Skip to main content

Keutamaan Tauhid | Kitab Tauhid

Bab 2

Keutamaan Tauhid

Di antara keutamaan tauhid adalah terhapusnya dosa-dosa seorang hamba.

Allah Ta'ala berfirman,

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan. Mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al An'am: 82)

Dari 'Ubadah bin Shamit (8) radhiyallahu 'anhu, dia menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, (bersaksi bahwa) Nabi 'Isa adalah hamba, utusan dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh daripada-Nya, (bersaksi bahwa) Surga adalah benar adanya dan Neraka pun benar adanya, maka Allah pasti memasukkannya ke dalam Surga betapa pun amal yang telah dilakukannya (9)." (HR. Bukhari 3430, Muslim 28)

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula hadits dari 'Itban (10) radhiyallahu 'anhu,

"Sesungguhnya Allah mengharamkan Neraka bagi orang yang mengucapkan 'La ilaha illallah' (Tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah selain Allah), dengan mengharap (pahala melihat) wajah Allah." (HR. Bukhari 425, Muslim 263)

Dari Abu Sa'id Al Khudri (11) radhiyallahu 'anhu, Rasululullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Nabi Musa berkata, 'Ya Rabbi, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk berdzikir dan berdo'a kepada-Mu.' Allah berfirman, 'Wahai Musa, katakanlah, 'La ilaha illallah'.' Musa berkata, 'Ya Rabbi, semua hamba-Mu mengatakan kalimat itu.' Allah berfirman, 'Wahai Musa, kalau sekiranya ketujuh langit dan penghuninya selain. Aku, serta ketujuh bumi diletakkan pada satu daun timbangan, sedangkan 'la ilaha illallah', diletakkan pada daun timbangan yang lain, maka timbangan 'la ilaha illallah' niscaya lebih berat." (Sanadnya shahih, diriwayatkan oleh Nasa'i dalam kitab Al Kubra 10760, Ibnu Hibban 6218, dan Hakim 1/528)

Tirmidzi meriwayatkan hadits yang beliau nyatakan berderajat hasan, dari Anas (12) radhiyallahu 'anhu, dia menceritakan bahwa dirinya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Allah Ta'ala berfirman, 'Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh jagad, lantas engkau menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun, maka Aku akan memberimu ampunan sepenuh jagad itu pula." (HR. Tirmidzi 3540)

Kandungan Bab

1. Luasnya karunia Allah.

2. Banyaknya pahala bertauhid di sisi Allah.

3. Selain itu, tauhid juga bisa menghapuskan dosa-dosa.

4. Tafsir surat Al An'am ayat: 82. (13)

5. Perhatikan kelima permasalahan yang termaktub dalam hadits 'Ubadah.

6. Dengan menyelaraskan hadits 'Ubadah, hadits 'Itban dan hadits sesudahnya (hadits Anas, -ed), maka akan jelas bagi anda makna la ilaha illallah dan kesalahan orang-orang yang telah tertipu. (14)

7. Perlu diingat persyaratan yang dinyatakan dalam hadits 'Itban.

8. Para Nabi juga perlu diingatkan tentang keutamaan la ilaha illallah.

9. Kalimat la ilaha illallah lebih berat timbangannya daripada seluruh makhluk. Walaupun kebanyakan orang mengucapkan kalimat tersebut akan tetapi ternyata ringan timbangan.

10. Keterangan bahwa bumi itu tujuh seperti halnya langit.

11. Langit dan bumi memiliki penghuni.

12. Penetapan sifat-sifat Allah. Berbeda halnya dengan pendapat sekte Asy'ariyah. (15)

13. Apabila kita memahami hadits Anas radhiyallahu 'anhu, kita akan tahu bahwa makna hadits dari 'Itban radhiyallahu 'anhu yang berbunyi, "Sesungguhnya Allah mengharamkan Neraka bagi orang yang mengucapkan la ilaha illallah dengan mengharap (pahala menemui) wajah Allah", adalah dengan tidak melakukan perbuatan syirik, tidak sekedar mengucapkan la ilaha illallah dengan lisan.

14. Perhatikanlah perpaduan sebutan untuk Nabi 'Isa dan Muhammad dengan sebutan hamba dan utusan Allah.

15. Mengetahui keistimewaan Nabi 'Isa sebagai kalimat Allah. (16)

16. Mengetahui bahwa Nabi 'Isa adalah ruh di antara ruh-ruh yang diciptakan Allah.

17. Mengetahui keutamaan beriman kepada Surga dan Neraka.

18. Mengetahui makna sabda Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam), "Betapa pun amal yang telah dilakukannya."

