Karena jika engkau telah mengetahui bahwa seseorang bisa menjadi kafir lantaran kata-kata yang keluar dari lisannya, sekalipun dia mengucapkan kata-kata tersebut dalam keadaan tidak mengerti bahwa kata-kata kufur, maka tidak dapat diterima udzur (alasan) atas kebodohannya itu. [1]
Penjelasan
[1] Kami memberi komentar terhadap perkataan Syaikh (Imam Muhammad bin 'Abdul Wahhab) rohimahuLLOOH ini. Aku kira perkataan Syaikh rohimahuLLOOH bahwa kebodohan bukan sebagai udzur adalah jika orang tersebut keterlaluan dengan tidak mau belajar, atau ketika dia mendengar kebenaran disampaikan orang, tidak mau memperhatikan dan mempelajarinya. Nah orang yang seperti inilah yang kebodohannya tidak menjadi udzur. Aku mengatakan demikian, karena Syaikh rohimahuLLOOH di kesempatan lain pernah mengatakan bahwa kebodohan itu bisa menjadi udzur. Suatu ketika Syaikh rohimahuLLOOH ditanya tentang apa saja yang bisa menyebabkan seseorang boleh diperangi atau dikafirkan. Beliau rohimahuLLOOH menjawab, "Rukun Islam itu ada lima, yang pertama, dua kalimat syahadat, kemudian empat rukun lainnya. Jika rukun yang empat ini dia akui, tetapi dia tinggalkan lantaran meremehkannya, maka orang tersebut kita perangi karena dia meninggalkan yang empat itu. Akan tetapi kita tidak boleh mengkafirkan orang tersebut hanya lantaran dia meninggalkan rukun yang empat tersebut. Para 'ulama berbeda pendapat tentang dikafirkan atau tidaknya orang yang meninggalkan keempat rukun Islam karena malas, bukan karena menolaknya. Dan kita tidak boleh mengkafirkan seseorang kecuali dalam perkara yang telah menjadi kesepakatan para 'ulama, contohnya mengingkari dua kalimat syahadat. Kita baru boleh mengkafirkan seseorang setelah kita beri peringatan dan dia mengerti tetapi tetap mengingkarinya.
Memang, musuh-musuh kita ada beberapa macam,
Pertama, Orang yang mengetahui bahwa tauhid adalah agama ALLOH dan Rosul-NYA yang perlu kita dakwahkan kepada manusia; dia juga tahu bahwa menyembah batu, pohon, dan manusia yang banyak dilakukan orang-orang adalah perbuatan syirik kepada ALLOH; dan Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam diperintahkan untuk melarang dan memerangi pelakunya agar semua 'amalan agama itu untuk ALLOH semata. Apabila ada seseorang mengetahui tentang tauhid, tetapi dia tetap tidak mau bertauhid, tidak mau mempelajarinya, dan enggan meninggalkan kesyirikan, maka orang seperti ini kafir (dan termasuk musuh kita) yang boleh diperangi karena kekafirannya. Apabila ada seseorang mengetahui agama para Rosul tetapi tidak mau mengikutinya; mengetahui syirik, tetapi enggan meninggalkannya, maka orang seperti itu boleh kita perangi walaupun dia tidak membenci agama para Rosul dan orang-orang yang memeluk agama tersebut, tidak memuji perbuatan syirik dan tidak mengajak manusia melakukan perbuatan syirik.
Kedua, Orang yang mempunyai pengetahuan dan pemahaman seperti di atas, tetapi dia mencela agama para Rosul sekalipun dia beranggapan telah mengamalkan agama para Rosul tersebut dan juga memuji-muji orang yang beribadah kepada Yusuf dan al-Asyqor dan orang yang beribadah kepada Abu Ali dan Khidir, penduduk Kuwait. Kemudian dia menganggap mereka lebih baik daripada orang yang mentauhidkan ALLOH dan meninggalkan syirik. Orang seperti ini lebih jelek daripada orang-orang pada golongan pertama. Tentang hal ini ALLOH berfirman,
"Maka setelah datang kepada mereka apa yang mereka ketahui, mereka mengingkarinya. Maka laknat ALLOH pun mengena kepada orang-orang yang ingkar itu."
(Qur-an Suroh al-Baqoroh: ayat 89)
Orang-orang pada golongan ini juga termasuk dalam ancaman yang disebutkan dalam firman ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala,
"Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji dan mencerca agamamu maka perangilah pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang yang tidak bisa dipegang janjinya, supaya mereka berhenti (dari berbuat demikian)."
