Skip to main content

Dukun dan Sejenisnya | Kitab Tauhid

Bab 26

Dukun dan Sejenisnya

Imam Muslim meriwayatkan dari salah seorang istri (125) Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dia menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal dan menanyakan sesuatu kepadanya serta membenarkan ucapannya, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari." (HR. Muslim 2230, Ahmad 4/68, dan beliau menambahkan "Fashaddaqahu bima yaquulu")

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu menuturkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Barangsiapa yang mendatangi dukun dan membenarkan ucapannya, maka sesungguhnya dia telah ingkar dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam." (Shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud 3904, Tirmidzi 135, Nasa'i dalam kitab Al Kubra 9017, Ibnu Majah 639, Ahmad 2/208, 476)

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu menuturkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Barangsiapa mendatangi dukun dan tukang ramal serta membenarkan ucapannya, maka sesungguhnya dia telah ingkar terhadap wahyu yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam." (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Nasa"i, Tirmidzi, Ahmad 2/429, dan Hakim 10/8. Hakim mengatakan bahwa hadits di atas shahih berdasarkan persyaratan Bukhari dan Muslim)

Abu Ya'la (126) meriwayatkan hadits yang mauquf (127) dengan sanad yang jayyid dari Ibnu Mas'ud seperti tersebut di atas. (Sanadnya hasan, diriwayatkan oleh Abu Ya'la 5408, Bazzar dalam Kasyful Astar 2067)

Dalam hadits marfu' dari 'Imran bin Hushain, Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) bersabda,

"Tidaklah termasuk golongan kami (128) orang yang melakukan atau meminta tathayyur, meramal atau meminta diramalkan, menyihir atau minta disihirkan. Barangsiapa yang mendatangi dukun dan membenarkan ucapannya, maka sesungguhnya dia telah ingkar dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam." (Hasan, diriwayatkan oleh Al Bazzar dalam Kasyful Astar 3044, Thabrani dalam kitab Al Kabir 18/162)

Thabrani meriwayatkan hadits di atas dalam kitab Al Ausath dengan sanad yang hasan dari Ibnu Abbas, akan tetapi tanpa menggunakan lafal, "Barangsiapa yang mendatangi dukun..." (Hasan, diriwayatkan oleh Thabrani dalam kitab Al Ausath 4626, Bazzar dalam Kasyful Astar 3043)

Al Baghawi (129) mengatakan, "'Arraf adalah orang yang mengaku bisa mengetahui banyak perkara lewat isyarat-isyarat untuk mencari barang yang dicuri atau tempat hilangnya suatu barang dan sebagainya.

Ada pula yang mengatakan bahwa makna 'arraf adalah kahin (dukun). Kahin adalah orang yang mengaku bisa mengabarkan kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Ada pula yang mengatakan bahwa 'arraf adalah orang yang mengaku bisa menyingkap sesuatu yang tersimpan dalam hati."

Abul Abbas Ibnu Taimiyah mengatakan, "'Arraf adalah sebutan untuk dukun, ahli nujum, peramal nasib dan orang sejenisnya yang mengaku bisa mengetahui sesuatu dengan cara-cara seperti mereka."

Ibnu Abbas berkomentar tentang orang yang menulis huruf-huruf أباخاد dan yang memperhatikan bintang-bintang (130),

"Tidaklah aku melihat orang yang melakukan demikian itu akan mendapatkan bagian kebaikan di sisi Allah." (HR. Thabrani dalam Al Kabir 10980)

Kandungan Bab

1. Tidak mungkin bertemu dalam hati antara percaya kepada dukun dan beriman kepada Allah.

2. Dijelaskan bahwa membenarkan dukun adalah kafir.

3. Uraian tentang hukum orang yang meminta diramal.

4. Uraian tentang hukum orang yang meminta tathayur.

5. Uraian tentang hukum orang yang meminta disihirkan.

6. Uraian tentang hukum orang mempelajari huruf-huruf أباخاد dan mencari rahasia dibalik huruf tersebut.

7. Uraian tentang perbedaan antara kahin dan 'arraf.

=====

Catatan Kaki:

125. Abu Mas'ud Ats Tsaqafi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan isteri Nabi di sini asalah Hafshah.

126. Beliau adalah Ahmad bin Ali bin Al Mutsanna Al Mushili. Beliau banyak memiliki tulisan. Beliau wafat pada tahun 307 H.

127. Hadits mauquf adalah perkataan, perbuatan atau taqrir yang hanya disandarkan kepada sahabat. (Taisir Mushthalah Al Hadits buah karya DR. Mahmud Thahhan hlm. 107)

128. Arti penggalan hadits ini adalah, "Perbuatannya tidaklah mengikuti dan mencontoh syariat kami." (Lihat Al Jadiid fi Syarh Kitab At Tauhid hlm. 242)

129. Beliau adalah Abu Muhammad Al Husein bin Mas'ud bin Muhammad Al Farra' ibnul Farra' Al Baghawi. Beliau digelari Muhyis Sunnah. Beliau lahir pada tahun 436 H dan wafat pada tahun 510 H.

130. Maksud "Orang yang menulis huruf dan memperhatikan bintang-bintang," adalah orang-orang yang menulis huruf-huruf kemudian mengaitkannya dengan perjalanan, pergeseran, terbit dan tenggelamnya bintang-bintang, -pent.

=====

Maraji'/ Sumber:

Kitab: At Tauhid, Alladzi Huwa Haqqullah 'alal 'Abid, Penulis: Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdul Wahhab rahimahullaah, Penerbit: Darul Aqidah, Kairo - Mesir, Tanpa Keterangan Cetakan, Tahun 1422 H/ 2002 M, Judul Terjemahan: Kitab Tauhid, Memurnikan La Ilaha Illallah, Penerjemah: Eko Haryono, Editor, Taqdir, Hidayati, Penerbit: Media Hidayah - Indonesia, Cetakan Pertama, Sya'ban 1425 H/ Oktober 2004 M.