19. Mengetahui bahwa timbangan memiliki dua daun.

20. Mengetahui keberadaan wajah bagi Allah.

=====

8. Beliau adalah Abul Walid 'Ubadah bin Ash Shamit bin Qais Al Anshari Al Khazraji (radhiyallahu 'anhu). Beliau termasuk utusan orang-orang Madinah yang dikirim menemui Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) di Mekkah. Beliau turut serta dalam perang Badar dan termasuk sahabat yang terkenal. Beliau wafat di Ramlah pada tahun 34 H.

9. Penggalan hadits ini juga bisa dimaknai, "Derajat ahli Surga yang memasukinya Surga itu sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing." (Lihat Fathul Majid Syarhu Kitab Tauhid hlm. 48)

10. Nama lengkapnya adalah 'Itban bin 'Amr bin Al 'Ajlan Al Anshari (radhiyallahu 'anhu). Beliau berasal dari bani Salim bin 'Auf. Beliau adalah seorang sahabat yang terkenal. Beliau wafat pada zaman khilafah Mu'awiyah bin Abi Sufyan.

11. Nama lengkapnya adalah Abu Sa'id Sa'ad bin Malik bin Sinan bin 'Ubaid Al Anshari Al Khazraji (radhiyallahu 'anhu). Beliau adalah seorang sahabat yang masyhur, seperti bapaknya. Beliau wafat di Madinah tahun 74 H.

12. Beliau adalah Anas bin Malik bin An Nadhr Al Anshari Al Khazraji (radhiyallahu 'anhu). Beliau adalah pembantu Rasulullah. Para ulama berselisih tentang lamanya Anas menjadi pembantu Rasululullah. Ada yang mengatakan bahwa Anas menjadi pembantu Rasululullah selama 10 tahun, ada pula yang mengatakan selama 6 tahun. Rasululullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) mendo'akan beliau agar harta dan anaknya diberkahi dan ternyata memang demikianlah kenyataannya. Beliau wafat pada tahun 93 H di kota Bashrah.

13. Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan bahwa orang yang mentauhidkan Allah dan tidak mencampuradukkan tauhidnya dengan perbuatan syirik, maka Allah pasti membebaskannya dari Neraka di akhirat nanti. Dan di dunia, Allah akan memberikan taufik kepadanya untuk menempuh jalan yang lurus. (Lihat Al Jadiid fi Syarh Kitab At Tauhid hlm. 35)

14. Kebanyakan orang salah dalam memahami hadits "Barangsiapa yang mengucapkan laa ilaaha illallaah akan masuk Surga". Mereka menyangka hanya dengan mengucapkan kalimat laa ilaaha illallaah bisa menyelamatkan seseorang dari Neraka dan memasukkannya ke dalam Surga, padahal tidak seperti itu. Dan mereka inilah yang tertipu dengan pemahaman mereka, karena belum mendalami makna sebenarnya. (Fathul Majid hlm. 72, -ed)

15. Sekte yang menyimpang dalam Islam yang menetapkan sebagian sifat-sifat Allah akan tetapi menolak sebagian sifat-sifat yang lain. Sedangkan sikap Ahlu Sunnah adalah menetapkan nama-nama dan sifat-sifat bagi Allah sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Allah sendiri untuk diri-Nya baik melalui Al Qur'an maupun hadits Nabi yang shahih, -pent.

16. Maksud kalimat Allah di sini adalah Nabi 'Isa diciptakan Allah dengan kalimat, "Kun!"

=====

Maraji'/ Sumber:

Kitab: Kitab At Tauhid, Alladzi Huwa Haqqullah 'alal 'Abid, Penulis: Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdul Wahhab rahimahullaah, Penerbit: Darul Aqidah, Kairo - Mesir, Tanpa Keterangan Cetakan, Tahun 1422 H/ 2002 M, Judul Terjemahan: Kitab Tauhid, Memurnikan La Ilaha Illallah, Penerjemah: Eko Haryono, Editor, Taqdir, Hidayati, Penerbit: Media Hidayah - Indonesia, Cetakan Pertama, Sya'ban 1425 H/ Oktober 2004 M.