Skip to main content

Pendahuluan Muhaqqiq (11) | Kemuliaan Rasulullah

Bidayatu As-Suul fi Tafdili Ar-Rasul.

Kemuliaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam.

Imam Ibnu Abdussalam As-Sulami Asy-Syafi'i Ad-Dimasyqi.

Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani.

Muhammad Iqbal Kadir.

b. Takhir Risalah.

Seperti telah kami jelaskan sebelumnya, bahwa ketika kami hampir menyelesaikan pengantar buku ini, dan proses takhrij dan tahqiq risalah ini juga selesai, tiba-tiba Bapak Zuhair Asy-Syawisy mengagetkan saya dengan menyodorkan sebuah naskah hasil cetakan Mesir dengan ta'liq (komentar) oleh Abu Al Fadhal Abdullah bin Muhammad Ash-Shiddiq Al Ghumari Al Maghribi. Kemudian saya membacanya dan mendapat manfaat untuk meluruskan kesalahan-kesalahan yang ada pada manuskrip yang kami miliki, dan saya mengkoreksinya dalam komentar (ta'liq) hingga semuanya relevan dengan edisi cetakan tersebut.

Telah terjadi satu kesalahan akan tetapi dapat saya perbaiki, yakni dari pembahasan nomor 13, berupa pencantuman nama Isa 'alaihis salam yang mengakibatkan rusaknya esensi hadits tersebut. Padahal dalam komentarnya penulis menjelaskan bahwa pembahasan tersebut pada intinya benar disebutkan nama Isa dengan jelas, namun saya terjadi kesalahan cetak.

Ketika saya selesai mempelajari edisi cetakan tersebut, saya mendapatkan beberapa pelajaran dan manfaat. Dan komentar seputar manfaat yang saya peroleh ini -menurut hemat saya- sangat layak untuk dipaparkan. Yakni:

1. Dalam men-takhrij hadits penulis (Al 'Izz) selalu menggunakan jalur baku dari mayoritas para ahli takhrij. Dia tetap menyebutkan kedudukan dan kredibelitas sanad-sanadnya ataupun kelemahannya, walau hanya sedikit. Dan kemampuan ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang benar-benar kompeten di bidangnya.

Urgensi takhrij adalah untuk mengetahui kedudukan hadits melihat dari kredibelitas sanad-sanadnya. Oleh karena itu, para ahli mengatakan, "Sanad merupakan bagian dari agama, seandainya kalau bukan sanad (yang terjaga) maka setiap orang akan berkata seenaknya." Juga karena sanad merupakan sarana, dan bukan tujuan. Maka orang yang bergumul dengan hadits tanpa memperhatikan sanad, diumpamakan seperti seseorang yang berwudhu untuk shalat namun tidak shalat (lihat hal: 9, 10, 12, 13, 20, 21, 22, 33).

2. Menurut saya, penulis lebih cenderung banyak mengandalkan Tirmidzi dalam justifikasi sebuah hadits sebagai hadits hasan. Dan saya juga berasumsi bahwa penulis masih terlalu mempermudah masalah ini, sebagaimana yang dinyatakan oleh Adz-Dzahabi dan lain-lain.

Baca selanjutnya:

Daftar Isi Buku Ini.

Daftar Buku Perpustakaan Ini.

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: Bidayatu As-Suul fi Tafdili Ar-Rasul, Penulis: Imam Ibnu Abdussalam As-Sulami Asy-Syafi'i Ad-Dimasyqi, Pentahqiq: Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Tanpa Keterangan Penerbit, Tanpa Keterangan Cetakan, Tanpa Keterangan Tahun, Judul Terjemahan: Kemuliaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, Penerjemah: Muhammad Iqbal Kadir, Editor: Ahmad Taufiq Abdurrahman, Sri Yulyastuti, Penerbit: Najla Press, Jakarta - Indonesia, Cetakan Pertama, September 2004 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Popular posts from this blog