Skip to main content

Surat Al-Baqarah Ayat 125-128 (4) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir

Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Surat al-Baqarah

Al-Baqarah, Ayat 125-128 (4)

Do'a Al-Khaliil (Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam) Bagi Makkah Agar Mendapatkan Keamanan dan Rizki

Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan tentang Nabi Ibrahim 'alaihis salam yang berdo'a:

رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا بَلَدًا آمِنًا

Rabbij'al Haadzaa baladan aaminan.

"Wahai Rabb-ku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa." Artinya, aman dari rasa takut. Maksudnya, supaya penduduknya tidak merasa takut. Dan Allah Ta'ala telah memenuhi hal itu, baik menurut syari'at maupun takdir. Sebagaimana firman-Nya, "Barangsiapa yang memasuki (Baitullah), maka ia akan aman." (QS. Ali 'Imran: 97)

Juga firman-Nya, "Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedang manusia di sekitarnya rampok-merampok." (QS. Al-'Ankabuut: 67)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat lainnya. Telah dikemukakan sebelumnya hadits-hadits yang mengharamkan peperangan di sana. Dalam kitab Shahiih Muslim disebutkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Jabir, ia menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Tidak dibolehkan bagi seorang pun untuk membawa senjata di Makkah." (503)

Dalam surat al-Baqarah ini, Nabi Ibrahim 'alaihis salam berdo'a:

رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا بَلَدًا آمِنًا

Rabbij'al Haadzaa baladan aaminan.

"Wahai Rabb-ku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa." Artinya, jadikanlah daerah ini sebagai negeri yang aman. Do'a ini tepat, karena do'a ini (dipanjatkan) sebelum pembangunan Ka'bah.

(Do'a itu diulang kembali) dalam surat Ibrahim. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيْمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا الْبَلَدَ ءَامِنًا

Wa idz qaala ibraahiimu rabbij'al haadzal balada aaminan.

"Dan ingatlah ketika Ibrahim berdo'a: 'Ya Rabb-ku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman.'" (QS. Ibrahim: 35)

Do'a ini juga sesuai, karena -wallaahu a'lam-, kemungkinan do'a ini dipanjatkan untuk kedua kalinya setelah pembangunan Baitullah (Ka'bah), dan daerah Makkah telah dihuni oleh para penduduknya, serta setelah kelahiran Ishaq, yang usianya tiga belas tahun lebih muda dari Isma'il. (Artinya, Nabi Isma'il telah berusia tiga belas tahun lebih dan telah membantu membangun Ka'bah bersama Nabi Ibrahim, -pent). Hal ini ditunjukkan oleh akhir do'a Nabi Ibrahim 'alaihis salam yang berbunyi:

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي وَهَبْ لِي عَلَی الْكِبَرِ إِسْمَاعِيْلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيْعُ الدُّعَآءِ

Alhamdu lillaahil ladzii wa habalii 'alal kibari ismaa'iila wa ishaaqa, innaa rabbii lasamii'ud du'aa-i.

"Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tuaku Isma'il dan Ishaq. Sesungguhnya Rabb-ku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) do'a." (QS. Ibrahim: 39)

Selanjutnya firman Allah Ta'ala:

"'Dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari Akhir.' Allah berfirman: 'Dan kepada orang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa mereka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.'"

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ubay bin Ka'ab tentang firman-Nya, "Allah berfirman, 'Dan kepada orang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa Neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali,'" bahwa Ubay mengatakan, "(Kalimat) ini adalah ucapan Allah Ta'ala." (504) Hal itu juga menjadi pendapat Mujahid dan 'Ikrimah. (505)

Mengenai firman Allah, "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdo'a, 'Ya Rabb-ku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian di antara mereka.'" Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, ia mengatakan, "Ibrahim dahulu mengkhususkannya (do'anya) bagi kaum mukminin dan tidak mendo'akan selain mereka. Lalu Allah menurunkan ayat-Nya (yang maknanya): "Dan orang-orang yang kafir juga Aku beri rizki sebagaimana Aku memberi rizki kepada kaum mukminin. Apakah Aku menciptakan makhluk yang tidak Aku beri rizki? Aku beri mereka kenikmatan sesaat lalu Aku giring mereka kepada adzab Neraka dan Neraka adalah seburuk-buruk tempat kembali." (506)

===

Catatan Kaki:

503. Muslim (II/989). [No. 1356].

504. Ath-Thabari (III/53).

505. Ath-Thabari (III/54).

506. Ibnu Abi Hatim (I/377).

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh – Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta – Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.