Skip to main content

Objek Kajian Ilmu 'Aqidah (2) | Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah

Bab I.

B. Objek Kajian Ilmu 'Aqidah (2).

Ada beberapa istilah lain yang dipakai oleh firqah/sekte selain Ahlus Sunnah sebagai nama dari ilmu 'Aqidah, dan yang paling terkenal di antaranya adalah:

1. Ilmu Kalam.

Penamaan ini dikenal di seluruh kalangan aliran teologis mutakallimin, seperti aliran mu'tazilah, asyaa'irah (20) dan kelompok yang sejalan dengan mereka. Nama ini tidak boleh dipakai, karena ilmu kalam itu sendiri merupakan suatu hal yang baru lagi diada-adakan dan mempunyai prinsip taqawwul (mengatakan sesuatu) atas Nama Allah dengan tidak dilandasi ilmu.

Dan larangan tidak bolehnya nama tersebut dipakai juga karena bertentangan dengan metodologi ulama Salaf di dalam menetapkan masalah-masalah 'aqidah.

2. Filsafat.

Istilah ini dipakai oleh para filosof dan orang yang sejalan dengan mereka. Ini adalah nama yang tidak boleh dipakai dalam 'aqidah, karena dasar filsafat itu adalah khayalan, rasionalitas, fiktif dan pandangan-pandangan khurafat tentang hal-hal yang ghaib.

3. Tashawwuf.

Istilah ini dipakai oleh sebagian kaum shufi, filosof, orientalis serta orang-orang yang sejalan dengan mereka. Ini adalah nama yang tidak boleh dipakai dalam 'aqidah, karena merupakan penamaan yang baru lagi diada-adakan. Di dalamnya terkandung igauan kaum shufi, klaim-klaim dan pengakuan-pengakuan khurafat mereka dijadikan sebagai rujukan di dalam 'aqidah.

Kata tashawwuf dan shufi tidak dikenal pada awal Islam. Ia terkenal (ada) setelah itu atau masuk ke dalam Islam dari ajaran agama dan keyakinan selain Islam.

Dr. Shabir Tha'imah memberi komentar dalam kitabnya, ash-Shuufiyyah Mu'taqadan wa Maslakan: "Jelas bahwa tashawwuf memiliki pengaruh dari kehidupan para pendeta nashrani, mereka suka memakai pakaian dari bulu domba dan berdiam di biara-biara, dan ini banyak sekali. Islam memutuskan kebiasaan ini ketika ia membebaskan setiap negeri dengan tauhid. Islam memberikan pengaruh yang baik terhadap kehidupan dan memperbaiki tata cara ibadah yang salah dari orang-orang sebelum Islam." (21)

Syaikh Dr. Ihsan Ilahi Zhahir (wafat th. 1407 H) rahimahullah berkata di dalam bukunya at-Tashawwuf al-Mansya' wal Mashaadir: "Apabila kita memperhatikan dengan teliti tentang ajaran shufi yang pertama dan terakhir (belakangan) serta pendapat-pendapat yang dinukil dan diakui oleh mereka di dalam kitab-kitab shufi baik yang lama maupun yang baru, maka kita akan melihat dengan jelas perbedaan yang jauh antara shufi dengan ajaran al-Qur-an dan as-Sunnah. Begitu juga kita tidak pernah melihat adanya bibit-bibit shufi di dalam perjalanan hidup Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para Shahabat beliau radhiyallahu 'anhum, yang mereka adalah (sebaik-baik) pilihan Allah Subhanahu wa Ta'ala dari para hamba-Nya (setelah para Nabi dan Rasul). Sebaliknya, kita bisa melihat bahwa ajaran tasawwuf diambil dari para pendeta kristen, brahmana, hindu, yahudi, serta kezuhudan budha, konsep asy-Syu'ubi di Iran yang merupakan majusi di periode awal kaum shufi, ghanusiyah yunani, dan pemikiran neo-platonisme, yang dilakukan oleh orang-orang shufi belakangan." (22)

=====

Catatan Kaki:

20. Seperti Syarhul Maqaashid fii 'Ilmil Kalam karya at-Taftazani (wafat th. 791 H).

21. Ash-Shufiyyah Mu'taqadan wa Maslakan (hal. 17), dikutip dari Haqiiqatut Tashawwuf karya Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin 'Abdillah al Fauzan (hal. 18-19).

22. Hal. 50, cet. I, Idaarah Turjuman as-Sunnah, Lahore, 1406 H.

=====

Maraji'/ sumber:

Buku: Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, Penulis: Ustadz Yazid bin 'Abdul Qadir Jawas hafizhahullaah, Penerbit: Pustaka at-Taqwa, Bogor - Indonesia, Cetakan Pertama, Jumadil Akhir 1425 H/ Agustus 2004 M.