecuali pertengkaran lahir saja. (Al-Kahfi: 22)

Dengan kata lain, janganlah kamu menyusahkan dirimu untuk hal-hal yang tidak ada faedahnya; jangan pula kamu menanyakan kepada mereka masalah tersebut, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui hal itu melainkan hanya terkaan terhadap barang yang gaib (tidak kelihatan).

Hal ini merupakan metode yang paling baik untuk mengisahkan masalah yang diperselisihkan, yaitu hendaknya kita bersikap menampung semua pendapat yang dikemukakan dalam masalah yang dimaksud, tetapi hendaknya pula bersikap jeli dalam menilai pendapat yang sahih di antara semua pendapat yang dikemukakan, bersikap tegas terhadap pendapat yang batil, dan memperingatkan akibat dari perselisihan agar persengketaan tidak berkelanjutan dan tidak terjebak ke dalam perselisihan yang sama sekali tak berfaedah hingga banyak pekerjaan penting yang terbengkalai.

Orang yang menceritakan suatu masalah yang diperselisihkan tanpa menampung semua pendapat pihak yang bersangkutan di dalamnya, maka informasi yang dikemukakannya itu kurang lengkap, mengingat adakalanya pendapat yang benar berada pada pihak yang tidak disebutkannya. Atau dia menceritakan suatu perselisihan secara apa adanya tanpa menggarisbawahi pendapat yang benar di antara semua pendapat yang ada, maka informasi yang diajukannya terbilang kurang pula. Jika dia membenarkan pendapat yang keliru dengan sengaja, berarti dia melakukan suatu kedustaan secara sengaja. Atau jika dia tidak mengerti, berarti dia telah melakukan suatu kekeliruan. Demikian pula halnya orang yang melibatkan dirinya dalam suatu perselisihan tentang masalah yang sama sekali tidak berguna, atau dia menceritakan berbagai pendapat secara teks, padahal kesimpulan dari semua pendapat tersebut dapat diringkas menjadi satu atau dua pendapat, berarti dia menyia-nyiakan waktu yang berharga dan memperbanyak hal-hal yang tidak benar. Perihalnya sama dengan seseorang yang berdusta ditinjau dari sisi mana pun. Hanya kepada Allah jualah memohon taufik ke jalan yang benar.

Jika kita tidak menemukan tafsir di dalam Al-Qur'an, tidak pula di dalam Sunnah serta riwayat dari kalangan para sahabat, hendaklah merujuk kepada pendapat para tabi'in, sebagaiman yang diajukan oleh kebanyakan para imam, antara lain Mujahid ibnu Jabar; karena sesungguhnya dia merupakan seorang pentolan dalam tafsir, menurut Muhammad ibnu Ishaq.

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aban ibnu Shaleh, dari Mujahid yang pernah berkata, "Aku pernah memaparkan Al-Qur'an kepada Ibnu Abbas sebanyak tiga kali bacaan, mulai dari pembukaan hingga khatam. Aku menghentikan bacaanku pada tiap-tiap ayat dari Al-Qur'an, lalu bertanya kepadanya mengenai penafsirannya."

Ibnu Jarir mengatakan bahwa telah bercerita kepada kami Abu Kuraib dan Thalq ibnu Ganam, dari Utsman Al-Makki, dari Ibnu Abu Mulaikah yang pernah mengatakan, "Aku pernah melihat Mujahid bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai tafsir Al-Qur'an, sedangkan Mujahid memegang Mush-haf-nya." Lalu Ibnu Abbas berkata kepadanya, "Tulislah!" Hingga Mujahid menanyakan kepadanya tentang tafsir secara keseluruhan. Karena itu, Sufyan Ats-Tsauri mengatakan, "Apabila datang kepadamu suatu tafsiran dari Mujahid, hal itu sudah cukup bagimu."

Yang dapat dijadikan rujukan lagi ialah seperti Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah maula Ibnu Abbas, Atha ibnu Abu Rabah, Al-Hasan Al-Bashri, Masruq ibnul Ajda', Sa'id ibnul Musayyab, Abul Aliyah, Ar-Rabi' ibnu Anas, Qatadah, Dhahhak ibnu Muzahim, dan lain-lainnya dari kalangan para tabi'in dan para pengikut mereka.

Manakala kita menyebutkan pendapat-pendapat mereka dalam suatu ayat, tampak sekilas dalam ungkapan mereka perbedaan yang oleh orang yang tidak mengerti akan diduga sebagai suatu perselisihan, pada akhirnya dia menceritakannya dalam berbagai pendapat. Padahal kenyataannya tidaklah demikian, karena di antara mereka ada seseorang yang mengungkapkan sesuatu melalui hal-hal yang berkaitan dengannya atau persamaannya saja. Di antara mereka ada yang me-nash-kan sesuatu masalah seperti apa adanya, tetapi pada kebanyakan kasus sebenarnya pendapat mereka sama. Maka hal seperti ini harap diperhatikan oleh orang yang berakal cerdas, dan Allah-lah yang memberi petunjuk.

Baca selanjutnya:

Kembali ke Daftar Isi Buku ini.

Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.

===

Maraji'/ Sumber:
Kitab: Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim, Penulis: Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Tanpa Keterangan Penerbit, Tanpa Keterangan Cetakan dan Tahun, Judul Terjemahan: Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah, Penerjemah: Bahrun Abu Bakar Lc, H. Anwar Abu Bakar Lc, Penyunting: Drs. Ii Sufyana M. Bakri, Penerbit: Sinar Baru Algensindo, Bandung - Indonesia, Cetakan Ketiga, 2003 M.

===

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Popular posts from this blog