Bab 54
Jangan Mengatakan "Hambaku" ('Abdi, Amati)
Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Janganlah seseorang di antara kalian mengucapkan (kepada sahaya, -ed.), 'Siapkan makan untuk rabb kamu (gustimu) dan ambilkan air wudhu untuk rabb kamu (gustimu),' akan tetapi ucapkanlah, 'Sayyidi (tuanku) dan maulaya (tuanku).' Jangan pula mengucapkan, ''Abdi (hambaku laki-laki) dan amati (hambaku perempuan),' akan tetapi ucapkanlah, 'Fataya, fatati atau ghulami (169).'" (HR. Bukhari 2552 dan Muslim 2249)
Kandungan Bab
1. Larangan mengucapkan, "'Abdi (hambaku laki-laki) dan amati (hambaku perempuan)."
2. Seorang budak tidak boleh mengatakan, "Rabbku (gustiku)," dan tidak boleh menyuruhnya dengan mengucapkan, "Jamulah rabbmu (gustimu)."
3. Pengajaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap sang tuan untuk memanggil budak dengan fataya, fatati atau ghulami.
4. Pengajaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap budak untuk memanggil tuannya dengan sayidi dan maulaya.
5. Maksud hal tersebut adalah untuk merealisasikan tauhid meskipun dalam hal pengucapan.
=====
Catatan Kaki:
169. Makna etimologi rabbi, sayyidi dan maulaya adalah tuanku. Akan tetapi dalam hadits tersebut, Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) melarang menggunakan kata "rabb" untuk selain Allah. Itu semua adalah dalam rangka merealisasikan tauhid dengan semurni-murninya dan menutup pintu-pintu yang menjurus kepada tindak kesyirikan. Hal ini disebabkan karena pemakaian kata rabb" untuk selain Allah akan menimbulkan kesamaan nama antara makhluk dengan Allah sehingga akan terjadi kesyirikan dalam lafazh. Makna etimologi abdi, amati, fataya, fatati dan ghulami adalah budakku. Akan tetapi dalam hadits di atas Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) melarang pemakaian kata "abdi" dan "amati" sebagai tindakan preventif untuk menjaga kemurnian tauhid umat, -pent.
=====
Maraji'/ Sumber:
Kitab: At Tauhid, Alladzi Huwa Haqqullah 'alal 'Abid, Penulis: Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdul Wahhab rahimahullaah, Penerbit: Darul Aqidah, Kairo - Mesir, Tanpa Keterangan Cetakan, Tahun 1422 H/ 2002 M, Judul Terjemahan: Kitab Tauhid, Memurnikan La Ilaha Illallah, Penerjemah: Eko Haryono, Editor, Taqdir, Hidayati, Penerbit: Media Hidayah - Indonesia, Cetakan Pertama, Sya'ban 1425 H/ Oktober 2004 M.