Bagian 3
Beberapa Pedoman Teori Pengobatan Nabawi
Penyakit yang Tidak Bisa Disembuhkan
Diriwayatkan dari Abu Huroiroh (rodhiyallohu 'anhu) dari Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam:
"Alloh tidak pernah menurunkan satu penyakit, kecuali juga menurunkan penyembuhnya." (91)
Diturunkannya obat ini, bisa melalui para Malaikat yang turun dari langit untuk memberikan penyakit sekaligus penyembuhnya kepada makhluk-makhluk di bumi." (92)
Dari keseluruhan redaksi berbagai hadits yang berbicara tentang penyakit dan obat, kita tahu bahwa yang dimaksudkan dengan "diturunkan" di sini adalah diturunkannya ilmu mengenai hal itu melalui lisan para Malaikat yang disampaikan kepada Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam, misalnya; atau kata "diturunkan" digunakan untuk makna "ditakdirkan". (93)
Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Di dalam habbatus sauda' terdapat penyembuh setiap penyakit, kecuali kematian." (94)
Beliau juga bersabda:
"Ya, wahai hamba-hamba Alloh, berobatlah, sesungguhnya Alloh tidak menciptakan suatu penyakit kecuali juga menciptakan obatnya, kecuali satu penyakit saja." Mereka bertanya, "Apa itu?" Beliau menjawab: "Tua." (95)
Ibnu Hajar Al-'Asqolani berkata, "Di sini Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam mengecualikan 'kematian', dan dalam riwayat lain, 'tua', karena ia serupa dengan kematian, sama-sama menurunnya kondisi kesehatan."
Apakah Mati dan Tua Termasuk Penyakit?
Tua adalah suatu kondisi yang memiliki berbagai sebab dan akibat, begitu pula mati. Salah satu penyebab ketuaan adalah bertambahnya usia manusia, sedangkan akibat-akibat yang ditimbulkannya adalah sejumlah penyakit, misalnya melemahnya kemampuan organ-organ tubuh, parkinson, kelemahan seksual, dan seterusnya.
Banyak penyakit yang bisa dikategorikan sebagai penyebab kematian, misalnya pusing, trombus, kegembiraan berlebihan yang diakhiri dengan berhentinya detak jantung, kesedihan mendalam yang berakhir dengan berhentinya detak jantung, dan seterusnya.
Akibat kematian adalah terputusnya hubungan dengan alam dunia.
Jadi, sebab-sebab kematian adalah penyakit, sebagaimana akibat-akibat ketuaan adalah juga penyakit.
Penyakit-penyakit tersebut bisa sederhana atau kompleks, sekalipun demikian, jika penyakit-penyakit tersebut tidak terjadi pada dua kondisi ini (tua dan mati), maka semuanya bisa disembuhkan, dengan izin Alloh, jika ia bukan merupakan sebab kematian atau akibat ketuaan, baik penyakit tersebut ringan maupun parah.
Dari situ, jelas bahwa yang dimaksud dengan "tua" dalam hadits di atas adalah penyakit-penyakit yang timbul akibat ketuaan, sedangkan yang dimaksud "mati" adalah sebab-sebab yang mengantarkan kepada kematian. Kita tidak bisa memastikan bahwa suatu penyakit itu merupakan penyebab kematian, kecuali setelah terjadinya kematian itu sendiri. Kita juga tidak bisa memastikan bahwa suatu penyakit itu merupakan akibat ketuaan, kecuali setelah adanya ketuaan.
Karena itu, Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam mengecualikan "mati" dan "tua" dari kemungkinan disembuhkan.
=====
Catatan Kaki:
91. HR. Bukhori dalam Shohih-nya (5678).
92. Ash-Shina'atuth Thibbiyyah, Ibnu Thorkhon.
93. Lihat Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-'Asqolani, Kitabuth Thibb, bab Ma Anzalallohu Da'an illa Anzala Lahu Syifa'an.
94. Muttafaqun 'alaih: Bukhori. (5688) dan Muslim (2215).
95. Syaikh Al-Albani berkata, "Shohih." Shohihul Jami' (2930).
=====
Maraji'/ Sumber:
Kitab: Asy-Syifaa' min Wahyi Khaatamil Anbiyaa', Penulis: Aiman bin 'Abdul Fattah, Penerbit: Darush Shohifah, Cetakan I, 1425 H/ 2004 M, Judul Terjemahan: Keajaiban Thibbun Nabawi Bukti Ilmiah dan Rahasia Kesembuhan dalam Pengobatan Nabawi, Penerjemah: Hawin Murtadlo, Editor: Muhammad Albani, Editor Medis: dr. Wadda' A. Umar, Penerbit: al-Qowam, Solo - Indonesia, Cetakan VIII, Nopember 2012 M.