Skip to main content

Surat Al-Baqarah Ayat 125 | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir

Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Surat al-Baqarah

Al-Baqarah, Ayat 125

Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim sebagai tempat shalat...

Keutamaan Baitullah Al-Haram

Berkenaan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Dan ingatlah ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia," al-'Aufi meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, ia berkata, "(Karena) mereka merasa hajat (keinginan)nya belum terpenuhi di sana, sehingga mereka datang, lalu pulang kepada keluarganya, dan kemudian kembali lagi."

Abu Ja'far ar-Razi berkata bahwa ar-Rabi' bin Anas meriwayatkan dari Abul 'Aliyah tentang firman-Nya, "Dan ingatlah ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan sebagai tempat yang aman," ia mengatakan, "Maksudnya yaitu aman dari musuh dan dari senjata. Karena dahulu, pada zaman jahiliyah, orang-orang saling merampas di sekitarnya, sedang di Baitullah mereka merasa aman, tidak pernah dirampas. (479)

Dan diriwayatkan dari Mujahid, 'Atha', as-Suddi, Qatadah, dan ar-Rabi' bin Anas, mereka mengatakan, "Siapa yang memasuki Baitullah, maka ia aman." (480)

Kandungan ayat ini bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan kemuliaan Baitullah dan beberapa hal yang Dia sifatkan padanya, baik secara syar'i (syari'at) maupun qadari (sunatullah), yakni kedudukannya sebagai tempat berkumpulnya manusia dan menjadi tempat yang selalu dirindukan oleh jiwa-jiwa manusia, meskipun setiap tahun mereka datang ke sana dalam rangka memenuhi panggilan Allah Ta'ala. Jadi Baitullah bukan sekedar untuk memenuhi keperluan terhadapnya. Semua itu tidak lain adalah berkat do'a Khalil (kekasih)-Nya, Ibrahim 'alaihis salam dalam firman-Nya,

"... Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami nampakkan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Isma'il dan Ishaq. Sesungguhnya Rabb-ku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) do'a. Ya Rabb-ku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Rabb kami, perkenankanlah do'aku." (QS. Ibrahim: 37-40)

Allah Ta'ala menyebutkan Baitullah sebagai tempat yang aman. Barangsiapa yang memasukinya, ia akan aman. Meskipun ia telah berbuat sesuatu (yang membuat dirinya terancam), namun apabila masuk ke sana, maka ia akan aman. Ini tidak lain disebabkan oleh kemuliaan orang yang membangunnya pertama kali, yaitu Khaliilur Rahmaan (kekasih Allah), sebagaimana firman Allah Ta'ala: "Dan (ingatlah) ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): 'Janganlah kamu menyekutukan sesuatu pun dengan Aku.'" (QS. Al-Hajj: 26)

Dia juga berfirman:

"Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia ialah Baitullah di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia." (QS. Ali 'Imran: 96-97)

Dalam ayat yang mulia ini Allah Subhanahu wa Ta'ala mengingatkan tentang maqam Ibrahim dan perintah untuk mengerjakan shalat di sana, dengan firman-Nya. "Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat."

===

Catatan Kaki:

479. Ath-Thabari (III/29).

480. Ibnu Abi Hatim (I/370).

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh – Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta – Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.

Popular posts from this blog