(Qur-an Suroh at-Taubah: ayat 12)
Ketiga, Orang yang memahami tauhid, lalu mencintai dan mengikutinya, mengetahui perbuatan-perbuatan syirik lalu meninggalkannya, tetapi dia membenci orang yang masuk ke dalam naungan tauhid dan menyukai orang-orang yang tetap dalam kesyirikan. Orang semacam ini juga terhitung kafir dan termasuk musuh kita, karena ALLOH berfirman,
"Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan ALLOH (al-Qur-an). Lalu ALLOH menghapuskan (pahala) 'amalan-amalan mereka."
(Qur-an Suroh Muhammad: ayat 9)
Keempat, Orang yang tidak termasuk salah satu dari golongan yang tersebut di atas, akan tetapi penduduk negerinya mengikuti kesyirikan dan terus menerus menampakkan permusuhan kepada orang-orang yang bertauhid dan berusaha memerangi mereka. Orang ini merasa berat meninggalkan negerinya, lalu dia ikut terlibat memerangi orang-orang yang bertauhid bersama penduduk negeri itu dengan harta dan jiwanya. Orang semacam ini pun termasuk kafir dan menjadi musuh kita. Orang seperti ini, sekiranya penduduk negerinya memerintahkan untuk meninggalkan puasa Romadhon atau diperintahkan menikahi ibunya, niscaya dia akan menurutinya. Dia ikut berjuang bersama penduduk negerinya dengan harta dan jiwanya, padahal penduduk negerinya itu bermaksud memutus agama ALLOH dan Rosul-NYA. Orang seperti ini termasuk orang-orang yang disebutkan oleh ALLOH dalam firman-NYA,
"Kelak engkau akan mendapati (golongan-golongan) lain yang ingin aman dari engkau dan (ingin aman) pula dari kaumnya. Setiap mereka diajak kembali kepada fitnah (syirik) mereka terjun ke dalamnya. Oleh karena itu, jika mereka tidak membiarkan engkau dan (tidak) mau mengadakan perdamaian denganmu, serta (tidak) menahan tangan mereka (dari memerangimu), maka tawanlah mereka dan bunuhlah di mana saja engkau menemukan mereka. Mereka adalah orang-orang yang kami berikan kepadamu alasan yang nyata (untuk menawan dan memerangi) mereka."
(Qur-an Suroh an-Nisa': ayat 91)
Tuduhan bahwa kami mengkafirkan orang secara umum, mewajibkan orang yang mampu menampakkan agamanya untuk bergabung kepada kami, atau mengkafirkan orang yang tidak mau mengkafirkan (seseorang yang layak dikafirkan) dan orang yang tidak mau berperang, semuanya merupakan kebohongan yang hanya akan menghalangi manusia mentaati agama ALLOH dan Rosul-NYA.
Jika kami tidak mengkafirkan orang-orang yang menyembah patung yang ada di kuburan Abdul Qodir dan Ahmad al-Badawi atau kuburan lainnya karena ketidaktahuan mereka atau tidak adanya orang yang memberi peringatan kepada mereka, maka bagaimana mungkin kami mengkafirkan orang yang tidak menyekutukan ALLOH tetapi tidak mau berhijroh kepada kami, atau orang yang tidak mau mengkafirkan (orang yang layak dikafirkan) atau tidak mau berperang?
"Maha Suci ENGKAU (ya ALLOH), ini adalah dusta yang besar."
(Qur-an an-Nur: ayat 16)
Jadi, kami mengkafirkan empat kelompok tersebut di atas karena mereka menyimpang dari jalan ALLOH dan Rosul-NYA.
Semoga ALLOH merohmati orang yang mau memandang dirinya dan mengetahui bahwa dirinya butuh kepada ALLOH yang mempunyai Surga dan Neraka. Sholawat dan salam (semoga terlimpah) kepada Muhammad, keluarga dan shohabat beliau.
Bersambung...
===
Sumber:
Kitab: Syar-hu kasy-fusy syubuhaati wa yaliihi syar-hul u-shuulus sittah, Penulis: Muhammad bin Sholih al-'Utsaimin, Penerbit: Dar ats-Tsaroyya - Kerajaan Saudi Arobia, 1416 H/ 1996 M, Judul terjemah: Syaroh kasyfu syubuhat membongkar akar kesyirikan dilengkapi syaroh ushulus sittah, Penerjemah: Bayu Abdurrohman, Penerbit: Media Hidayah - Jogjakarta, Cetakan I, Robi'uts Tsani 1425 H/ Juni 2004 M.
===
Layanan gratis estimasi biaya rangka atap baja ringan, genteng metal, dan plafon gypsum:
http://www.bajaringantangerang.com
===
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT