Skip to main content

Makna Ahlus Sunnah wal Jama'ah (2) | Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah

Bab I.

D. Makna Ahlus Sunnah wal Jama'ah (2).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda mengenai makna al-Ghuraba':

"Yaitu orang-orang yang senantiasa memperbaiki (ummat) di tengah-tengah rusaknya manusia." (42)

Dalam riwayat yang lain disebutkan: "Yaitu orang-orang yang memperbaiki Sunnahku (Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam) sesudah dirusak oleh manusia." (43)

Ahlus Sunnah, ath-Thaifah al-Manshurah dan al-Firqatun Najiyah semuanya disebut juga Ahlul Hadits. Penyebutan Ahlus Sunnah, ath-Thaifah al-Manshurah dan al-Firqatun Najiyah dengan Ahlul Hadits suatu hal yang masyhur dan dikenal sejak generasi Salaf, karena penyebutan itu merupakan tuntutan nash dan sesuai dengan kondisi dan realitas yang ada. Hal ini diriwayatkan dengan sanad yang shahih dari para Imam seperti, 'Abdullah Ibnul Mubarak, 'Ali Ibnul Madiiny, Ahmad bin Hanbal, al-Bukhary, Ahmad bin Sinan dan yang lainnya, rahimahumullah. (44)

Imam asy-Syafi'i (45) (wafat th. 204 H) rahimahullah berkata: "Apabila aku melihat seorang ahli hadits, seolah-olah aku melihat seorang dari Shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, mudah-mudahan Allah memberikan ganjaran yang terbaik kepada mereka. Mereka telah menjaga pokok-pokok agama untuk kita dan wajib atas kita berterima kasih atas usaha mereka." (46)

Imam Ibnu Hazm azh-Zhahiri (wafat th. 456 H) menjelaskan mengenai Ahlus Sunnah, "Ahlus Sunnah yang kami sebutkan itu adalah Ahlul Haq, sedangkan selain mereka adalah Ahlul Bid'ah. Karena sesungguhnya Ahlus Sunnah itu adalah para Shahabat radhiyallahu 'anhum dan setiap orang yang mengikuti manhaj mereka dari para Tabi'in yang terpilih, kemudian Ash-habul Hadits dan yang mengikuti mereka dari ahli fiqih dari setiap generasi sampai pada masa kita ini serta orang-orang awam yang mengikuti mereka baik di timur maupun di barat." (47)

=====

Catatan Kaki:

42. HR. Abu Ja'far ath-Thahawy dalam Syarah Musykilul Atsaar (II/170 no. 689), al-Laalika-iy dalam Syarh Ushuul I'tiqaad Ahlis Sunnah no. 173 dari Shahabat Jabir  bin 'Abdillah radhiyallahu 'anhu. Hadits ini shahih li ghairihi karena ada beberapa syawahidnya. Lihat Syarah Musykilul Atsaar (II/170-171) dan Silsilah Ahaadits ash-Shahiihah non 1273.

43. HR. At-Tirmidzi no. 2630, beliau berkata, "Hadits ini hasan shahih." Dari Shahabat 'Amr bin 'Auf radhiyallahu 'anhu.

44. Sunan at-Tirmidzi, Kitaabul Fitan no. 2229. Lihat Silsilah Ahaadits ash-Shahiihah karya Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany rahimahullah (I/539 no. 270) dan Ahlul Hadits Humuth Thaifah al-Manshurah karya Syaikh Dr. Rabi' bin Hadi al-Madkhaly.

45. Nama lengkap beliau, Imam Abu 'Abdillah Muhammad bin Idris bin 'Abbas al-Qurasyi asy-Syafi'i rahimahullah, yang terkenal dengan sebutan Imam asy-Syafi'i, beliau punya hubungan nasab dengan anak paman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yang bertemu dengannya pada silsilah 'Abdi Manaf. Beliau dilahirkan tahun 150 H. Para ulama sepakat bahwa beliau adalah orang yang tsiqah, amanah, adil, zuhud, wara', 'alim, faqih dan dermawan. Beliau wafat di Mesir th. 204 H dalam usia 54 tahun. Di antara kitab-kitab karya beliau adalah kitab al-Umm dalam bidang fiqih, ar-Risalah dalam ushul fiqih dan lainnya. Lihat Siyar A'laamin Nubalaa' (X/5-99). Untuk mengetahui lebih jelas tentanv manhaj Imam asy-Syafi'i dalam masalah 'aqidah dapat dilihat pada kitab Manhajul Imam asy-Syafi'i fii Itsbaatil 'Aqiidah karya Dr. Muhammad bin 'Abdil Wahhab al-'Aqiil, cet. I-1419 H, dalam dua jilid.

46. Lihat Siyar A'laamin Nubalaa' (X/60).

47. Al-Fishaal fil Milaal wal Ahwaa' wan Nihaal II/271 - Daarul Jiil, Beirut.

=====

Maraji'/ sumber:

Buku: Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, Penulis: Ustadz Yazid bin 'Abdul Qadir Jawas hafizhahullaah, Penerbit: Pustaka at-Taqwa, Bogor - Indonesia, Cetakan Pertama, Jumadil Akhir 1425 H/ Agustus 2004 M.