Skip to main content

Pendahuluan Muhaqqiq (10) | Kemuliaan Rasulullah

Bidayatu As-Suul fi Tafdili Ar-Rasul.

Kemuliaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam.

Imam Ibnu Abdussalam As-Sulami Asy-Syafi'i Ad-Dimasyqi.

Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani.

Muhammad Iqbal Kadir.

Perhatikan bagaimana Dr. Khalil berasumsi bahwa Sa'id yang dimaksud dalam rangkaian riwayat hadits tersebut adalah Az-Zubaidi, yang dipastikan meriwayatkan dari Hisyam. Artinya dia meriwayatkannya dari thaabi' ath-thaabi' (generasi pasca tabi'iin). Dr. Khalil tidak menyadari bahwa maksud sebenarnya adalah Sa'id bin Abu Sa'id Al Maghrabi yang banyak meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dan para perawi sesudahnya. Seharusnya dia (Dr. Khalil) melakukan re-check (meneliti dan merujuk ulang) dari buku-buku Tarajum (biografi) baik dari kitab "Al Mizan" atau literatur lainnya. Karena dia sendirilah yang telah menulis biografi Al Magbari sebelum Az-Zubaidhi melakukannya, dan (dalam buku hasil karya tersebut) disebutkan bahwa Al Magbari adalah sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu.

Dalam hadits lain, As-Suyuthi menuliskan (3/22): "Menurut kami, hadits tersebut tidak shahih dan tidak termaktub di dalam "Kutub As-Sittah"."

Secara logika, orang yang (pernah atau telah) belajar ilmu hadits, sangat tahu bahwa bukanlah syarat sebuah hadits akan menjadi shahih dengan keharusan hadits tersebut dicantumkan dalam "Kutub As-Sittah", juga tidak semua hadits-hadits yang termaktub dalam kitab tersebut adalah semuanya shahih.

Selanjutnya dalam pemaparan hadits (3/39), "Pada akhir zaman nanti akan ada satu kaum yang mewarnai dengan warna hitam ini, bagaikan tembolok burung. Dan mereka tidak akan pernah mencium aroma Surga."

As-Suyuthi menuliskan bahwa hadits tersebut adalah maudhu' sebagaimana dikutipnya dari kitab "Al Fawa'id" karya Al Qazwaini, dan diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud dan lain-lain.

Nampaknya As-Suyuthi kurang teliti bahwa sebenarnya hadits tersebut adalah shahih. Dan para ulama telah membantah pendapat Al Qazwaini tersebut. Seperti sanggahan yang dikemukakan oleh Ibnu Hajar yang menyatakan opininya tentang justifikasi hadits yang terdapat dalam kitab "Al Mahabih" adalah maudhu', dan salah satu hadits tersebut di atas adalah termasuk di dalam sanggahannya. Anda dapat menemukan komentar sanggahan ini pada akhir kitab "Ghayat Al Maram fi Takhrij Ahadits Al Halal wa Al Haram" no. 107.

Menurut saya, dalam mensikapi fenomena ini, hendaknya tidak mendahulukan hawa nafsu atau hanya mengandalkan pendapat orang lain saja secara bulat, tanpa meneliti lebih jauh akan kebenarannya. Karena masih banyak sampel dari metode kritik hadits yang dapat digunakan berdasarkan prinsip-prinsip ilmu hadits dan kaidah-kaidah yang tepat untuk menganalisanya.

Seharusnya hal ini dikembangkan pendayagunaannya oleh para ahli untuk meneliti kembali kredibelitas dari substansi ide dan pemikiran serta pendapat-pendapat yang termaktub dalam kitab-kitab As-Suyuthi "Al Khashaish Al Kubra". Dengan tujuan untuk dapat memilah dan memilih ulang berbagai hadits yang dhaif, maudhu', dan pendapat-pendapat spesifik, serta ucapan-ucapan yang tidak benar adanya. Yang kemudian dapat kembali disajikan kepada khalayak sebagai madu murni seperti yang dilakukan Imam Al 'Izz dengan risalahnya.

Sebelum saya menutup mukaddimah ini, saya ingin menjelaskan beberapa hal yang cukup urgen untuk dijelaskan.

Yakni bahwa As-Suyuthi telah menukil dua teks alenia penting dari literatur asli buku ini yaitu:

1. Tentang beberapa keistimewaan Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, yang di antaranya adalah keistimewaan yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk memberikannya pengampunan. Tipe keistimewaan ini tidak pernah diberikan kepada seorang Nabi pun sebelum beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Bahkan, Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak mengisyaratkan sedikitpun untuk memberikan keistimewaannya ini kepada para Nabi selain beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam.

Hal ini berdasarkan ucapan mereka (para Nabi) saat mereka berada di mauqif (sebuah lokasi di antara pintu masuk Surga),

نَفْسِي نَفْسِي

Nafii nafsii.
"Diriku, diriku."

2. Selain itu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam juga diberikan keistimewaan berupa penyatuan sifat kecintaan yang akan diperolehnya bersama dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala (dari seluruh makhluk dan ciptaan-Nya). Seperti tertuang dalam sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam,

"Hendaknya Allah dan Rasul-Nya adalah yang lebih dicintai dari yang lain."

"Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka dia hanya membahayakan dirinya sendiri." (HR. Abu Daud)

Sedangkan Nabi yang lain tidak diberikan keistimewaan seperti ini.

Berdasarkan ucapannya kepada Al Khathib ketika dia menyatakan, "Barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, dia telah mendapat petunjuk, dan barangsiapa yang mendurhakai-Nya, maka dia tersesat."

"Seburuk-buruk Al Khathib adalah kamu." Katanya, "Barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya."

Mereka berkata, "Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang yang lain kecuali Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, karena selain Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam apabila digabungkan namanya dengan Allah akan diasumsikan sebagai penyamaan berbeda dengan beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam karena kedudukannya tidak menimbulkan dugaan seperti itu."

Saya tidak tahu, apakah Asy-Syaukani memiliki bukti kongkret akan keberadaan dua buah nukilan alenia tersebut (yang memang benar-benar berasal dari teks risalah Al 'Izz), atau dia hanya menukilkannya dari kitab lain dari tentang teks ini?

Baca selanjutnya:

Daftar Isi Buku Ini.

Daftar Buku Perpustakaan Ini.

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: Bidayatu As-Suul fi Tafdili Ar-Rasul, Penulis: Imam Ibnu Abdussalam As-Sulami Asy-Syafi'i Ad-Dimasyqi, Pentahqiq: Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Tanpa Keterangan Penerbit, Tanpa Keterangan Cetakan, Tanpa Keterangan Tahun, Judul Terjemahan: Kemuliaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, Penerjemah: Muhammad Iqbal Kadir, Editor: Ahmad Taufiq Abdurrahman, Sri Yulyastuti, Penerbit: Najla Press, Jakarta - Indonesia, Cetakan Pertama, September 2004 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Popular posts from this blog