Skip to main content

Surat Al-Baqarah Ayat 125 (3) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir

Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Surat al-Baqarah

Al-Baqarah, Ayat 125 (3)

Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan maqam di sini adalah batu yang pernah dijadikan Ibrahim sebagai pijakan untuk membangun Ka'bah. Ketika dinding Ka'bah sudah agak tinggi, Isma'il datang membawa batu tersebut agar Ibrahim dapat berdiri di atasnya, lalu Isma'il memberikan batu-batu kepada beliau. Ibrahim meletakkan batu-batu itu dengan tangannya untuk meninggikan dinding Kabah. Apabila satu sisi sudah selesai, beliau berpindah ke sisi yang lain, berputar mengelilingi Ka'bah. Sementara Ibrahim tetap berpijak pada maqam tersebut. Setiap kali selesai membangun dinding pada satu sisi, beliau memindahkan maqam ke sisi yang lain. Begitulah seterusnya hingga dinding Ka'bah selesai dibangun, sebagaimana yang akan disebutkan penjelasannya dalam kisah Ibrahim dan Isma'il membangun Ka'bah dalam riwayat Ibnu 'Abbas yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari. Bekas tapak kaki beliau terlihat jelas pada maqam (batu) tersebut. Dan bekas telapak kakinya itu tetap nampak dan dikenal oleh masyarakat Arab pada zaman jahiliyah. Oleh karena itu, Abu Thalib bersya'ir dalam qashidah laamiyyahnya yang terkenal:

Dan bekas pijakan kaki Ibrahim di atas batu besar nan keras masih basah
dengan kedua kakinya yang telanjang tanpa sandal

Kaum muslimin masih sempat menyaksikannya. Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, bahwa ia berkata, "Aku melihat maqam, padanya terdapat bekas jari-jemari kaki Ibrahim dan kedua tapak kaki beliau. Hanya saja bekas itu hilang karena terlalu sering disentuh tangan manusia.

Saya (Ibnu Katsir) katakan: "Dahulu maqam ini melekat pada dinding Ka'bah. Dan tempatnya sekarang dikenal di samping pintu Ka'bah dekat Hajar Aswad sebelah kanan bagi orang yang hendak masuk melalui pintu, di sebuah tempat terpisah di situ. (489)

Ketika al-Khalil 'alaihis salam selesai membangun Ka'bah beliau meletakkan maqam ini pada dinding Ka'bah, atau pada tempat itulah beliau menyelesaikan pembangunan Ka'bah, lalu beliau membiarkannya di situ. Oleh karena itu, wallaahu a'lam, diperintahkan mengerjakan shalat di situ apabila selesai mengerjakan thawaf. Dan sangat tepat bila dilakukan pada maqam Ibrahim karena pembangunan Ka'bah selesai di tempat itu. Namun yang memindahkannya dari dinding Ka'bah ke belakang adalah Amirul Mukminin 'Umar bin al-Khaththab radhiyallahu 'anhu -salah seorang Khulafa-ur Rasyidin yang mana kita telah diperintahkan untuk mengikuti Sunnah mereka-. Beliau adalah salah seorang dari yang Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) katakan:

"Ikutilah dua orang setelahku, Abu Bakar dan 'Umar." (490)

Dan telah turun ayat al-Qur-an yang menyepakati pendapat beliau tentang shalat di belakang maqam Ibrahim. Oleh karena itu tidak ada seorang Sahabat pun yang mengingkarinya radhiyallahu 'anhum ajma'iin.

'Abdurrazzaq meriwayatkan dari Ibnu Juraij, ia berkata, "Telah menyampaikan kepadaku 'Atha' dan yang lainnya dari rekan-rekan kami: "Orang pertama yang memindahkan maqam Ibrahim adalah 'Umar radhiyallahu 'anhu."

'Abdurrazzaq juga meriwayatkan dari Mujahid, ia berkata, "Orang pertama yang memindahkan maqam dari tempat asalnya ke tempat sekarang ini adalah Umar bin al-Khaththab radhiyallahu 'anhu."

Al-Hafizh Abu Bakar Ahmad bin 'Ali bin al-Husain al-Baihaqi, meriwayatkan dari 'Aisyah radhiyallahu 'anhuma bahwa maqam itu pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakar radhiyallahu 'anhuma melekat pada Baitullah (Ka'bah), kemudian 'Umar bin al-Khaththab radhiyallahu 'anhu memundurkannya. Isnad hadits ini shahih.

===

Catatan Kaki:

489. Tempat ini sudah dihilangkan, lalu maqam Ibrahim diletakkan pada tiang yang pendek ditutupi kaca dan anyaman.

490. At-Tirmidzi (no. 3662). [Shahih: Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiihul Jaami' (no. 1142, 1144)].

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh – Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta – Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.

Popular posts from this blog