At Tauhid, Alladzi Huwa Haqqullah 'alal 'Abid
Kitab Tauhid, Memurnikan La Ilaha Illallah
Bab 59
Berprasangka Buruk Kepada Allah
Allah Ta'ala berfirman,
"Mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka mengatakan, 'Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?' Katakanlah, 'Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah.' Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu. Mereka berkata, 'Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.' Katakanlah, 'Sekiranya kalian berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.' Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dada kalian dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hati kalian. Allah Maha Mengetahui isi hati." (QS. Ali Imran: 154)
"Mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk. Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka Neraka Jahanam. Neraka Jahanam itu adalah sejelek-jelek tempat kembali." (QS. Al Fath: 6)
Dalam menafsirkan ayat yang pertama, Ibnul Qayyim mengatakan, "Persangkaan dalam ayat di atas, tafsirannya adalah mereka menyangka bahwa Allah Subhanahu (wa Ta'ala) tidak akan memenangkan Rasul-Nya dan kebenaran akan lenyap. Tafsiran yang lain adalah mereka menyangka bahwa musibah yang menimpa mereka tidaklah terjadi karena takdir Allah dan hikmah yang dikehendaki-Nya. Ada juga yang menafsirkan bahwa mereka mengingkari hikmah, mengingkari takdir, mengingkari bahwa Allah akan menyempurnakan agama Rasul-Nya dan mengingkari bahwa Allah akan memenangkan agama Rasul-Nya di atas seluruh agama yang ada. Itu semua adalah persangkaan buruk yang dilontarkan oleh orang-orang munafik dan musyrik yang tertera dalam surat Al Fath."
Itu semua adalah persangkaan buruk karena mereka menyangka sesuatu yang tidak selayaknya bagi Allah Subhanahu (wa Ta'ala), hikmah, pujian dan janji-Nya yang selalu benar.
Barangsiapa menyangka bahwa Allah akan memenangkan kebatilan di atas kebenaran dengan kemenangan yang abadi sehingga kebenaran akan lenyap, mengingkari bahwa segala yang terjadi ini lantaran qadha dan qadar-Nya atau mengingkari bahwa takdir-Nya itu terjadi karena suatu hikmah yang sangat dalam sehingga Allah berhak mendapatkan pujian atau bahkan menyangka bahwa itu semua terjadi hanya semata-mata karena kehendak Allah tanpa didasari hikmah-Nya, maka persangkaannya itu seperti persangkaan orang-orang kafir. Celakalah orang-orang kafir dengan Neraka (yang diancamkan bagi mereka, -pent).
Kebanyakan orang melakukan persangkaan buruk kepada Allah baik karena perbuatan Allah terhadap mereka sendiri maupun kepada orang lain. Tidak ada orang yang terbebas dari sikap demikian itu kecuali orang yang mengenal Allah, Nama-nama dan Sifat-sifat-Nya, mengetahui hikmah (dalam takdir Allah, -pent) pasti ada dan mengetahui pula kewajiban untuk memuji-Nya. Orang yang berakal dan mau menasehati dirinya sendiri hendaknya memperhatikan hal ini. Orang yang berburuk sangka kepada Allah hendaknya segera bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya.
Apabila anda selidiki, siapa pun orangnya, niscaya anda akan menemukan orang yang bingung bahkan mencela takdir dengan mengatakan, "Seharusnya begini dan begitu." Ada yang jumlahnya sedikit dan ada pula yang jumlahnya banyak. Selidikilah diri anda sendiri, adakah anda termasuk orang yang selamat dari sikap demikian itu?!
Jika bersih dari buruk sangka pada Allah, dari petaka besar atau telah selamat.
Jika tidak demikian, sungguh kukira dirimu takkan selamat dari petaka besar.
Kandungan Bab
1. Tafsir surat Ali Imran ayat: 154. (171)
2. Tafsir surat Al Fath ayat: 6.
3. Diterangkan bahwa berprasangka buruk kepada Allah memiliki bentuk yang beraneka macam.
4. Dijelaskan bahwa tidak ada orang yang selamat dari sikap berprasangka buruk itu kecuali orang yang mengenal Nama-nama dan Sifat-sifat Allah dan juga mengenal dirinya sendiri.
=====
Catatan Kaki:
171. Kedua ayat dalam surat Ali Imran dan Al Fath di atas menunjukkan kewajiban untuk berbaik sangka kepada Allah karena hal ini adalah bentuk konsekuensi tauhid, -pent.
=====
Maraji'/ Sumber:
Kitab: At Tauhid, Alladzi Huwa Haqqullah 'alal 'Abid, Penulis: Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdul Wahhab rahimahullaah, Penerbit: Darul Aqidah, Kairo - Mesir, Tanpa Keterangan Cetakan, Tahun 1422 H/ 2002 M, Judul Terjemahan: Kitab Tauhid, Memurnikan La Ilaha Illallah, Penerjemah: Eko Haryono, Editor, Taqdir, Hidayati, Penerbit: Media Hidayah - Indonesia, Cetakan Pertama, Sya'ban 1425 H/ Oktober 2004 M.