Skip to main content

Pengantar Sebelum Tafsir Surat Al-Faatihah (3) | Tafsir Al-Qur-an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim.
Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah.
Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah.
Bahrun Abu Bakar Lc.
H. Anwar Abu Bakar Lc.
Pengantar Sebelum Tafsir Surat Al-Faatihah (3).
Nabigah, salah seorang penyair, mengatakan:
Aku mengira-ngira tanda-tanda yang dimilikinya, akhirnya aku dapat mengenalnya setelah berlalu enam tahun dan sekarang tahun ketujuhnya.
Menurut pendapat lain, ayat adalah sekumpulan huruf dari Al-Qur'an atau sekelompok darinya, sebagaimana dikatakan kharajal qaumu bi aayaatihim, yakni "kaum itu berangkat bersama golongannya". Salah seorang penyair mengatakan:
Kami berangkat dari Niqbain, tiada suatu kabilah pun semisal dengan kabilah kami bersama semua golongannya, kami menggiring ternak unta.
Pendapat yang lain mengatakan, dinamakan "ayat" karena merupakan suatu keajaiban yang tidak mampu dilakukan oleh manusia untuk membuat hal semisalnya, Imam Sibawaih mengatakan bahwa bentuk asal ayat ialab ayayatun, sama wazannya dengan akamatun dan syajaratun; huruf ya berharakat, sedangkan harakat sebelumnya adalah fat-hah, maka diganti menjadi alif hingga jadilah aayatun dengan memakai hamzah yang dipanjangkan bunyinya.
Imam Kisai mengatakan, bentuk asalnya adalah aayiyatun dengan wazan seperti lafaz aaminatun, lalu huruf ya diganti menjadi alif, selanjutnya dibuang karena iltibas (serupa dengan hamzah). Imam Farra mengatakan, asalnya ialah ayyatun, kemudian ya pertama diganti menjadi alif karena tasydid tidak disukai, hingga jadilah aayah (ayat); bentuk jamaknya ialah aayin, aayaatun, dan aayaayun.
"Kalimat" artinya "suatu lafaz yang menyendiri", adakalanya terdiri atas dua huruf, misalnya maa dan laa atau lain-lainnya yang sejenis; adakalanya lebih banyak, yang paling banyak terdiri atas sepuluh huruf, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa. (An-Nuur: 55)
Apa akan Kami paksakan kalian menerimanya? (Huud: 28)
Lalu Kami beri minum kalian dengan air itu. (Al-Hijr: 22)
Adakalanya suatu ayat hanya terdiri atas satu kalimat, misalnya wal fajri, wadh dhuha, wal 'ashri; demikian pula alif lam mim, thaha, yasin, ha mim, menurut pendapat ulama Kufah. Ha mim 'ain sin qaf menurut ulama Kufah adalah dua kalimat, sedangkan menurut selain mereka hal-hal tersebut bukan dinamakan ayat, melainkan dianggap sebagai fawatihus suwar (pembuka surat-surat).
Abu Amr Ad-Dani mengatakan, "Aku belum pernah mengetahui suatu kalimat yang menyendiri dianggap sebagai suatu ayat selain firman-Nya dalam surat Ar-Rahman," yaitu:
Kedua Surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya. (Ar-Rahman: 64)
Imam Qurthubi mengatakan, para ahli tafsir sepakat bahwa tiada suatu lafaz pun di dalam Al-Qur'an yang berasal dari bahasa Ajam. Mereka sepakat pula bahwa di dalam Al-Qur'an terdapat beberapa nama Ajam, misalnya Ibrahim, Nuh, dan Luth.
Tetapi mereka berselisih pendapat, apakah di dalam Al-Qur'an terdapat sesuatu dari bahasa Ajam selain hal tersebut? Al-Baqilani dan Ath-Thabari mengingkarinya, dan mereka mengatakan bahwa sesuatu yang terdapat di dalam Al-Qur'an lagi bersesuaian dengan bahasa Ajam, maka hal tersebut termasuk persamaan yang kebetulan.
Baca selanjutnya:
Kembali ke Daftar Isi Buku ini.
Kembali ke Daftar Buku Perpustakaan ini.
===
Maraji'/ Sumber:
Kitab: Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim, Penulis: Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Tanpa Keterangan Penerbit, Tanpa Keterangan Cetakan dan Tahun, Judul Terjemahan: Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah, Penerjemah: Bahrun Abu Bakar Lc, H. Anwar Abu Bakar Lc, Penyunting: Drs. Ii Sufyana M. Bakri, Penerbit: Sinar Baru Algensindo, Bandung - Indonesia, Cetakan Ketiga, 2003 M.