Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah.
Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah.
Bahrun Abu Bakar Lc.
H. Anwar Abu Bakar Lc.
Pendahuluan (12).
Atsar-atsar yang sahih ini dan lainnya yang sejenis dari para imam ulama Salaf mengandung makna yang menyatakan bahwa mereka merasa keberatan berbicara tentang tafsir tanpa ada pengetahuan pada mereka. Adapun orang yang membicarakan tentang tafsir yang dia ketahui makna lugawi dan syar'i-nya, tidak ada dosa baginya. Telah diriwayatkan dari mereka dan yang lainnya berbagai pendapat mengenai tafsir, tetapi tidak ada pertentangan karena mereka berbicara tentang apa yang mereka ketahui, dan mereka diam tidak membicarakan hal-hal yang tidak mereka ketahui. Hal seperti inilah yang wajib dilakukan oleh setiap orang, sebagaimana diwajibkan atas seseorang untuk diam tidak membicarakan hal yang tidak ia ketahui, maka diwajibkan pula baginya menjawab pertanyaan apa yang dia ketahui, karena ada firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang mengatakan:
Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya. (Ali Imran: 187)
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan melalui berbagai jalur disebutkan:
Barang siapa ditanya mengenai suatu ilmu, lalu dia menyembunyikannya, niscaya mulutnya akan disumbat dengan kendali dari api di hari Kiamat nanti.
Mengenai hadis yang diriwayatkan Abu Ja'far ibnu Jarir, bahwa telah menceritakan kepada kami Abbas ibnu Abdul Azhim, Muhammad ibnu Khalid ibnu Atsamah, Abu Ja'far ibnu Muhammad Az-Zubairi, telah menceritakan kepadaku Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Siti Aisyah yang mengatakan, "Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam tidak pernah menafsirkan sesuatu dari Al-Qur'an kecuali hanya beberapa bilangan ayat saja yang pernah diajarkan oleh Malaikat Jibril kepadanya." Kemudian Abu Ja'far meriwayatkannya pula dari Abu Bakar Muhammad ibnu Yazid Ath-Thartusi, dari Ma'an ibnu Isa, dari Ja'far ibnu Khalid, dari Hisyam dengan lafaz yang sama. Maka kedua hadis tersebut berpredikat munkar lagi garib.
Ja'far yang disebutkan di atas adalah Ibnu Muhammad ibnu Khalid ibnuz Zubair ibnu Awwam Al-Qurasyi Az-Zubairi. Menurut Imam Bukhari, hadisnya itu tidak terpakai; sedangkan menurut penilaian Al-Hafizh Abul Fat-h Al-Azdi, hadisnya berpredikat munkar.
Akan tetapi, Al-Imam Abu Ja'far memberikan komentar yang kesimpulannya mengatakan bahwa ayat-ayat tersebut termasuk hal-hal yang tidak dapat diketahui kecuali berdasarkan pemberitahuan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepadanya. Pendapat ini merupakan takwil yang benar seandainya hadis yang dimaksud berpredikat sahih. Karena sesungguhnya ada sebagian dari Al-Qur'an yang maknanya hanya diketahui oleh Allah saja, sebagian hanya diketahui oleh ulama, sebagian dapat diketahui oleh orang Arab melalui bahasa mereka, dan sebagian tidak dimaafkan bagi seseorang bila tidak mengetahuinya, seperti yang telah dijelaskan oleh Ibnu Abbas (radhiyallahu 'anhu) dalam riwayat yang diketengahkan oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Muammal, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abuz Zanad, bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan, "Tafsir itu ada empat macam, yaitu tafsir yang diketahui oleh orang Arab melalui bahasanya, tafsir yang tidak dimaafkan bagi seseorang bila tidak mengetahuinya, tafsir yang hanya diketahui oleh ulama, dan tafsir yang tiada seorang pun mengetahui maknanya kecuali hanya Allah."
Ibnu Jarir mengatakan, "Hadis seperti itu telah diriwayatkan pula, hanya di dalam sanadnya masih ada sesuatu yang perlu dipertimbangkan." Hadis tersebut adalah seperti berikut: Telah menceritakan kepadaku Yunus ibnu Abdul A'la Ash-Shadfi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, bahwa ia pernah mendengar Amr ibnul Harts menceritakan sebuah hadis dari Al-Kalbi, dari Abu Saleh maula Ummu Hani', dari Ibnu Abbas (radhiyallahu 'anhu), bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Al-Qur'an diturunkan terdiri atas empat kelompok, yaitu halal dan haram yang tidak dapat dimaafkan bagi seseorang bila tidak mengetahuinya, tafsir yang dapat diketahui oleh orang Arab, tafsir yang hanya diketahui oleh ulama, dan mutasyabih yang tidak diketahui kecuali hanya oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Barang siapa mengakui mengetahui yang mutasyabih -selain Allah-, dia adalah dusta."
Pertimbangan yang diisyaratkan Ibnu Jarir sehubungan dengan sanadnya ialah dari segi Muhammad ibnus Saib Al-Kalbi, karena sesungguhnya dia adalah orang yang matruk (tidak terpakai) hadisnya. Akan tetapi, adakalanya dia memang matruk, hanya hadis ini diduga marfu', dan barangkali hadis ini adalah perkataan Ibnu Abbas sendiri, seperti yang telah disebutkan di atas tadi.
Baca selanjutnya:
Kembali ke Daftar Isi Buku ini.
Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.
===
Maraji'/ Sumber:
Kitab: Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim, Penulis: Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Tanpa Keterangan Penerbit, Tanpa Keterangan Cetakan dan Tahun, Judul Terjemahan: Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah, Penerjemah: Bahrun Abu Bakar Lc, H. Anwar Abu Bakar Lc, Penyunting: Drs. Ii Sufyana M. Bakri, Penerbit: Sinar Baru Algensindo, Bandung - Indonesia, Cetakan Ketiga, 2003 M.
===
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!