Bab 47
Memuliakan Nama-nama Allah
Dalam rangka memuliakan nama-nama Allah kita diperintahkan untuk merubah nama (yang sekiranya dengan pemakaian nama tersebut akan berarti merendahkan Allah, -pent).
Dahulu kala Abu Syuraih radhiyallahu 'anhu berkun-yah (nama panggilan yang dinisbatkan kepada anak, -pent.-) Abul Hakam. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lantas bersabda kepadanya,
"Allah itu adalah Al Hakam dan segala hukum itu diserahkan kepadanya." Abu Syuraih berkata, "Jika kaumku berselisih, maka mereka mendatangiku dan aku pun memutuskan perkara mereka sehingga kedua belah pihak pun bisa menerimanya." Nabi (shallallahu 'alaihi wa sallam) bersabda, "Alangkah baiknya hal ini. Apakah engkau memiliki anak?" Dia menjawab, "Syuraih, Muslim dan Abdullah." Nabi (shallallahu 'alaihi wa sallam) bertanya, "Siapakah yang paling tua di antara mereka?" Dia menjawab, "Syuraih." Nabi (shallallahu 'alaihi wa sallam) bersabda, "Kalau demikian namamu adalah Abu Syuraih." (Shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud 4955, Nasa'i 8/199, dan Ibnu Hibban 504)
Kandungan Bab
1. Senantiasa berusaha memuliakan nama-nama dan sifat-sifat Allah (dengan tidak menggunakan nama-nama yang memiliki makna seolah-olah sejajar dengan Allah, -pent), walaupun tidak bermaksud demikian.
2. Diperintahkan untuk merubah nama (yang memiliki konotasi negatif, -pent) dalam rangka memuliakan nama-nama dan sifat-sifat Allah.
3. Disyariatkannya memilih nama anak yang paling tua untuk diambil sebagai nama kun-yah.
=====
Maraji'/ Sumber:
Kitab: At Tauhid, Alladzi Huwa Haqqullah 'alal 'Abid, Penulis: Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdul Wahhab rahimahullaah, Penerbit: Darul Aqidah, Kairo - Mesir, Tanpa Keterangan Cetakan, Tahun 1422 H/ 2002 M, Judul Terjemahan: Kitab Tauhid, Memurnikan La Ilaha Illallah, Penerjemah: Eko Haryono, Editor, Taqdir, Hidayati, Penerbit: Media Hidayah - Indonesia, Cetakan Pertama, Sya'ban 1425 H/ Oktober 2004 M.