Skip to main content

Surat Al-Baqarah Ayat 125-128 (5) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir

Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Surat al-Baqarah

Al-Baqarah, Ayat 125-128 (5)

Kemudian 'Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu 'anhuma membaca ayat: "Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Rabb-mu. Dan kemurahan Rabb-mu tidak dapat dihalangi." (QS. Al-Israa': 20)

Diriwayatkan oleh Ibnu Mardawaih. Dan diriwayatkan pula dari 'Ikrimah dan Mujahid yang semakna dengan itu.

Dan riwayat ini sama seperti firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

"Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidaklah beruntung. (Bagi mereka) kesenangan (sementara) di dunia, kemudian kepada Kami-lah mereka kembali, kemudian Kami rasakan kepada mereka siksa yang berat disebabkan kekafiran mereka." (QS. Yunus: 69-70)

Dan firman Allah,

"Dan barangsiapa kafir, maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu. Hanya kepada Kami-lah mereka kembali, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati. Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras." (QS. Luqman: 23-24)

Dan firman Allah,

"Dan sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), tentulah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada (Rabb) Yang Maha Pemurah loteng-loteng perak bagi rumah mereka dan (juga) tangga-tangga (perak) yang mereka menaikinya. Dan (Kami buatkan pula) pintu-pintu (perak) bagi rumah-rumah mereka dan (begitu pula) dipan-dipan yang mereka bertelekan atasnya. Dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan (dari emas untuk mereka). Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia, dan kehidupan akhirat di sisi Rabb-mu adalah untuk orang-orang yang bertakwa." (QS. Zukhruf: 33-35)

Selanjutnya firman Allah Ta'ala, "Kemudian Aku paksa ia menjalani siksa Neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali." Artinya, setelah diberikan kenikmatan dan dibentangkan baginya kemewahan hidup di dunia, kemudian Kami giring ia menjalani siksa Neraka, dan Neraka adalah seburuk-buruk tempat kembali. Maksudnya, Allah Subhanahu wa Ta'ala menunda dan memberikan tangguh kepada mereka, kemudian menyiksa mereka sebagai balasan dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa. Sebagaimana firman-Nya, "Dan berapa banyak kota yang Aku tangguhkan (adzab-Ku) kepadanya yang penduduknya zhalim. Kemudian Aku adzab mereka, dan hanya kepada-Ku-lah kembalinya (segala sesuatu)." (QS. Al-Hajj: 48)

Dalam kitab Shahiih al-Bukhari dan Shahiih Muslim terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

"Tidak ada satu pun yang lebih sabar atas gangguan yang didengarnya dibanding Allah. Mereka menyatakan bahwa Allah mempunyai anak, padahal Dia-lah yang memberikan rizki dan 'afiat kepada mereka." (507)

Dan dalam hadits shahih diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya Allah memberikan tangguh kepada orang zhalim hingga jika Dia mengadzabnya, maka Dia tidak akan melepaskannya." (508)

Kemudian beliau membacakan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Dan begitulah adzab Rabb-mu apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras." (QS. Huud: 102)

===

Catatan Kaki:

507. Fat-hul Baari (XIII/372) dan Muslim (IV/216). [Al-Bukhari (no. 6099), Muslim (no. 2804), dengan sedikit perbedaan lafazh].

508. Fat-hul Baari (VIII/205). [Al-Bukhari (no. 4686), dan ini lafazh Muslim (no. 2583)].

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh – Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta – Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.

Popular posts from this blog