Skip to main content

Syarah Kasyfu Syubuhat 64

Syarh Kasyf Asy Syubuhaat.

Syarah Kasyfu Syubuhat Membongkar Akar Kesyirikan.

Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Fahd bin Nashir bin Ibrahim As-Sulaiman.

Bayu Abdurrahman.

Kisah ini juga memberi pelajaran bahwa seorang Muslim [1] apabila mengucapkan kalimat kekufuran yang tidak dia sadari, lalu diingatkan, kemudian dia bertaubat saat itu juga, maka dia tidak dikafirkan, sebagaimana yang dilakukan Bani Israil dan sahabat yang bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Namun demikian, sekalipun dia tidak dikafirkan, [2] dia harus tetap diberi peringatan keras sebagaimana para sahabat yang diingatkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam.

Orang-orang musyrik memiliki syubhat yang lain lagi. [3] Mereka berkata, "Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah menegur tindakan Usamah yang membunuh orang yang mengucapkan la ilaha illallah. Ada sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, 'Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka mengucapkan la ilaha illallah.' Begitu juga ada hadits-hadits lain yang melarang kita membunuh orang-orang yang telah mengucapkan la ilaha illallah." Yang diinginkan oleh orang bodoh ini adalah bahwa barangsiapa yang telah mengucapkan kalimat la ilaha illallah tidak boleh dikafirkan dan tidak boleh diperangi, apapun yang dia lakukan.

Penjelasan.

[1] Ini sebagai faedah kedua. Seorang Muslim, apabila mengucapkan kalimat kufur karena kebodohannya, kemudian diperingatkan, lalu segera bertaubat saat itu juga, maka dia tidak dikafirkan, karena dia termaafkan dengan kebodohannya. Allah tidak membebani suatu kaum melainkan sesuai dengan kemampuannya. Adapun kalau dia terus-menerus melakukan kekufuran, sedangkan dirinya tahu bahwa yang dilakukannya bentuk kekufuran, maka dia dihukumi sesuai dengan keadaannya.

[2] Ini adalah faedah yang ketiga. Seseorang yang meminta sesuatu, sementara dia tidak tahu bahwa apa yang dimintanya itu bisa menyebabkan kekufuran, dia harus diperingatkan dengan keras, karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah berkata,

"Allahu Akbar. Itu adalah perbuatan (orang-orang terdahulu). Kalian akan mengikuti perbuatan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal."

Ini adalah bentuk pengingkaran yang sangat jelas.

[3] Selain syubhat-syubhat yang terdahulu, orang-orang musyrik juga memiliki syubhat yang lain. Kata mereka, "Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam mengingkari Usamah bin Zaid radhiyallahu 'anhu ketika membunuh seorang laki-laki yang mengucapkan la ilaha illallah. Beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda,

"Apakah engkau membunuh orang yang mengatakan la ilaha illallah?" Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam mengulang-ulang kalimat tersebut sampai Usamah berkata, "Aku berkeinginan seandainya aku belum masuk Islam waktu itu (sehingga tidak bertanggung jawab atas perbuatannya)." (HR. Bukhari dan Muslim)

Begitu juga dengan sabda beliau (Shallallahu 'alaihi wa Sallam),

"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka mengucapkan la ilaha illallah." (HR. Bukhari dan Muslim)

dan hadits-hadits yang semisal dengan itu. Hadits-hadits tersebut mereka pakai sebagai dalil bahwa orang yang telah mengucapkan la ilaha illallah tidak dikafirkan dan tidak diperangi walaupun dia melakukan kesyirikan. Ini adalah satu kebodohan yang besar, karena kalimat la ilaha illallah tidak bisa menyelamatkan seseorang dari azab api Neraka dan menyelamatkan manusia apabila dia melakukan kesyirikan.

Baca selanjutnya:

Daftar Isi Buku Ini.

Daftar Buku Perpustakaan Ini.

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: Syarh Kasyf Asy Syubuhaat wa Yaliihi Syarh Al Ushul 'alaihis salam Sittah, Penulis Matan: Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab, Penulis Syarah: Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Penerbit: Dar Ats Tsarayya, Kerajaan Saudi Arabia, Tanpa Keterangan Cetakan, Tahun: 1416 H/ 1996 M, Judul Terjemahan: Syarah Kasyfu Syubuhat Membongkar Akar Kesyirikan dilengkapi Syarah Ushulus Sittah, Penerjemah: Bayu Abdurrahman, Penerbit: Media Hidayah, Jogjakarta - Indonesia, Cetakan Pertama, Rabi'uts Tsani 1425 H/ Juni 2004 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Popular posts from this blog